Saya menghampiri ruangan saya, sepertinya Ria belum datang karena kubikelnya yang berada di depan ruangan saya masih kosong.
Saya bermaksud membuka ruangan saya, tapi ternyata Desy, Asisten saya yang pertama keluar dari ruangan saya.
"Ohh.. pak, sudah datang ya? saya barusan saja bersihin ruangan bapak" kata Desy.
"Ohh, iya saya datang awal justru tadinya mau beres-beres, thanks loh udah diberesin duluan"
"Iya, kemarin sih ci Ria bilang biar dia aja yang beresin, tapi taunya hari ini dia bilang tolong aku aja yang beresin karena dia datengnya bakal ngepas jam 4" jelas Desy.
"Ohh.. ya no problem juga sih" jawabku.
"Umm.. ya udah pak, saya permisi dulu" kata Desy lagi sambil membungkukkan badannya hendak pergi.
'Oh, by the way, Des" saya memanggilnya sesaat setelah dia membalikkan badan.
"ya pak?"
"Gak usah panggil pake bapak lah... saya baru 26 loh"
"Oh.. terus saya panggilnya apa, pak? eh... maksudnya.."
"Panggil nama aja lah, toh saya cuman outsourcing di sini, dan bukan atasan kamu juga kok"
Desy tampak berpikir sejenak, "Kalau panggil koko boleh?" tanyanya kemudian.
"I don't see why not, Ok aja kok"
"Kalau gitu koko Ayano" katanya lagi.
"Sipp, better!"
Saya baru saja hendak memasuki ruangan saya ketika Desy memanggil saya lagi.
"Umm... Ko.." panggilnya
"Ya?"
"Memang koko pdkt ama ci Ria?" tanyanya.
Saya kaget mendengar itu, jelas. "Kagak lah, mang siapa yang bilang?" saya bertanya dengan panik.
"Orangnya sendiri yang ngomong kok" kata Desy lagi.
"Orangnya? maksudnya Ria?"
"Iya ci Ria yang bilang supaya aku jauh-jauh dari koko tuh" katanya
"Wets.. sembarangan, enggak lah ya, saya kesini buat kerja" jawab saya membela diri.
"Ohh gitu... ehm.." guman Desy, nampaknya dia masih memikirkan sesuatu.
"Ada lagi ya?"
"Ehm... aku gak berani ngomong macem-macem deh, tapi hati-hati aja sama ci Ria" katanya "Ya udah, aku permisi ya Ko"
"O..oh... iya deh"
"Oh, Ko, ci RIa bohong, dadaku bukan cup A"
JEDEEERRRRR!!!
Busyett... pikirku, apa semua cewek jaman sekarang kayak begitu ya? anzayyy!!
Gawat beneran ini mah, ketauan Elisa bisa kena Chagi ampe bonyok nih (believe me, she can... nowadays...).
Saya memasuki ruangan saya yang... woah.. wangi parfum Desy masih tertinggal di ruangan ini.
Meja saya yang berantakan ketika saya tinggal kemarin, kini sudah tertumpuk rapi dan tersusun sesuai dengan jenis dan ukurannya.
Hmmm, Desy ini pasti type A..
Golongan darahnya maksudnya, bukan yang lain.
Laptop saya masih terpasang di tempat seperti pada posisi kemarin, sepertinya Desy tidak menyentuhnya sama sekali.
Saya menggerakkan mouse saya dan layar laptop saya menyala.
Kekagetan saya yang pertama, adalah ketika laptop saya langsung terbuka tanpa melalui lockscreen, yang seharusnya sudah aktif apabila saya idle selama lebih dari 30 menit.
Kekagetan yang kedua adalah ketika saya melihat layar saya pada posisi membuka sebuah website yang berisikan berita.
Saya duduk di bangku saya untuk membaca berita itu.
Berita itu adalah berita lama mengenai kerusuhan yang pernah terjadi pada bulan Mei 1998 di Jakarta.
Saya men-scroll layar berita sampai berita itu menampilkan list beberapa gedung yang hancur ketika kerusuhan terjadi.
Dan salah satunya adalah... gedung ini...
Ohhh nyesshh!! pikirku seraya lutut terasa lemas...
Wtf? Gedung ini dulunya hancur saat kerusuhan itu? seriously? gedung mewah begini?
Damn! pikir saya gusar. Sempat terlintas dalam pikiran saya untuk mengundurkan diri dari pekerjaan ini, tapi sayang sekali untuk melakukan itu, karena pondasi / archetype sudah saya desain dan bangun dengan baik, kalau mundur sekarang sia-sia sekali nampaknya, padahal final product lah yang akan mendapat bayaran terbesar.
Memindahkan jam kerja? saya berpikir beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti menggunakan dummy database, dan lain sebagainya.
Akhirnya setelah pikiran berkecamuk selama beberapa menit, akhirnya saya memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa.
Toh mereka baru akan mengganggu setelah jam - 8, sebelum itu seharusnya tidak apa-apa.
Semoga... pikirku.
Saya menyentuh mouse saya, kemudian men-close layar yang menampilkan berita itu. Dan di belakang layar yang sudah close itu, sebuah note terbuka dengan beberapa kalimat tertulis di layarnya.
- JADI ANDA SUDAH MENGETAHUI CERITA KAMI -
tulis kata-kata di notepad itu.
Serrrrrr..... rasa dingin mengalir di tengkukku.
Damn... ni 'mahluk' pake ninggalin pesan pula lagi.
Buru-buru saya meraih mouse dan cepat-cepat men-close notepad itu.
di belakangnya, ada sebuah notepad lagi.
- TIDAK PERLU TAKUT, KAMI TIDAK AKAN MENGGANGU ANDA -
Oww, may gawd....
Close lagi.
- TAPI ADA YANG HARUS ANDA KETAHUI TENTANG KAMI -
DEGG!!
What!? WHAT!? apaan lagi ini!?
- MULAI JAM 7:44 KAMI BISA KELUAR -
Close again....
Jantungku mulai berdebar dengan kencang, kapan saja bisa berhenti tampaknya.
- TAPI SEBELUM ITU, KAMI TERKURUNG DI RUANGAN ANDA, TEMPAT KAMI MATI TERBAKAR -
Mamiiiihhhh!!! Helep Anakmu ini ya mamiiihh!!!
Ok, fix banget kalau minimal saya harus pindah ruangan. Setidaknya not in this room...
Tepat ketika saya hendak keluar ruangan, Ria memasuki ruangan.
"Sore pak, lho bapak mau keluar ya?" tanyanya.
"Eh, iya" jawab saya.
"Lagi sibuk pak? daritadi saya ketuk pintu gak jawab soalnya, pak Dirut minta ketemu pak" katanya.
"Oh, Ok kalau begitu" jawab saya.
Saya menarik napas sejenak untuk menghilangkan gugup saya.
Kemudian saya merasakan kain lembut menyentuh kening saya.
"Panas ACnya pak? ampe keringetan gini" kata Ria sambil menyeka keringat saya.
"Ah, iya.. eh bukan" kata saya panik "Saya habis beresin kerjaan kemarin ngebut, ngejar target soalnya"
"Ohh, gitu" kata Ria "Kirain karena liat saya sampe keringetan gitu" godanya.
Saya melihat dia dengan tatapan blank sebentar, butuh beberapa menit untuk saya menyadari kalau gadis ini sedang menggoda saya.
"Huss, kamu jangan godain saya terus" ucap saya padanya "Saya ke Dirut dulu"
"Oke pak!!" jawabnya riang.
Aku menuju ke ruangan Dirut dan kamipun mengobrol beberapa lama mengenai progress pekerjaan saya dan penyamaan konsep yang diinginkan oleh Dirut akan pekerjaan yang saya lakukan.
"Oh, ngomong-ngomong, kamu betah di ruangan kamu sekarang?" tanya Dirut tiba-tiba.
"Eh? ya biasa aja sih pak, memangnya kenapa pak?" tanya saya.
"Tidak apa-apa, hanya saya sering dengar dari anak-anak lain kalau ruangan kamu agak angker" Dirut berkata.
"Ohhh" kataku, dan ditambah dengan Ooooooooooooo yang panjang dalam hati.
"Jadi? tidak masalah kan kamu di sana? soalnya tidak ada ruangan lain, atau kamu mau di ruangan saya saja?" tanya DIrut lagi.
Wedew, nggak deh, ruangan luas begini sendirian? mati gaya bisa-bisa.
"Tidak usah pak, tenang saja pak, aman terkendali kok" jawab saya
- sometimes I hate me and my bigmouth - seru suara hati saya
Setelah pertemuan dengan Dirut selesai, saya kembali ke ruangan saya itu. Dan kembali ke ruangan saya untuk mengerjakan project.
Saya sedang sangat fokus bekerja, ketika salah satu earphone yang saya pasang di telinga saya terlepas.
Saya menatap earphone yang terlepas itu dengan pandangan kosong.
Dan sesaat kemudian, earphone itupun terlepas dari socketnya. Sehingga lagu instrumental yang saya setel di Handphone berkumandang.
Tetapi kemudian lagu yang di setel itu berubah. Lagu St.Elmo's Fire yang sedang mengalun sampai ke bagian tengah lagu digantikan secara tiba-tiba menjadi lagu Moonlight Sonata yang mengalun pelan.
Bagi yang mengetahui lagu Moonlight Sonata gubahan dari Beethoven pasti sudah mengerti bagaimana menyeramkannya lagu itu mengalun di ruangan yang sudah diketahui ada 'mahluk'nya.
Dan tidak cukup dengan itu, perlahan-lahan, Handphone saya berputar pada tempatnya, awalnya perlahan namun semakin lama semakin cepat.
Sementara itu, moonlight sonata memasuki bagian bridge-nya.
"Jangan HP please.... jangan HP... lecet ituuh... belum lunas pula.." bisikku.
Dan dengan gerakan tiba-tiba, putaran Handphone itu berhenti total.
"....Thanks?" bisikku.
Seketika saya membisikkan kata itu, tiba-tiba bangkuku bergoyang-goyang liar.
"Wawawawawa!!!" teriakku seraya menahan diriku agar tidak terlempar dari bangku.
Kemudian bangku itu melayang dan melemparkan aku pada lantai berkarpet.
"wadow!!" seruku ketika tubuhku berdebam jatuh.
"Humm..Humm..."
Aku mendengar suara seperti tawa tertahan.
Aku melihat sekeliling untuk mencari asal suara itu. Dan aku melihat, di pantulan kaca yang gelap, puluhan bayangan sedang berdiri di sekelilingku.
Bayangan itu hanya terpantul di kaca. Saya tidak dapat melihat 'mereka' secara langsung di ruangan ini.
Kemudian, bangku saya meluncur sendiri ke arah saya dengan kencang.
"Owowowowo... " ujarku seraya mengulurkan tangan hendak menahan hantaman bangku itu.
Tapi di luar dugaanku, bangku itu berhenti tepat di sebelah kakiku.
Kemudian semuanya hening.
Krekk..
Pintu ruanganku terbuka dan Ria mengintip ke dalam.
"Ramai banget pak? ada apaan nih?" tanyanya, matanya mencari-cariku kemudian menemukan aku sedang duduk di lantai "loh, ngapain pak?" tanya gadis itu seraya masuk dan berjalan ke hadapanku.
Dia menunduk dan mengulurkan tangannya untuk membantu saya bangun.
Saya bangun berdiri dan merapikan baju saya.
"Digangguin ya pak?" tanya Ria.
"Yah begitulah" jawab saya sekenanya.
"Mengganggu banget nggak pak? dan membahayakan bapak enggak?" tanyanya lagi.
Saya berpikir sejenak "Tidak juga sih, cuman rese aja tapi gak sampe ngelukain" jawab saya.
Ria tampak merenung sebentar, kemudian dengan wajah berseri-seri dia bertanya "Apa mau saya temanin di dalam?"
"Hah??" ujarku kaget "Di dalem? gimana caranya?"
Ria masih tersenyum-senyum "Gampang, tinggal minta OB pindahin kubikel saya" jawabnya.
"Err..." saya menimbang-nimbang pilihan opsi yang saya miliki. Masalahnya gadis ini agak-agak deh, sepertinya saya akan berada dalam 'bahaya' yang lain kalau misalnya saya dan dia berdua saja di ruangan. Tertutup pula.
"Kalau misalnya pintu ruangan saya dibuka saja gimana?" kata saya "Dengan begitu kan tidak masalah?"
Ria berpikir sejenak kemudian menjawab "Mungkin saja sih, tapi biasanya percuma pak, pasti ada yang nutup deh.." katanya "Udah, mending saya pindah ke dalam saja, saya gak gigit kok..." katanya tertawa.
"Kecuali disuruh" bisiknya dengan suara lirih yang sangat pelan sehingga hanya terdengar samar bagi saya. Tapi saya yakin mendengar dia berbisik seperti itu.
"Ya udah, serah deh.." jawab saya akhirnya, intinya yang penting saya tidak tergoda, itu aja kan?
"Ya sudah" kata Ria juga "Ngomong-ngomong, ini sudah jam 7:30 loh pak, bapak gak siap-siap pulang? kekunci lagi ntar di dalem.." katanya.
Dan, tepat setelah Ria berkata seperti itu. Bangkuku meluncur ke tengah-tengah ruangan dan berhenti di sana.
'Brukk'
Terdengar suara dan gerakan bagaikan bangku itu baru diduduki oleh sesuatu. Dan memang benar, bangku itu sedang diduduki oleh 'mahluk' yang tidak terlihat oleh saya, karena bantalan bangku itu terlihat menekuk bagaikan ada yang duduk di atasnya.
"Emm... ada yang ngeliatin kayaknya tuh pak" kata RIa.
"He-eh..." gumam saya tanpa mengalihkan pandangan saya dari bangku itu.
"Apa kita kasih tontonan aja pak?" tanya Ria sambil berangsur mendekat.
"What!?" suara teriakan keluar dengan reflek dari mulutku.
"Hahahahaha, becanda pak, udah sini saya bantu beres-beres deh" kata Ria sambil mendekati mejaku.
"AH, enggak usah repot-repot, saya beresin sendiri bisa kok. Kamu juga siap-siap pulang deh, saya anter lagi sampai seberang" kata saya sembari buru-buru mengemasi barang-barang saya.
"Oke pak!!" seru Ria sambil berlari-lari kecil keluar.
Tak lama kemudian saya sudah keluar ruangan dan menemui Ria yang juga sudah beres menunggu saya di depan ruangan saya.
Debb...
Tiba-tiba lampu ruangan saya mati.
Dan dengan reflek saya melirik ke arah ruangan itu.
Di dalam ruangan yang gelap, siluet berpuluh-puluh orang sedang berdiri berkumpul di dalamnya.
Diantara mereka, duduk di atas bangku saya yang masih terletak di tengah ruangan siluet seseorang yang memakai jas abu-abu sedang duduk di atas bangku itu.
Saya tidak bisa melihat wajah mereka walaupun bisa melihat samar-samar pakaian yang mereka kenakan. Tapi saya bisa melihat juga mata mereka yang menatap dari gelap.
"Waduh pak.. mereka udah mau keluar tuh, pulang yuk" kata RIa sambil menarik lengan bajuku.
"Kamu liat juga?" tanya saya.
"Jelas begitu... Yuk ah.. bikin sial aja ntar kalo sampe terlibat" kata Ria.
"Ya udah"
Kamipun beranjak ke parkiran dan seperti kemarin, saya mengantarkan Ria sampai ke depan apartmennya.
Tapi berbeda dari kemarin, kali ini Ria tidak langsung turun.
"Ria, sudah sampai lho" kata saya.
"Agak pusing nih pak, anterin saya sampai kamar dong..." katanya.
"Eh? enggak deh, takut ntar diomongin orang nanti, kasian kamunya" jawab saya.
"Enggak kuat jalan kayaknya sih pak, tapi ya sudah deh, Thanks ya pak" kata Ria sambil membuka pintu mobil.
Saya melihat Ria jalan sempoyongan.
"Wew.." akhirnya saya memutuskan untuk berlari mengejarnya.
"Sini, saya anterin" kata saya sambil memegang bahunya. "Kamu sempoyongan gitu" kata saya.
Dan akhirnya saya memasuki juga apartemennya.....
... daaan, sayang sekali cerita selanjutnya pengalaman di apartmentnya Ria tidak akan saya ceritakan di thread ini, karena thread ini khusus untuk cerita horror #mudah-mudahangakadayangpenasaran #nokepo.
Ato apa perlu saya buat thread khusus untuk cerita-cerita roman? (With Elisa or Ria or Desy? - yep, she's too - ) #perlugakyaa #iniseriusnanya