Diary - Bonus Story #6 - Poltergeist? Jelas bukan, Karena keliatan Pelakunya - Cerita Seram Kaskus

Diary - Bonus Story #6 - Poltergeist? Jelas bukan, Karena keliatan Pelakunya

Alkisah saya sedang mengerjakan project di suatu perusahaan.

Biasanya, project lebih sering saya bawa ke rumah supaya konsentrasi lebih penuh. Tapi sayangnya, kali ini tidak bisa karena harus project tersebut berkaitan dengan data rahasia perusahaan yang tidak boleh sampai diakses dari luar.

Jadilah saya menempati suatu ruangan nyaman yang memang disediakan untuk saya, lengkap dengan asisten yang cuantik tenan (tapi hati saya masih milik Elisa kok, suwer dah)

Singkat cerita, project ini kebanyakan memerlukan akses penuh ke database perusahaan, karena itu terpaksalah jam kerja saya dan si Asisten cantik ini rencananya dipindah menjadi jam 4 sampai dengan jam 8. Dan sebenarnya, karena saya gentleman (plus tidak mau sampai terjadi skandal - belum pada tau sih kalau Elisa lagi marah, apalagi cemburu - ) saya sudah meminta ke perusahaan kalau tidak perlu menyediakan asisten buat saya, apalagi kasihan kalau perempuan tapi harus pulang malam-malam tiap hari.

Untungnya, perusahaan mengabulkan permintaan saya, tapi bukan meniadakan asisten, cuman diganti aja asistennya ke yang kurang cakepan dikit. Alasannya karena asisten yang ini rumahnya bisa dikatakan tinggal ngesot dari kantor.

Ya sutralah ya, intinya saya gak ngapa-ngapain kok sama asisten itu. gak percaya lagi? beneran, tapi kali ini bukan karena saya gentleman, bukan, tapi lebih tepatnya karena tidak ada satupun yang bilang kalau ini kantor kalo malem malah rame banget. Kayak pesta malah.

Dan saya tau di kemudian hari, kalau si asisten #1 yang cuantik tenan itu bukan bersedia diganti ke asisten #2 karena keberatan pulang telat, secara dia ngekost juga deket kantor, tapi alasannya adalah karena dia gak mau diajakin "ikut pesta" di kantor malem-malem.

Dan asisten #2 emang ternyata nyalinya 3x lipet lebih tebel dari saya. Plus imannya juga jauhhhh lebih tebel dari saya.

Jadi, di hari pertama saya kerja dengan jam kalong, alias orang udah pada pulang baru saya mulai kerja. Saya mulai berkerja dengan ditemani dengan si asisten #2 yang namanya Ria, dan beberapa tim Internal Control lainnya yang ada di ruangan terpisah, serta Koordinator Data Analyst yang kagak bisa pulang karena saya berurusan erat dengan dia, yaitu terkait database perusahaan.

Jadi saya mulai pekerjaan saya dengan fokus, dan kalau saya fokus berarti kedua telinga dalam keadaan tersumpal rapat dengan earphone. Saya bisa terfokus apabila di telinga hanya terdengar musik ballad.

Beberapa jam saya berkerja tanpa gangguan. Gangguan pertama dimulai ketika hari mulai lewat jam 7 malam.

"Krsskk... Krsssk..." terdengar suara noise dari earphone saya.

Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan suara itu, namun suara noise itu semakin jelas dan semakin menusuk telinga sehingga saya melepas kedua earphone saya.

Setelah melepas earphone, saya memeriksa handphone saya, tidak mungkin rasanya kalau file mp3 di handphone saya corrupt, biasanya tidak ada apa-apa kok. Setelah memeriksa dan menyetel kembali lagu, kali ini tanpa earphone, untuk menghemat baterai Handphone saya mematikan layarnya hingga hanya lagu yang terdengar.

"!!"

Saya terkejut ketika melihat pantulan seseorang yang tepat berdiri di belakang saya pada layar gelap handphone.

Secara reflek saya melihat ke belakang saya. Tapi tidak melihat apapun.

Kemudian saya menatap ke layar handphone saya yang gelap, namun tidak tampak apapun.

Jadi, saya melanjutkan perkerjaan saya. Mungkin hanya perasaan saja karena akhir-akhir ini sudah sering melihat yang seperti itu.

BRUKK!!

Tempat menaruh koran yang diletakkan di pojok ruangan terjatuh.

Oke, sudah jelas itu adalah hal yang aneh. Masalahnya, tempat koran itu terbuat dari kayu dan berat. Kalau bukan karena gempa yang besar tidak mungkin benda itu bisa jatuh begitu saja.

Saya bangkit dan berjalan menuju tempat koran itu.

Srekkk...

Ketika saya sedang mengangkat tempat koran yang ternyata memang berat banget itu, Lembaran kertas terjatuh dari meja saya.

Dan kemudian, tepat di depan mata kepala saya, saya melihat kursi saya berputar sendiri menghadap ke arah yang berlawanan dari arah saya.

Sepintas ketika kursi itu hampir berbalik sepenuhnya, saya melihat adanya bayangan seseorang yang duduk di kursi saya. Bayangan yang sama seperti bayangan yang saya lihat di pantulan layar tadi.

Kali ini sekilas saya dapat melihat seakan sosok itu sedang mengenakan setelan jas atau blazer berwarna abu-abu.

"Damn..." gumam saya.

Syiuutt.. gubrak...

Handphone saya yang saya letakkan di meja meluncur sendiri dan jatuh dari meja itu.

"Wah.. ta* banget..." ucap saya dengan gusar sambil berjalan cepat-cepat dan mengambil handphone saya yang, untungnya, terjatuh di lantai karpet.

"Misi, saya datang gak mau ganggu, jadi tolong jangan ganggu, maafin saya kalau datang gak permisi dulu" ucap saya ke bangku.

Sebenarnya saya merasa hampir separuh seperti orang gila, sampai pada saat bangku kosong itu bergeser sendiri, bukan hanya beberapa centi, tapi bergeser sampai memutari meja dan menabrak saya ringan.

"Maksudnya apa? saya tidak boleh kerja disini?"

Fuhhhh....

Terasa hembusan nafas yang berasal dari belakang leherku.

"Shi-!!" reflek saya memutar badan saya separuh untuk menengok ke arah hembusan nafas itu.

Dan pada saat itu, bangku yang menempel pada kaki saya maju dan menabrak belakang lutut saya hingga saya terduduk di bangku itu. Dan segera setelah saya terduduk di bangku itu, benda itu langsung berputar dan menghadap ke jendela besar yang memperlihatkan langit malam.

Dan pada pantulan langit malam itu, aku melihat sosok berjas abu-abu berdiri di belakangku. Dari pantulan di jendela itu aku melihat tangan dari sosok itu sedang memegang pinggiran bangkuku.

"Ya elah..." gumamku. Kemudian aku buru-buru berdiri dan berjalan cepat ke pintu ruanganku.

Untunglah 'mahluk' apapun yang sedang bersamaku di dalam tidak mengunci pintu ruangan ini.

"Lho pak? sudah telponnya?" Ria bertanya padaku ketika saya keluar ruangan.

"Telpon?" tanya saya. "Iya, tadi saya mau masuk, tapi saya dengar ada yang sedang berbicara jadi saya pikir bapak sedang online" kata gadis itu.

"Memangnya bukan bapak yang berbicara tadi?" tanya Ria lagi memastikan.

"O..ohh, iya memang saya tadi menelpon" saya berbohong, saya tidak mau asisten ini sampai ikut ketakutan juga.

"Oh memang menelpon, saya kira bapak juga diganggu" celetuk Ria dengan ringannya.

"Diganggu apaan?"

"Katanya sih di ruangan bapak itu setannya banyak"

"Setan?"

"Iya pak, ghost, spirit, devil, bapak ngerti kan?"

Saya mengangguk "tentu saja saya ngerti lah, maksudnya apaan nih? ruangan saya itu banyak setannya gitu?"

Sebelum sempat Ria menjawab pertanyaanku, 'BRUKK' lagi-lagi tempat koran itu terjatuh lagi.

"Nah, tuh udah dijawab sama setannya kali pak" kata Ria dengan senyuman jahil.

"Kamu gak takut ya?"

"Enggak, untungnya saya gak bisa lihat langsung kok"

"Tapi pernah lihat?"

"Yang kayak gitu?"

Ria menunjuk ke belakangku.

Di belakangku, tampak tempat sampah kecil berputar-putar sendiri.

"Yang kayak gitu mah sering pak" kata Ria "Kalau yang biasa lembur mah udah biasa pasti digangguin"

"Waaaa!!" teriak seseorang dari arah kubikel.

Seseorang dari divisi Internal Control yang sedang lembur berdiri di kubikelnya "Ah suwe!!" teriaknya.

"Kenapa Den?" tanya temannya.

"Sialan, ngeliat kepala di meja gue nih!!" kata si Den itu.

"Hah? seriusan lo?" kata temannya terdengar panik. "Oo.. pantes, udah jam 7 lewat cuy. Udahan yuk, bentar lagi jam 8 nih" kata temannya itu.

Seseorang yang dipanggil Den itu menjawab "Iya dah, ayuk buruan, jangan ampe keburu jam 8"

Lalu mereka buru-buru berberes dan dalam dua menit mereka sudah berpamitan padaku untuk pulang duluan.

Sebelum pulang, teman dari Den itu mengatakan ke Ria "Ri, lu gak pulang? lu belum cerita ya?" tanyanya.

"Gak papa, biar tau" kata Ria dengan senyuman yang sangat manis tapi bagiku terlihat agak jahil.

"Tau apaan?" saya bertanya pada gadis itu.

"Hmm... bentar lagi juga tau pak" katanya sambil melihat ke arlojinya.

"Ha?"

BRAAKKK!!

Tiba-tiba pintu ruanganku terbanting dengan amat keras.

"Anj*nk!!" teriakku kaget.

"Udah mulai tuh pak" kata Ria.

Segera setelah gadis itu bicara seperti itu,'PATS!' beberapa lampu di ruangan itu padam dan sebagian lagi menyala.

"The hell!?" saya berkomentar kebingungan.

'PATS!' kali ini bergantian, lampu yang tadinya mati menyala, dan yang tadinya menyala jadi padam.

"!!?"

'PATS'

'PATS'

'PATS'

Lampu-lampu itu bergantian menyala.

"Pak-pak, nih lihat deh" Ria memanggilku.

Dia menunjuk ke sesuatu di mejanya.

'tik-tik-tik-tik'

jelas terlihat di mataku kalau tuts-tuts keyboard komputer dari Ria tertekan sendiri.

"Pak, dapat pesan tuh" kata Ria sambil menunjuk monitornya.

- INI ADALAH JAM KAMI -

Barisan kata-kata itu terbentuk di notepad yang terbuka di layar Ria.

Setelah itu, suasanya menjadi ramai dan hiruk pikuk.

Suara ketikan pada tuts-tuts keyboard yang mengalun bagaikan suara hujan, kemudian suara berisik printer dot-matrix yang menyala, suara bangku-bangku bergeser.

"Nah pak, yuk kita pulang." kata Ria, dia terlihat sudah tampak rapi, siap untuk pulang "Kalau sudah begini sudah tidak bisa apa-apa lagi pak, percuma" katanya.

"Tiap hari begini?"

"Makanya kita lembur maksimal jam 8 kan?" katanya sambil tersenyum.

Kemudian Ria memandangiku sebentar "Waduh, tas bapak masih di dalam ya? wah ruangan itu gak bakalan bisa dibuka pak, sampai pagi" kata Ria lagi.

Aku memandang ke ruangan yang kupinjam untuk berkerja. Dan aku bisa merasakan udara dingin yang melebihi suhu AC keluar dari ruangan itu.

"Besok saja pak, nanti saya bilangin Desy buat simpenin barang-barang bapak" kata Ria lagi santai.

"Desy siapa?"

"Itu lho PA bapak yang pertama, yang bikin bapak bengong ngeliatinnya" katanya sambil tersenyum-senyum.

"Ohhh.." kataku."Ehh, sembarangan" semprotku ketika tersadar kalau gadis ini sedang meledekku.

"Ah gak apa-apa kok pak, tapi seksian saya lah ya? Desy kan cup A doang pak" kata Ria lagi.

"Oy, sembarangan kamu kalau ngomong!!"

"Ahahahaha" Ria tertawa "Yuk pulang pak, lanjut besok aja. Bapak bisa pulang kan? Kunci mobil di dalem ya?"

"Enggak, kunci mobil sama dompet selalu di kantong sih, cuman laptop aja di dalem"

"Ya udah, hari ini gak usah ngebokep dulu" kata Ria ringan.

"Huss, enak aja"

"Telpon saya aja kalo perlu pak" kata Ria "Udah tak kasih toh no hapenya?"

"Emang mau ngapain nyari kamu?"

"Manatau perlu" katanya sambil berjalan menuju lift "Ikut gak pak?" tanyanya sambil menahan pintu Lift agar tetap terbuka.

"Serah kamu dah" kataku sambil melangkah masuk ke Lift.

Saya menawarkan untuk mengantar Ria sampai ke depan kostnya, toh sekalian berputar masuk tol, pikir saya. Ria langsung mengiyakan dan berkata kalau dia berterimakasih sekali, karena kalau malam banyak orang mencurigakan, katanya.

Saya mengantar dia sampai ke depan kostnya, yang ternyata adalah sebuah apartment kelas menengah. Wow, sepertinya perusahaan ini bonafit juga ya.

"Thanks ya pak udah dianterin" kata Ria.

"Cuman nyebrang doang, gak masuk nganterin lah"

"Mayan lah pak, daripada serem nyebrang malem-malem" katanya "By the way, aku cup C loh, hahahahaha" katanya sambil menutup pintu dan keluar.

Aku hanya terbengong-bengong menatap gadis itu, yang tertawa-tawa dan melambai-lambaikan tangannya padaku sebelum akhirnya dia berbalik dan pergi menuju apartemennya.

Gawat ini.... ini masih hari pertama lagi....