Diary - Bonus Story #8 - Mana yang lebih serem? Hantu atau Direbutin cewek? - Cerita Seram Kaskus

Diary - Bonus Story #8 - Mana yang lebih serem? Hantu atau Direbutin cewek?

Setelah event dengan Ria di apartementnya kemarin *Sengaja saya skip gan, ntar saya pisah thread aja, disini khusus horror pokoke*

Saya datang ke kantor jam 4 tepat.

Dan ketika saya datang, tampak Ria dan Desy sedang berselisih paham di depan ruangan saya.

Sembari OB sedang memindahkan kubikel dan peralatan komputernya ke dalam ruangan.

Sepertinya selisih paham mereka cukup seru karena masing-masing dari mereka saling beradu kata satu sama lainnya.

Saya mendekat tanpa terlihat oleh mereka tapi masih bisa mendengar suara pembicaraan mereka.

"Ci Ria jangan seenaknya lah, kasian kan koko kalau begitu" seru Desy.

"Lho.. gua kan enggak maksa dia lho" jawab Ria tak kalah sengit.

"Ya namanya cici yang godain kan tetep" tantang Desy lagi.

"Bah! bilang aja lu ngiri gak bisa mancing dia pake t*k*d lu yang kecil!" sembur Ria.

"Arh! ga usah bawa-bawa t*k*d!!" ujar Desy "Lagian cici punya juga udah kendor"

"Enak aja, Ayano bilang bagus kok" sembur Ria lagi.

Wryyyy..... buseedd... kaga salah apa tu cewek dua berantem di sini... mana gue kebawa-bawa lagi.

Saya mengambil langkah secepat kilat menjauh dari sana. Setelah berada cukup jauh, saya mengaktifkan handphone saya dan segera mencari-cari nomor telepon Ria.

Tuuutt...Tuuutt...Tuuuttt...

"Ya bapak?" jawab Ria di sambungan telepon.

Waw.... bisa ya cewek dari panas begitu bisa jawab langsung manis begini?

"ah.. emm.. gini Ri, saya kena macet nih, bentar lagi saya baru sampe" jelas saya ke Ria "Bisa tolong bantu saya fotocopy-in DFD prosedur ########### dari bagian SOP? takut mereka keburu mau pulang"

"Siap pak!!" kata Ria riang.

"awas lu, kita lanjut entar.."

"Males gua ci, tapi gua bilang aja, lu bisa, berarti gua juga bisa deketin koko..."

Saya mendengar suara debat diantara kedua gadis itu sembari Ria mematikan sambungan teleponnya.

Emak... idup gue kacau nih....

Pikir saya.

Belum lagi kalau sampai Elisa tau nih... bisa cemburu gak jelas... wew....

Setelah menunggu kira-kira 20 menit, sayapun mulai berjalan kembali ke ruangan kantor.

"Halo pak" sambut Ria menunggu saya di depan ruangan.

"Lho, kamu nunggu di sini? kubikel kamu mana?" tanya saya.

"Dalem pak, kan udah ditentuin kemarin... sama manatau bapak mau lanjutin yang kemarin malem" katanya.

"Huss... kamu jangan begitu ah.. nanti saya berharap beneran lho" kata saya.

"Justru aku maunya bapak beneran berharap" katanya ringan.

Saya tidak menjawab, hanya buru-buru masuk ke dalam ruangan, diikuti oleh Ria.

"Pak, ngomong-ngomong.." panggil Ria.

"Ya?"

"Bapak suruh Desy panggil bapak 'koko' ya? kok saya gak disuruh begitu juga?"

"Eh.. oh.. saya gak kepikir" jawab saya tergagap bagaikan orang ke-gap b*ker di celana.

"Jadi boleh.."

"Yaahh.., serah deh... atur aja" jawab saya gugup sambil meminum air putih yang sudah disiapkan untuk saya di meja.

"Atau mau kayak kemarin? panggilnya sayang?"

Prruuuuttttt!!!

Saya menyemburkan air yang sedang saya minum ke arah meja saya.

"Huk..uhukk!! uhuuukkkk!!!" saya terbatuk-batuk karena tersedak beneran.

"Ihh.. koko jorok..." Ria buru-buru mengambil lap dan membersihkan meja kerja yang basah karena air.

"Jangan sembarangan Ri..."

"Ok, OK pak" jawab Ria dengan tawa "Tapi saya serius ya pak, dipertimbangkan ya" katanya.

Dan itu benar-benar membuat saya tidak konsen pada pekerjaan pada awalnya, namun lama-lama perhatianku jadi terfokus dari pekerjaan yang memang saya jadwalkan untuk selesai pada hari ini.

Saya sedang asyik-asyiknya mengetik di laptop ketika layar menjadi freeze total.

"What!? sial belum save nih"

"Kenapa pak?" Ria berdiri dari tempat duduknya di seberang tempat saya duduk.

"Laptop freeze nih... mana blom save lagi"

"Kok bisa freeze pak?"

"Tau nih, biasanya kagak pernah begini"

"Eh... pak..."

Ria berteriak dalam bisikannya "Pak!!"

Saya mendongakkan wajah saya untuk melihat gadis itu. Dia sedang menunjuk-nunjuk ke arah saya.

Oh bukan, ke arah belakang saya.

Mulutnya berseru tanpa suara "ituu Ituuu!!"

Saya menengok ke belakang saya.

Nothing...

"Bayangan pak!! Ba..ya..ngan!!" teriak Ria dengan berbisik.

Bayangan? oh, maksudnya bayanganku...

Wtf?

Bayanganku terlihat perlahan-lahan membesar.

"The hell!?"

Saya mundur perlahan dari bangku saya hingga sejajar dengan tempat duduk Ria.

Memang terlihat jelas bayangan yang membesar hingga hampir menutupi separuh ruangan.

Sreet..sreett...srett...

Perlahan-lahan, laptopku bergerak.berputar hingga menghadap kami.

Tick..tick..Tick...

kata-kata mulai terbentuk di Notepad yang terbuka, dengan ukuran font yang cukup besar hingga terbaca olehku dan Ria dari tempat kami berdiri.

HALO

Tick..Tick..Tick...

TIDAK KAMI SANGKA KALIAN AKAN KEMBALI LAGI DI RUANGAN INI

Tick..Tick...TIck...

BIASANYA TIDAK ADA YANG BISA BERTAHAN LEBIH DARI DUA HARI

TIck..Tick..Tick...

JADI, KAMI RASA KALIAN COCOK UNTUK MENJADI TEMAN KAMI..

Seakan-akan suhu ruangan langsung drop menjadi sangat dingin. Luar biasa dingin.

Entah hanya perasaanku saja, atau memang suhu ruangan ini menjadi sangat dingin.

"Ko..." Ria menarik lengan bajuku "Jamnya..."

"Hah?" tanya saya pada Ria. Dia menunjukkan jamnya. Jam 7:44 menit.

Sial.

Bagaimana bisa tau-tau sudah jam segitu?

Tick..Tick..Tick...

JADI, HARI INI KAMI AKAN PERLIHATKAN WAKTU KAMI MATI

"Ria!!, ayo cepat keluar, tinggalin aja tas kamu, saya anter kamu pulang sekarang!!" teriak saya panik sambil menarik bahu gadis itu.

Saya menarik pintu ruangan dengan cepat, tiba-tiba pintu itu bagaikan direnggut dari tanganku hingga terlepas dari genggaman saya.

BRAKK!!

Pintu terbanting dengan keras.

Tick...Tick...Tick...

KALIAN MAU KEMANA?

"Cukup!! jangan libatkan kami ke urusan kalian!!" teriak saya "Please" tambah saya kemudian. Saya rasa bukan ide yang baik untuk membuat 'mereka' marah kan?

Tick...Tick...Tick...

JANGAN BEGITU...

Tick..Tick...Tick...

KITA KAN TEMAN.

"Ap-!!" belum sempat saya berteriak, tiba-tiba saya melihat seakan-akan seluruh ruangan bertumpukan dengan image dari ruangan lain. Ruangan kantor yang penuh dengan pekerja.

Image itu separuh transparan seperti sedang melihat film 3 dimensi yang sedang bertumpukan dengan benda nyata.

"A.... apa?" Ria bergumam lirih di sisi saya, sepertinya dia juga melihat hal yang sama seperti saya.

Kemudian saya melihat adegan seseorang memasuki ruangan itu. Seorang bapak dengan setelan jas abu-abu, sepertinya dia adalah salah satu atasan di kantor ini atau setidaknya mungkin seperti itu. Karena didukung oleh penampilannya yang berkepala sedikit botak dan berkumis tebal hingga menunjukkan karisma tersendiri.

- bagaimana pak? - seorang karyawan berdiri ketika melihat bapak jas abu-abu itu masuk.

- Dirut sudah mengizinkan kita pulang, tapi berhati-hatilah karena keadaan masih rusuh

PRANGG!! terdengar suara kaca pecah, dan sebuah batu melayang masuk ke dalam.

Seorang karyawan berlari menuju jendela yang pecah itu -pak!! daerah ini sudah terkepung!!-

Seluruh karyawan lainnya terburu-buru berlari menuju jendela -Astaga!! gedung sebelah kebakar!! -

- Apa!!? - teriak si bapak berjas abu-abu.

- Apinya udah ngerembet pak, ahhh!!! - teriak salah seorang karyawati, kemudian keadaan menjadi kacau balau.

Mereka tampak membuka pintu ruangan itu. Namun begitu pintu terbuka, bubungan asap masuk ke dalam ruangan itu.

- Asap!! jangan dihirup!! - seru seorang karyawan lainnya.

- Seluruh karyawan harap menutup hidung, jangan sampai terhirup. Jim, kamu atur teman-teman, kita keluar dari gedung - seru si bapak itu.

Mereka semua tampak berusaha mencari penutup untuk mulut dan hidung mereka dan beringsut-ingsut keluar sambil berada dalam barisan.

Keadaan di luar ruangan itu sama saja kacaunya. Semua karyawan tampak panik karena asap yang mengepung ruangan.

"Hukk..Uhukk..!!" Ria yang berada di sebelah saya tiba-tiba terbatuk-batuk.

"Ri?" tanya saya, tapi sesaat kemudian saya juga ikut terbatuk-batuk "Ohokk...ohoookkk!!" saya merakan asap memasuki paru-paru saya.

Saya juga merasakan mata saya pedih seakan benar-benar terkena asap.

Tick..tick...tick...

ITU BARU AWAL MULANYA...

Tick..Tick...Tick...

PENDERITAAN KAMI MASIH BELUM MULAI

Lalu saya mendengar seseorang berteriak, seseorang dari image itu - Api!! Api!!! KEBAKARAN!!! - serunya.

Saya belum pernah melihat api yang begitu cepat menyambar seluruh ruangan, atau bahkan seluruh bangunan ini. Seakan-akan bangunan ini sudah diminyaki terlebih dahulu sebelumnya.

BRAKKK!!!

Saya melihat bangunan sudah mulai runtuh di mana-mana.

- Pak!! pintu keluar tertutup!! - teriak seseorang yang bernama Jim itu.

- Pak, Susan dan teman-teman terkurung di dalam ruangan!! - seru seorang karyawan yang lain.

Bapak berjas abu-abu itu terlihat bingung. kemudian meneriakkan ke Jim - Kamu lewat tangga darurat, disitu harusnya aman, tapi tetap tutup hidung kalian!! - serunya sementara dia berlari masuk ke ruangannya tadi.

BRUKKK!! BLARRRRR!!! api menyambar-nyambar di ruangan itu dengan besar dan liar.

Sesaat kemudian, satu per satu saya mendengar teriakan-teriakan kesakitan datang dari seluruh ruangan itu. Dan perlahan-lahan bergema seakan-akan teriakan itu datang dari seluruh bangunan yang terbakar itu.

-Aaaaaaaa!!!

-Panass!!! AAaaaaa!! -

- Toloong!! Toloong!! -

Sepertinya pada akhirnya bapak itu dan karyawan-karyawan lainnya tidak berhasil keluar dari kobaran api itu.

Rasa panas menyentuh kulitku seakan-seakan saya melihat semua itu dari jarak dekat.

Tanpa saya sadari, Ria memeluk saya. Badannya bergetar dan bajunya basah karena keringat.

"Ria..." saya memanggil dia.

"Oh.. sory ko... " wajahnya terlihat sangat pucat.

Melihat kondisinya yang demikian tanpa sadar saya juga memeluknya..

Tick..Tick..Tick....

KALIAN SUDAH MELIHAT KISAH KAMI

Tick.. Tick.. Tick...

TERIMA KASIH...

Lalu semua lampu mati hingga tidak terlihat apapun.

Dan sesaat kemudian menyala lagi semua.

Saya dan Ria saling menatap, lalu tanpa berkata banyak, saya mengantarkan Ria pulang.

"Ko, mampir yuk" kata Ria.

"Jangan hari ini ya Ri, saya agak capek"

"Iya deh" kata Ria tersenyum.

saya menunggunya hingga dia masuk ke apartmentnya.

Kemudian saya menyalakan mobil kembali dan hendak pulang

Tok..Tok..Tok...

"Hah?"

"Loh Des? kamu kok disini?" tanya saya kaget.

"Pak.. numpang pulang ya..." kata Desy