Home Sweet Home (Horror+Romance) #20a - Cerita Seram Kaskus

Home Sweet Home (Horror+Romance) #20a

“Nind….. Ning” berkali – kali suara itu terdengar dari mulut kak Lala menggoyahkan badanku dari tertidurnya malam. Aku terbangun pada pukul 5 a.m, dimana ternyata aku sudah tertidur selama berjam – jam, kiraku aku baru memejamkan mata dan kembali terbangun.
Kak Aning berkata dengan setengah tertidur,
“ada apa sih La..!”
Kak Lala menjawabnya,
“aku pengen pipis Ning, anterin lah udah dipucuk banget ini..”
Kak Aning berkata,
“ya dikeluarin kek, jangan jorok gitu dong. Suruh anterin Ninda aja. Aku udah males gerak nanti gak bisa tidur lagi kalau aku udah bangun..”
Kak Lala berkata, dan beralih membangunkanku,
“yaudah… Nind bangun. Anterin aku ke kamar mandimu please aku gak berani..”
Aku berkata sedikit pusing,
“Hmmm apa, hmmmm bentar kak aku lima menit lagi ya. Aku juga pengen pipis kok, tapi mataku rasanya lengket banget..”
Kak Lala berkata,
“Nind sekarang dong, udah dipucuk ini. Nanti aku ngompol….!”

Kak Lala saat itu terpaksa menarik tanganku hingga aku berdiri. Aku terbangun dengan mata yang masih memerah karena kurang tidur. Kami berdua berjalan keluar kamar dan menemukan bahwa sepeda motor Budi sudah didalam ruang tamu. Rumahku memang tidak ada garasinya jadi motor kendaraan bisa tinggal di masukan ke dalam rumah.

Kak Lala berkata,
“budi udah pulang tuh Nind, kok aku gak dengar suara motor kalau dia balik rumah ya..”
Aku berkata,
“aku juga lho kak, mungkin kita udah tertidur pulas dan kecapean karena tidur larut malam… kak, aku mau cek kak Buddi dulu kekamarnya ya, tunggu disini”
Kak Lala berkata,
“ogah deh, aku ikut. Takut.”

Aku sebenarnya tidak tahu waktu itu kenapa aku begitu ingin tahu kak Buddi sudah pulang beneran atau belom. Ya, walaupun motornya sudah ada aku begitu ingin tahu. Apa mungkin karena Bunga atau gimana yang jelas aku punya pikiran yang tidak enak. Yang benar saja sih, ketika aku kekamarnya kak Buddi, Buddi tidak ada dikamarnya. Bahkan tempat tidur kak Buddi juga tidak ada. Aku dan Lala kaget karena kamar Buddi kosong.

Kak Lala berkata,
“buddi kalau tidur dilantai apa Nind, kok gak ada tempat tidurnya?”
Aku berkata seakan tidak percaya,
“ada tempat tidurnya kak..”
Kak Lala berkata,
“yang bener, sekarang Buddi kemana kalau motornya sudah ada dirumah..”
Aku berkata dan sambil masuk dan berkeliling berjalan dikamar Buddi,
“aku gak tahu kak, masak tempat tidurnya gak ada..? coba yuk kak cek ke kamar ibu..”

Aku waktu itu belum tahu apakah ibuku sudah pulang atau belum. Tetapi menurut perasaanku, ibu dan bapak sudah pulang waktu kita bertiga sudah tidur. Dan ketika aku menuju kamar ibu, kamarnya terbuka dan ibu sedang sholat waktu aku mengintip dari pintu kamarnya. Aku kembali menuju kak Lala kembali dan berbisik kalau ibu dan bapaku sudah pulang. Aku masih memikirkan kemana kak Buddi dan tempat tidurnya hilang.

Pikiranku tentang kak Buddi buyar, ketika Kak Lala memang sudah tidak kuat menahan mengeluarkan pipisnya. Kak Lala berdiri dengan dua tangannya memegang area pipisnya. Tanpa babibu kita berdua berjalan cepat membuka pintu rumah yang terkunci dari dalam. Alangkah terkejutnya kita berdua melihat Buddi asik ngorok tertidur ditempat tidurnya berada di teras.

Aku berpikiran kalau kak Buddi memang gila hingga mencari suasana berbeda, tidur diteras dengan memindahkan tempat tidurnya yang berat jika Buddi memindahkannya sendiri. Aku dan kak Lala tersenyum lucu dan meninggalkannya tetap tertidur untuk ke kamar mandi. Setelah kita berdua pipis aku dan kak Lala membangunkan kak Buddi.

“kak, kak…. Kak…. Bangun kak…” aku membangunkannya dengan membawa gayung berisi air..

Kak Buddi terbangun walaupun matanya memerah akibat dia pasti baru tidur. Dia membuka dan memejamkan matanya berulang kali, sesekali mengucek matanya. Setelah benar – benar sadar Kak Buddi kaget dan mundur – mundur hingga terjatuh dari tempat tidur. Dia tidak percaya kalau tertidur di teras rumah dengan tempat tidur. Aku dan kak Lala lalu merinding ketika kak Buddi menunjuk kan wajah ketakutannya.

menurut kyai tersebut itu kerjaan genderuwo. yang suka memindahkan kak Buddi.

=====================================================================================

Buddy,

Aku bersama Ninda dan Lala mengangkat tempat tidur yang berat itu tanpa sepengetahuan ibu dan bapak. ketika kami bertiga memang tidak kuat untuk mengangkatnya, Ninda terpaksa untuk membangunkan Kak Aning untuk membantu kami bertiga.
Pagi itu sekitar 6.15 a.m hari Kamis, aku tidur kembali dikamar setelah tempat tidurku sudah kembali ke kamarku. Jam – jam itu, sudah biasa aku dirumah dengan ibu. Waktu itu Ninda sudah berani untuk berangkat ke sekolah walaupun habis sakit, Lala dan Aning berangkat kerja lalu di ikuti dengan bapak juga yang beberapa menit menyusul berangkat kerja juga.

Lalu aku terbangun dengan suara menyeret di kamar Ninda. Aku berbaring dikamarku selama beberapa menit berusaha untuk mendengar. “disamping membayangkan mengapa aku bisa tidur diteras dengan tempat tidurku yang terpindah” aku berguling menyamping untuk mencoba kembali tidur. Dan ada suara itu lagi. Kamar Ninda (kamar 1) itu hanya ada diluar pintu kamarku (kamar 2), dimana ruang kamar tidurku itu berada di tengah – tengah. Aku duduk dan berusaha mendengarkan dengan tenang. Dan ada itu lagi. Ini terdengar seperti seseorang menderong meja atau entah kursi bergerak menuju ruang tamu. Rumah kami tidak memiliki karpet lantai, hanya lantai keramik kuno. Aku bangkit dari dudukku dan membuka pintu untuk menyelidiki. Tidak tampak ada sesuatu yang tidak beres dikamar Ninda, aku memutuskan untuk memeriksa gudang. Meskipun itu sangat sulit untuk mengatakannya, gudang rumah memiliki barang – barang yang berserakan, karena banyak kardus – kardus tempat kami menaruh perabot kami seusai kita pindah kerumah ini.

Aku memeriksa ibuku dikamar, dan ia tertidur terlelap. Ibuku waktu itu mungkin sangat capek, terlihat ketika ibu sedang menyiapkan sarapan. Mungkin acara ibu ke semarang kemarin membuat ia ingin rehat sebentar dengan tidur waktu itu.
Merasa lelah sendiri dan agak bingung, aku kembali ke tempat tidurku. Aku berbaring dengan mata yang hanya terbuka, dan aku sedikit berpikir. Hal itu lah yang membuatku mengapa aku tidak bisa tertidur, “tidur di teras”. Mataku sebenarnya mengantuk, tetapi batin ku menolak. Aku bangkit kembali dan pergi kedapur untuk mencari buah yang bisa aku makan. Aku mengambil apel merah dari dalam kulkas. Setelah ingin mencucinya di dapur, suara mendesis keras terdengar tepat berada di belakang ku. Berpikir itu adalah ibu yang bercanda untuk mencoba mengerjaiku, aku berbalik, hanya menemukan aku sendirian di dapur.

Mematikan keran, aku melirik jam tangan. Itu jam 6.30 a.m. masih berpikir itu tadi ibuku, aku memutuskan untuk menyelidiki. Yang aneh adalah, dapur terhubung ke ruang makan dan ada pintu yang mengarah ke pintu kamar ibu ku. Pintu itu tertutup, padahal sebelumnya aku mengecek ibu tidur tadi, pintunya itu terbuka.

Belum lagi, suara itu datang kembali tepat dibelakangku. Dan aku mendengar langkah kaki lari, jika betul itu ibuku. Aku pergi keluar dari dapur masuk wilayah ruang keluarga, berjalan melalui kamarku ke kamar Ninda untuk mengecek, aku kembali ke kamarku kembali karena sedikit ketakutan. Aku menemukan ibu terbaring tidur di tempat tidurku membelakangi pintu kamar setelah aku berdiri ditengah – tengah pintu. Aku sempat melongo dan ketakutan, lalu aku ingin membangunkan ibu, tetapi terlalu tidak enak jika aku menganggu tidurnya. Sesekali aku mengecek kalau ibuku masih bernafas, karena aku takut jika ibuku berhenti bernafas pagi itu. Jadi aku memutuskan untuk duduk di sofa ruang keluarga dan menggigit apel yang ada digenggamanku. Pagi itu terasa sepi sekali jika ibu tidur, aku merasa seperti hidup sendiri di rumah ini.

Tak lama aku melamun dari televisi yang menontonku dengan pikiran kosong. Ibu mengetok –ngetok pintu depan dan memanggilku berulang – ulang kali. Aku tersadar setelah pintu yang digedor ibu itu seperti hampir roboh, lalu aku berjalan cepat dan sedikit kebingungan membuka pintu depan yang terkunci dari dalam. Ibu waktu itu terbangun dari kamarnya (kamar 3) yang terkunci dari luar ruang makan. Kamar ibu memiliki dua pintu, pintu untuk keluar keluar kerumah dan pintu keluar untuk menuju ruang makan.

Ibu mengira kalau aku menutup pintu dari luar ruang makan, padahal sama sekali aku tidak menguncinya didalam kamar. Justru aku kira ibu keluar dari kamarnya dan menutupnya sendiri untuk pindah tidur di tempat tidurku. Tetapi aku menolak untuk di kira kalau aku menguncinya dan tidak menceritakan yang sebenarnya.

Aku agak ngeri sekali pagi itu dan mataku sama sekali tidak mengantuk, setelah aku cek ke tempat tidurku kalau tidak ada siapapun. Aku baru tidur pada pukul 3 am dan bangun jam 6 am, tidak yakin sudah berapa lama sudah…..

Sejak suara desisan itu dan siapapun yang mengunci pintu kamar ibuku dan siapapun yang tidur ditempat tidurku, aku mengira kalau ada kehadiran seseorang tempat kami tinggal. Karena merasa seperti diawasi aku ke kamarku dan menghidupkan computer tabungku untuk menulis e-mail kepada pacarku yang waktu itu kuliah dijerman baru 4bulan an berada disana. Warna text menjadi merah muda, dari warna hitam pekat. Itu aneh. Warna text itu beralih dengan sendirinya berkali – kali. Aku kira computerku error ataupun rusak, karena takut kalau nanti akan ada kerusakan entah dikomputerku. aku menyudahi niatku untuk menceritakan kejadian itu dan mematikan komputerku. Sebelumnya aku telah beberapa kali berkirim e-mail dan biasa saja.

Aku pegi ke kamar mandi (sumur) untuk mencuci mukaku, karena aku sangat kacau. Aku berusaha membuat mukaku kembali fresh kembali. Aku dikejutkan kembali ketika komputerku sudah berselancar kembali diyahoo, padahal sebelum aku meninggalkannya itu sudah fix mati. Dengan sedikit ketakutan aku berusaha untuk mematikannnya kembali dengan tangan yang bergetar, lalu aku menuju kamar ibu setelah memastikan kalau komputerku sudah mati total.

Malam itu aku terbangun dari kamar tidur ibuku. Cukup gembira akhirnya aku bisa tidur, walaupun sampai malam. Aku keluar dari kamar ibu, aku menemukan bahwa Lala Aning dan Ninda berada di ruang keluarga, sedangkan ibuku sedang memasak didapur untuk menyajikan makan malam. Lala waktu itu menginap kembali, padahal sebelumnya dia sempat bilang kalau takut untuk menginap kembali di rumah. Ya, aku cukup senang saja kalau rumah ini ramai dengan kehadirannya Lala.

Hal itu berjalan dengan baik, ketika Lala Aning dan Ninda bercanda dan ingin menonton sebuah film documenter “into the wild” kalau tidak salah. Kaset kepingan itu dipinjamnya Lala dan Aning dari tempat penyewaan ultradisc. Tapi tentu saja, sangat aneh malam itu, karena kaset itu menolak untuk memulai. Aku kira tidak ada yang salah dengan kasetnya, karena kaset dvd itu sebenarnya tidak ada baret sedikitpun dan masih kinclong bersih. Lalu aku berpikiran kalau dvd nya yang rusak, lalu aku mencoba dan mengecek dengan kaset – kaset koleksi ku tetapi dvd itu berkerja dengan baik. Pada hal itu mereka bertiga sangat kesal dan mengutuk kaset persewan itu. Aku bertanya pada Lala dan Aning “apa sudah diputar disana sebelum meminjamnya?” , mereka berdua mengaku kalau sudah dicoba disana.
Nah… itu adalah kesalahan yang cukup aneh. Malam itu tentu saja, akhirnya menjadi malam yang menjengkelkan bagi kami berempat. Tetapi tidak lama menghujat sana sini tentang kepingan kaset itu. Masakan ibu yang sedang dihidangkan membuat kami berempat tanpa babibu menyantapnya.

Beberapa selang waktu setelah makan malam ibu melihat tv, acara stasiun local. Ninda, Lala dan Aning kembali kekamarnya (kamar 1). Karena aku takut untuk kembali kekamarku sendiri, aku menuju kamar Ninda dan Aning untuk berbaring di tempat tidur sambil mendengarkan mereka menggosip sana – sini.

Bapak pulang pada jam 8pm dan sesekali mengecek kalau kami baik – baik saja dikamar. Lalu bapak kembali kekamarnya karena mungkin sangat kecapekan waktu itu selepas pulang kerja selalu malam diikuti dengan ibu.

Tiba – tiba aku merasa tidak nyaman. Malam itu, terjadi sekitar 11.30 pm, aku mendapatkan Ninda tampaknya ingin tidur dan menyingkirkanku dari tempat tidurnya. Ninda tampak aneh, dan enggan berkata. Tapi bagaimana hal – hal yang tampak aneh terungkap, aku hanya berpikir mungkin Ninda masih pusing setelah pulang dari rumah sakit.

Aku pindah ke tempat tidur Aning yang mungkin sedikit lebih besar ukurannya dari tempat tidur Ninda. Lala dan Aning masih diduduk dibawah diatas karpet diantara dua tempat tidur dan Lala bangun untuk mengambil minum di ruang makan. Yang saat itu aku kebelet untuk kencing aku keluar ke kamar mandi. Aku dan Lala berpapasan diruang tamu ketika mau kembali keksmar Ninda dan Aning. Lala berseru kepadaku “kamu dengar tidak?”. Aku bertanya apa yang terjadi. Lala mengatakan kalau ada suara seseorang menginjak – injak kardus di gudang, ketika sebelumnya Lala lewat berjalan ngoncok hingga berpapasan denganku.

Aku tidak mendengar, tetapi Lala bersikeras bahwa dia tahu apa yang dia dengar digudang. Kemudian saat ia mengatakannya dengan serius, hal itu terjadi lagi. Hal itu sebenarnya seperti seseorang telah menjatuhkan satu set kunci ke lantai gudang. Sekarang aku dan Lala bersemangat untuk mengeceknya. Lala sebetulnya sama sekali belum pernah mengalami pengalaman tentang horror lagi setelah melhat perempuan cantik yang menyiram tanaman kemarin malam. Dan hal – hal hanya menjadi buruk ketika kami berdua tidak menemukan ada sesuatu atau benda yang terjatuh. Lala lalu keluar gudang dan kembali kepadaku dan menarik bajuku hingga kami keluar dari gudang dan berada diruang keluarga, dia bertanya kepadaku “apa dvd player yang tadi kami berempat hidupkan, apakah sudah aku matikan?”
Aku berkata, kalau aku sudah mematikannya sebelum kita berempat makan ke ruang makan, lagian tadi juga ibuku melihat televise, kalaupun dvdnya masih hidup juga pasti dimatikan ibuku.

Kemudian Lala menunjukanku bahwa dvd yang sebelumnya sudah aku matikan tadi hidup dan seperti sedang memutar film. Menitan itu tidak lama, baru sekitar 10-15menit film berjalan. Aku mendekat diikuti dengan Lala dibelakangku mencari remote yang diletakan di sofa, lalu aku hidupkan dan mengganti ke mode av. “into the wild” itu sedang memutar dengan baik tanpa macet.

Lala kembali bertanya kepadaku,
“tadi kaset kepingan dvdnya sudah kamu keluarkan to?”
Aku menjawabnya,
“sepertinya belum, tapi yang pasti sudah aku tekan power untuk mematikan dvdnya sebelum kita berempat makan..”

Lala memasang muka yang sangat panic begitu pula dengan aku juga. Tanpa basa basi aku mematikan televise dan dvd playernya. Dan Lala menarik tanganku untuk mengantarnya di kamar Ninda. Dia sangat ketukan sekali malam itu.
Setelah masuk ke dalam kamar, aku lihat Ninda sudah tidur tapi aneh dengan Aning. Aning seperti menggigil dibalik selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Lalu aku dan Lala menghampirinya dan menyikap selimut untuk memastikan bahwa Aning baik – baik saja. Tetapi seperti nya tidak, Aning berkeringat dan memejamkan matanya. Aku saja sempat berpikir “kok Aning bisa bernafas dengan keadaan menutup rapat tubuhnya dengan selimutnya”

Aning bilang kalau dia mendengar ada seseoarang beraktifas di kanan kamar. Siapapun itu, orang itu seperti mengambil daun pisang dan mengirisnya untuk mengambil daun nya saja. Aning menduga kalau yang dia dengar mungkin sudah 7 daun lebih yang diambil dari pohon dan memisahkan daunnya dari batang diantara daun pisangnya.

Ketika aku dan Lala menanyakan “apakah ada suara benda jatuh di gudang?” justru Aning malah tidak mendengarnya. Entah Aning waktu itu benar tidak mendengarnya atau sebenarnya mendengar tetapi dia focus pada suara di luar rumah, aku tidak tahu. Yang pasti Aning sangat ketakutan dan Aning menyuruhku untuk tidur di tengah di atas karpet untuk menjaga Aning Ninda dan Lala. Apa boleh buat aku juga saat itu sebenarnya tidak berani tidur dikamarku sendiri.


=== Cerita Selanjutnya ===