Home Sweet Home (Horror+Romance) #16 - Cerita Seram Kaskus

Home Sweet Home (Horror+Romance) #16

Aku terbangun tertutup keringat yang asam di satu ruangan, bersebelahan dengan pasien disamping tempat tidurku. Aku mencoba bangun dan merenggangkan otot2 yang terasa sangat kaku dalam tubuh, lengangku seperti mati rasa dan aku tidak bisa merasakan apa2 karena tertusuk jarum infus. Aku sedikit menggerutu dan meletakkan kepalaku diatas bantal, keringat dingin kembali menggelitik leherku. "mungkin bantal telah dibuat dari jamur" sehingga membuat aku mabuk dan terbang.

Aku menatap jari- jariku, merasa sangat berat sekali untuk menatapnya kebawah. Sekitaran dad*ku terasa memar dan terlihat ungu membiru kalau mungkin aku pikir saat itu. Aku selalu ingin mendapatkan jawaban "kenapa aku bisa bangun dirumah sakit dengan keadaan seperti ini..? mungkin aku habis kecelakaan lalu lintas" sebuah omong kosong kalau aku boleh sebut.

Aku terbaring ditunggui oleh keluargaku. Cuma ibu yg saat itu masih terjaga menjagaku. Bapak dan kak Aning tidur terduduk di sofa.

"bu, kok aku ada disini..?" tanyaku dengan suara serak
"kamu tidak mengingatnya dik..? ini minum dulu ya dek biar gak serak" ibuku kembali bertanya dan memberiku kemasan botol air putih
"tidak.." jawabku dan meminum air putih itu lewat sedotan
"pelan2 dik, gak usah buru2.." ujar ibuku

Ibu bercerita kalau aku kesurupan tadi sore. Jelas saja aku bisa sampai kehausan seperti orang berpuasa, karena tenagaku terkuras habis dan hanya capek yang aku rasakan. Aku terbaring disana hingga beberapa jam (tidak tahu mengapa melihat jam saat itu menjadi sebuah hobi buatku karna tak bisa tidur).

Sebelumnya, tak lama aku tersadar datang seoarang suster sekitar umur 24 tahun datang untuk mengecek keadaanku. Namanya bunga, dia yg bertugas merawat aku. Bunga begitu sangat cantik seperti seorang pramugari, badannya bagus dengan tinggi semampai bahkan aku sangat iri sekali dengannya karena dia lebih cantik dariku. Meskipun aku sakit dan rewel, dia selalu membuatku tersenyum.

Aku bahkan tidak berpikiran sama sekali kalau namanya bunga. Tapi tak lama dia mengecek keadaanku, keluarga dari pasien sebelahku juga memanggilnya dengan nama itu. Padahal ketika aku dihampiri kak Bunga, pertama yang aku lihat dari dia adalah tag namanya, dia bernama nurse mawar.

Sudah lewat tengah malam aku sama sekali tak bisa memejamkan mataku, bahkan ibuku yg tadi menungguiku sampai tertidur lelap di sebelahku. Aku dulu sempat berpikir kalau rumah sakit itu walaupun malam tetap ramai, penuh orang berlalu lalang menjenguk sanak saudararanya yang sakit. Tetapi justru sebaliknya, semakin malam semakin sepi. Ternyata, batas penjenguk cuma sampai jam 10 malam. Mending aku tidur daripada mikir begituan. Tak lama aku mulai berhitung dari angka 1 sampai 1000. Dan aku tak ingat pada angka berapa aku bisa memejamkan mataku untuk bisa beristirahat.

Sebenarnya ibuku itu dulu seorang guru Sma di Semarang. Setelah melahirkan aku, Ibuku berhenti dan lebih memilih untuk meluangkan waktunya buat keluarga. Aku sangat bangga dengan ibuku kalau dia begitu peduli sekali dengan kelurganya, keluarga menurut ibuku prioritas nomor satu.

"dik, ibu gak bisa jaga kamu hari ini. karna ibu mau ke semarang.." ibuku dengan berat hati memberitahu kalau dia gak bisa menemaniku. ya walaupun setelah bangun badanku fresh kembali tetapi kayaknya aneh aja kalau anak lagi sakit gak ditemani
"terus aku sama siapa bu..?" jawabku
"ibu udah pesan sama bunga untuk sering menunggui kamu kalau sudah mengurus pasien2nya yang lain.."
"iya bu.." jawabku "loh, kak budi kemana ya bu..?" tanyaku
"dia diluar dik, mas budi tidur dilobi tadi malam. Nanti setelah mas budi mengantar ibu pulang, ibu suruh kemari ya.."
"hmmmm, iya bu gakpapa.." kataku.. ya aku harus bersikap dewasa, karna ibuku juga ada janji yang tak bisa diundur

Tak lama kemudian ibu berpamitan denganku. Aku kesel banget waktu itu, setelah bangun kak Aning sama bapak juga sudah pulang. Mereka sudah kembali kerumah untuk bersiap berangkat kerja, subuh tadi. Tak lama ibu meninggalkanku, kak Bunga terlihat dari pasien sebelah datang untuk membawakanku sarapan.

"hai ninda.. selamat pagi.. siap untuk sarapan..?" kata kak bunga tersenyum kepadaku
"iya kak bunga.." jawabku senang karena kata ibu dia lah yg mau menemaniku nanti
"bisa makan sendiri gak..? bunga bertanya kepadaku sambil menaruh bubur, irisan ayam dan telur dengan minuman teh dan air putih di atas meja.

Aku tidak pernah berpikir sama sekali kalau sarapan orang sakit seperti itu, karna aku sama sekali gak terlalu suka dengan bubur. Tapi kak Bunga sangat sabar dan membujukku untuk segera makan, karna sebelumnya setelah sadar tadi malam aku tak mood untuk makan.

"aku pengen minum tehnya dulu kak.." pintaku
"ini Nind, aku bantu ya.." Bunga adalah satu2nya orang yang aku tahu siapa, karna dia begitu senang membantu orang lain. Walaupun jujur pada awalnya aku sedikit takut dengannya, tetapi dia bisa menghangatkan dengan senyumannya.
"iya kak, makasih ya.. soalnya aku juga tak berpikiran bisa sarapan sendiri hari ini, hehe" jawabku bercanda

Bunga cuma tersenyum dan membantu menyuapiku makan setelah meminum teh. Kemudian kita berbicara sebentar untuk sementara setelah aku selesai makan, sampai bunga pamit untuk melayani pasien disebelahku. Pasien sebelahku sakit struk, pasien itu tidak bisa bergerak sama sekali. Jadi kak Bunga sangat sabar untuk mondar - mondir merawatku dan pasien sebelahku bahkan kekamar2 lain. Memang aku dan kak bunga baru pertama kenal gara2 dia merawatku, tapi sepertinya aku telah lama mengenal dia jauh. "tapi apa mungkin ini cuma sebatas tugasnya saja untuk membuat pasien betah di rumah sakit" pikirku saat itu.

"setelah sarapan mandi ya Nind.." kata bunga
"iya kak aku keringatan mulu dari tadi malam, gerah banget.." jawabku walaupun ruangan itu ber ac tapi aku tak merasakan sejuknya ac itu
"iya tunggu sebentar ya.." Bunga tersenyum meninggalkanku dan kembali dengan mendorong sebuah peralatan untuk mandi. Kalau aku ingat ada 2 buah mangkok besar berisi air hangat, untuk memandikanku "mandi bebek".

Bunga sesegera menutup gorden pembatas berwarna hijau untuk menyembunyikanku agar tak terlihat pasien sebelah. Kemudian Kak Bunga menyelimutiku dengan selimut dan mulai mengusapi wajah tangan dan kakiku. Sebenarnya tak secepat itu dia melakukan tugasnya. Dia menggunakan kain kompres, modelnya seperti sapu tangan. Dia mulai mengusapi wajahku melingkar lingkar menyeluruh hingga keleher2 dengan kain yg sudah ia basahi dengan air hangat tadi. Dia melakukannya dengan sangat lembut hingga membuatku mengantuk, bahkan aku bisa tertidur kalau aku nikmati suasananya. Kak Bunga mendekatkan wajahnya dihadapanku waktu aku menutup mata.

"kak......!" aku terbangun membuka mataku melotot dan kaget karna dia menc**m bibirku
"sssst..." tangan kiri kak bunga memberi kode dimulutnya untuk aku harus diam

Bingung campur takut. Aku semakin membuka mataku tajam2, jantungku berdegup kencang tak seperti biasanya. Kemudian kak Bunga mendekatkan telinganya ke dadaku..

"kenapa jantungmu berdegup kencang...?" dia membisikan lirih sambil meniupkan dan menarik nafasnya ditelingaku, berpola 1.2.3
"gakpapa kak.." jawabku dengan merasakan kalau kepalaku sangat berat, tetapi rasanya beda kalau itu bukan berat (pusing).

Jujur saja waktu itu aku bingung.. Mau menolak kasihan dengan kak Bunga, takut kalau dikiranya aku menolak mentah2 untuk dic*um. Aku dic*um kak bunga biasa saja dan tak merasakan apa2. Tetapi setelah dia meniup telingaku, aku jadi seperti uler kepanasan. Tapi perlakuan dia terus menuju ke hal yg ingin memenuhi hasr*tnya. Seperti dia memijat pah*ku hampir menuju ke tengah2.

Aku cuma diam dan banyak mikir, tapi pikiranku buntu. Perlahan lahan dia menyikap selimut yang menutup tubuhku dan menc**m lagi tetapi dia menc**mku ke yang buah b*birku atas bawah dimainkan pakai l*dahnya dengan sangat kasar tetapi berirama.

"kak.... " aku berontak memalingkan wajahku dan berucap ditengah2 kak bunga menc**mku
"kenapa..?" jawabnya begitu sangat kesal
"........" aku diem dan gak tahu mau jawab aja, sebenarnya aku mau bilang kalau aku belum gosok gigi "apa kak bunga gak j*jik?" tanyaku dalam hati

Kak Bunga sepertinya sangat malu dan melanjutkan untuk memandikanku. Kemudian kak Bunga perlahan lahan membuka bajuku, walau dia melihat dad*ku cukup ada goresan. Tetapi dia tetap membukanya hingga pus*rku terasa sudah dihempas udara. Aku kira dia mau membasahi depan tubuhku dan itu memang bagian dari memandikan pasien yang sakit. Tetapi...

"tunggu sebentar ya Nind. Handphone kak bunga bergetar, kaya nya ada sms masuk.." dia memberitahuku dan mengeluarkan handphonenya dari dalam saku bajunya
"iya kak.." ya aku percaya saja waktu itu walaupun aku tak mendengar getaran sama sekali. Padahal kalau dipikir2 handphone jaman dahulu itu getarannya hampir sama dengan getaran gempa bumi. "dreeet dreeet dreet " 2.0 skala ritcher..

Bagian dad*ku masih tel*nj*ng bulat, kak Bunga mencuekan bad*nku yg notabene kalau aku ingat kaya manoh*ra. Tapi aku juga biasa saja karena kak Bunga juga sama2 seorang perempuan. Aku lihat kak Bunga memang keliatan menggerakan jemarinya di atas keypad handphonenya tetapi aneh saja, "kenapa cara megang handphonenya seperti mencari anggle yang bagus...?" Dia seperti ingin memotretku, dan benar..

"kamu cantik banget ya Nind kaya adikku..?" dia memperlihatkan galleri gambarnya itu "aku", setelah memang benar dia memfoto aku tel*nj*ng dad*
"hoi hapusss gak...!!!" aku bangun dan meraih handphonenya dengan tanganku, tetapi reflek dia sangat bagus untuk menghindar dariku
"kamu diem apa aku sebar, aku bluetoothin ke teman2 sekolah kamu, kamu mau...! pelanin suaramu...!!!!" dia melotot kejam dan mengancamku
"pliisss kak jangan..plisss kak hapus kak plisss" aku reflek menjadi takut banget dan kawatir, aku memohon agar dia mau menghapus fotoku
"yaudah turutin ke mauanku, nanti aku hapus..." kata kak Bunga
"turutin apa kak...?" tanyaku walau aku sudah tahu maksud dia apa
"............ aku.." jawabnya dengan senang, seperti dia telah memenangkan undian berlibur keliling eropa
"kak, aku gak mau.." kataku dan mulai ingin menangis tapi air mataku tak bisa keluar, rasanya udah kwatir aja bawaannya
"kamu smp *** kan..?"
".......... yaudah kak..." jawabku pasrah

Setelah dia menyebutkan aku sekolah disana aku semakin takut menjadi2. Aku takut untuk menolak, tetapi aku juga takut kalau menurutinya, Intinya aku takut sekali kalau memang dia beneran mau sebar. Aku udah mikir yang egak2 seperti dikeluarkan dari sekolah, padahal aku mau ujian. Aku udah mikir kebelakangnya bukan malah mikir untuk menghadangnya. Mungkin waktu dulu aku masih polos dan penurut bahkan masih begok banget jadi yaudah aku turutin ke mauan dia waktu itu.. Aku juga berharap sekali agar dia mau menghapusnya setelah aku menuruti ke mauannya..

"buka...!" dia menyuruhku untuk menyikap semua kain yg terbalut di tubuhku

Skip skip skip..

"kak langsung hapus...!" pintaku tak sabaran
"gak bisa. Pasti nanti kamu laporin ke orangtuamu.. Aku tuh gak begok Nind" kata kak bunga enggan menghapus fotoku tadi
"pliss kak, aku janji gak bilang orangtuaku pliss janji kak.." kataku untuk meyakinkan kak bunga
"bohong..! kalau mau jenguk aku disini, kalau kamu sudah boleh pulang.. nanti aku hapus fotonya.." kata kak Bunga merencanakan
"gak mau, nanti kamu kirim2in ke teman2ku..!" jawabku tidak setuju
"aku janji.. pegang omonganku.." Kak Bunga ganti meyakinkan aku

Ada rasa cemas yang mengisi relung hatiku. Aku semakin malu untuk melihat dia lagi, bahkan ingin berpaling dari wajahnya setelah kejadian itu. Tetapi kak Bunga justru bertambah baik kepadaku, dia seperti memperlakukan aku special. Ya walaupun aku mikir keras tentang fotoku. aku berpura2 untuk biasa saja walaupun fix aku udah ngecap dia kaya ular. "Awal yg baik tak berakhir dengan indah.." Jadi setelah kejadian itu ada timbul rasa kebenc*an yang ada pada hatiku untuk membenc* kak Bunga.

"nanti kamu pulang ya Nind..?" tanya kak Bunga sewaktu aku menonton tv walaupun sebenarnya aku ngalamun dan ingat kejadian aku sama kak Bunga
"gak tahu, aku belum dikasih tahu sama keluargaku.." aku kaget dan menjawab sekenanya.
"Habis ngalamun ya..?" kak Bunga bertanya
"gak kok kak, ini aku lihat tvnya.." jawabku sambil mengganti acara2nya dengan remote yg aku pegang "kok kakak tahu kalau aku nanti boleh pulang..?" tanyaku
"iya tadi kakakmu keruang dokter, dan menanyakan kondisimu.." kata kak Bunga
"loh.. kok kak Budi gak kesini..?" tanyaku agak kesal
"gak tahu.. terakhir aku lihat dia masuk ketoilet, sebelum aku kesini.." jelas kak Bunga

Tak lama kak Budi datang ke ruanganku dan menyapa disaat kak Bunga berada didekatku..

"eh bunga.." sapa kak budi ke kak bunga. Aku tambah ingin mencakar wajahnya si kak Bunga karena sok kemanisan setelah tahu kak budi datang.
"hai..." kak Bunga menyapanya dengan ganj*n
"hehe. sus. Ninda udah makan siang..?" tanya kak budi basa basi
"belum, nanti ya Nind kalau udah siap aku bawa kemari.." jawab kak bunga sambil tersenyum kepadaku
"iya kak.." jawabku berpura pura baik dengan senyum kesemutan
"oh ya mas.. kalau boleh tahu, kamu tadi pulang kenapa..? mau kerja ya.." kak Bunga bertanya walau sudah tahu sebenernya kalau kak Budi pulang nganter ibu
"gak sus., itu.... itu ibu mau kesemarang. jadi aku antar di terminal.." jawabnya kak budi terbata2 dan ingin akrab
"ohh begitu ya, kirain mau berangkat kerja tadi mas.." kata Kak bunga

"suus suus.." suara panggilan dari keluarga pasien di sebelah ku memanggil kak Bunga

"tunggu sebentar ya, aku pamit dulu.. nanti sekalian aku siapin makan siangnya buat Ninda...." Kata kak bunga sambil berjalan pamit

"kak aku mau pulang sekarang...!!" kataku dengan suara pelan dan menarik tangan kak Budi kencang
"ouhhhh.." dia kaget hampir terpleset jatuh karna aku tarik tangannya "kamu kenapa tiba2 mau pulang.. ya nanti to, nunggu bapak pulang biar dijemput pakai mobil.." kak budi menjelaskanku
"pliss kak aku pengen pulang,. pliiss kak.." aku memohon dan menarik2 bajunya kak budi seperti memang aku luapkan ketidak kerasannya aku berada dirumahsakit
"yaudah2 tapi aku telpon bapak dulu.." kata kak budi udah pasrah melihat aku merengek
"jangan kak.. nanti bapak marah, aku gakpapa kok naik motor.." jawabku dengan memalingkan pandanganku kek kak Budi yg emang udah gak ada harapan kalau emang gak dibolehin.
"iya2 Nind.. yasudah, aku bilang dokter dulu.." kak Budi mengijinkan permintaanku

Sebenarnya aku dulu gak gampang untuk bisa cepat2 langsung pulang. Karena terkendala oleh biaya rumah sakit belum lunas karena menginap satu malam belum terbayarkan. Membuat Kak Budi bilang kepada Bapak, dan alhasil Kak Budi pulang dan mengambil uang dilemarinya ibu untuk membayar lunas biaya tersebut.

"nih Nind ganti baju dulu. aku tunggu diluar..." kak budi selain pulang mengambil uang dia membawakanku baju juga dari rumah
"iya kak.." jawabku ingin pulang cepat karna udah gak betah banget disana melihat wajahnya kak bunga.

Aku buru2 menuju toilet untuk ganti baju secepatnya. Aku memakai dalem*nku. "tok. tok. tok" suara pintu toilet diruanganku. "nind..ninda" kak bunga memanggilku. aku serasa mau ambruk "kenapa sih dia begitu menguntit dikehidupanku terus". "bentar kak aku ganti baju..?" teriaku dari dalam toilet

"iya kak, ada apa..?" tanyaku setelah membuka pintu toiletnya
"kok buru2 pulangnya..?" tanya dia ingin tahu "bukannya nanti sore dijemput sama ayahmu.?" imbuhnya lagi
"........." aku mikir sejenak "itu kak aku mau belajar soalnya aku mau ujian. aku takut kalau aku sehari gak masuk bisa tertinggal materi2 pelajarannya. Ya seenggaknya aku mau pulang dan fokus belajar biar bisa mengikuti pelajaran selanjutnya.." cuma itu alasan yg telintas supaya aku terlihat biasa saja dan tidak terlalu kawatir.
'oh.. jangan lupa ya kamu besok temui aku di sekitar ruangan ini.." kata kak bunga
"iya kak.. pulang sekolah aku kesini, plis penuhi janji kakak, kan aku udah nurutin kemauan kakak tadi pagi..." kataku untuk meyakinkan agar dia tak berbohong
"iya..." kata dia dan dia menc**m pipiku


=== Cerita Selanjutnya ===