"iya mbah.." jawabku
Sebuah kejutan buat gw untuk mempercayai omongan Intan tadi di kelas. Mungkin ular itu penunggu pohon kelapa tersebut *pikirku*.
Gw mendekati pohon kelapa pada sisi jalan. Gw meloncat pagar kurang dari 1 meter untuk mendekat jelas ingin melihat , dengan tanah basah kupijak setelah gw sampai dibawah pohonnya. Saat gw menyentuh pohonnya, Kak Aning melirik dengan mengendarai motornya. Ya, saat itu Kak Aning baru pulang.
Dia memanggil dan melempari gw dengan buah jambu yang sudah busuk. Saat itu gw sama sekali tidak sadar kenapa bisa berjalan sampai mendekat kepohon sana. Kak Aning tidak bisa berbuat banyak karna medan dari depan rumah memang tidak mungkin untuk dilewati sepatu high heels, hingga dia melempariku terus dan terus. Gw yg tidak sama sekali terasa bahwa sudah dikenai buah itu sampai membuat baju gw kotor. Membuat Kak Aning terpaksa menjemputku dari sisi jalan pagar agar kembali kerumah.
"heh, kamu gak denger ya, dipanggil dari tadi tidak menghiraukan..." Kak Aning menarik gw keluar dari sana dan membantuku menaiki pagar sisi jalan.
"............." gw cuma bisa melolong dengan pandangan mata yg kosong.
"hey Nind sadar to, kamu ini kenapa...?" Kak Aning begitu kwatir sama gw karna gw masih terdiam dengan tatapan hampa
"le... awaku gowo'o rono nang wit klopo...(le badanku bawakan ke pohon kelapa sana)" jawabku
"maksudmu apa...?" Kak Aning ketakutan dan memeluku sambil terduduk diteras
"heheheheheheahahahaha" seketika saja gw tertawa seperti mak lampir
Sontak kak Aning mendorong gw keras hingga tersungkur, dan dia berpikir kalau gw sudah kesurupan.. Dia membiarkan tubuhku di tanah dan menggeliat seperti ular sedang berjalan. Bajuku kotor, kancingku terlepas satu persatu karna gesekan2, hingga Bra yg gw pakai naik turun tak bisa menutupi dadaku lagi (dadaku yg mungil hingga keras seperti biji pepaya karena tergesek2). Kak Aning ketakutan histeris teriak2 tidak jelas, dia tidak bisa berbuat banyak karna rumah kami lumayan jauh dari tetangga saat itu. Hanya ibu dan Kak Budi yg ditelfonya, berharap mereka cepat pulang dan menyaksikan tersiksanya gw saat itu.
"Jaaaaantit itu kenapa Ninda mbak..?" tanya Kak Budi belum sempat turun dari motornya
"husssh, misuh2.." kata ibu memarahi kak Budi dan menghampiri gw yg saat itu sedang melilit tiang rumah dengan baju terbuka (sexy dance) "Nind Nind...! Ya allah dik Ninda...!" memelukku erat badanku dan berharap untuk menutupi dadaku agar tak terlihat oleh kak Budi
Panik, keluargaku sangat panik hingga mendekatiku dan bergegas membawaku masuk untuk tiduran di sofa ruang tamu. Akan tetapi gw berguling2 dan menolak untuk dibawa kedalam. Kak Budi juga beranggapan gw kemasukan jin dan kesurupan, atau hampir tidak sama sekali. Gw melemah tak berdaya dan sesak napas, ketika ibu merapal doa2 untukku.
"ora bakal mempan..! hahahaha (tidak akan mempam)" jawabku dengan tertawa lepas
"apa....?" kata kak Budi
"gowonen aku rono....! (bawakan aku kesana) " jawabku sambil menunjukan sesuatu diluar rumah..
"tenang Nind tenang Nind..." ibuku menenangkanku sambil mengelus2 keningku "mbak telfon bapak.. Ninda kesurupan!" ibuku menyuruh kak Aning agar sesegera menelfon bapaku untuk pulang.
"iya bu.." jawab Kak Aning.
Kak Aning mengeluarkan handphonenya dan mulai menelfon bapaku yg sedang bekerja. Dia mulai berbicara untuk menjelaskan apa yg saat itu terjadi menimpaku. Akan tetapi Bapak tidak bisa pulang karna keluar kota. Mungkin butuh waktu 40menit untuk bisa sampai dirumah.
"bu bapak gak bisa pulang sekarang, bapak sedang di ajak tenis bosnya.. Katanya nanti ada temennya bapak kyai yg mau datang.." kata Kak Aning menjelaskan yg telah dikatakan Bapak ditelefon
"yaudah mbak, sebaiknya kamu ambilkan minum buat ninda.." suruh ibuku
Tak lama orang suruhan bapak datang setelah dijemput kak Budi digapura desa, untuk memudahkan kyai itu sampai kerumah. Kyai tersebut membawa mobil, tetapi kyai itu enggan membawa mobilnya masuk kedesa. Entah tidak tahu apa alasannya kyai itu. Jadi kyai tersebut memarkirkan mobilnya di toko swalayan tepat didekat gapura desaku. Sebagai petunjuk arah kak Budi memboncengnya sampai dirumah gw. Tetapi naas buat kyai tersebut, setelah sampai didepan rumah tubuhnya terhempas jatuh kebelakang dari atas motor. Kak Budi yg kaget langsung meletakan motornya dan membantunya untuk berdiri..
"mbah kenapa kok loncat..?" tanya kak Budi sambil mendirikannya
"Energi disini sangat kuat..." katanya
"maksudnya mbah..?" tanya kak budi tidak mengerti
"mana adikmu yg sakit....? bawa saya kesana.." katanya sambil meregang sakit boyoknya
"sini mbah masuk..."kak Budi mempersilahkan kakek itu untuk menemuiku
Gw membuka mata lebar2 walaupun buram sekali untuk melihat jelas. Gw seperti terbangun dari tidur siang. Terlihat jelas kakek2 berbaju koko putih membungkuk diatasku. Dia memakai serban motif putih merah, dengan peci putih dikepalanya. Kemudian gw tersadar kalau saat itu gw terbaring diruang tamu dan mulai merasakan kesakitan akibat tergores2nya badanku tadi.
"kamu siapa...?" tanyaku dengan menahan sakitnya kepala
"saya mbah said.. kamu istigfar dulu.." suruh kakek itu
".............." gw masih bingung dan melihat Kak Aning Kak Budi dan ibu kwatir dengan gw
"kalau mau ngomong, saya dengarkan sekarang. Keluarkan semua yg ada dipikiranmu sekarang nduk.." suruh kakek itu lagi, untuk ingin aku bercerita apa yg menimpa gw
"Tidak kamu tidak tahu, aku perlu bicara dengan dia. Aku punya sesuatu yang penting untuk dia, agar kalian perlu tahu. kamu mungkin nanti akan berada dalam bahaya, setelah selesai...!" gw ngomong tidak waras dan tiba2 aja gw ngomong seperti itu untuk memperingatkan kakek tersebut
"mengapa kamu mengatakan itu.." jawabnya
"aku kira kamu bisa membantuku, apa kamu bisa menahannya sekarang..!" kataku
"iya,, katakan.." ujar mbah said
"aku tadi melihat ratu ular.. kamu tahu ratu ular kan..? jawabku dan bertanya pada mbah said dengan tatapan tajam
"siapa..? kakek tidak tidak tahu.." jawabnya
"Dia ibuku, dia tinggal disana..!" tunjukku di sebuah pohon kelapa
"Tidak mungkin nduk, kamu hanya mempunyai ibu satu. dia disini, memangku kamu.." ujarnya menjelaskan
"ya benar.. tetapi aku dilahirkan oleh ratu ular, dan ratu ular tersebut memberikanku kepada ibuku sekarang ini. Aku kira ibu menyembuyikan rahasianya dariku, agar kakak2ku tidak menertawaiku.."
"ya Allah.." kata ibuku seketika mendengar perkataanku
"benar kan bu. Ibu selama ini cuma meracuni pikiranku, ibu tidak akan berhenti sampai aku tahu sendiri sekarang. Lebih baik ibu membunuhku sekarang. SILAHKAN...!!!" jawabku membentak
Semuanya mulai melihat bahwa gw saat itu serius dan berdiri dari posisi pangkuan ibuku. Dan mengancam untuk membenturkan kepalaku di kaca aquarium pojokan ruang tamu.
"Jangan dik Ninda..!!!" kata ibu menarikku dan kakek tersebut memegangiku agar terus didekap ibu
Sebelum gw membenturkan kepalaku ke Aquarium tersebut, Kakek itu terus mendoakanku agar gw tetap tenang dan tidak mengacaukan suasana.
"jika kamu bertemu ibuku, kau akan mati...!" ancamku kepada kakek
Kakek said tidak menghiraukanku dan tetap merapalkan doa sambil memejamkan matanya.. Tak lama hingga magrib dan melalui iringan doa2nya, Awan hitam menyelimuti langit, hujan turun deras hingga petir dan guntur menggelegar. Kemudian flash secarik cahaya petir membuat Kak Aning menutup mata dan telinganya akan siaga terjadi suara petir yg keras...
Saat itu gw masih tidak tersadar dari sebelumnya. kakek said mulai kuwalahan hingga muka mimik wajahnya memerah, diikuti keringat pada kening yg bercucuran seperti mendapatkan hawa udara yg panas. Sementara Bapak waktu itu pulang hingga berada didepan rumah *beep beep*
"Bapak, keadaan Ninda parah dia tidak sadar2 dari tadi sore....!!" Kak Aning berbicara kepada bapak setelah keluar dan menjemput dengan membawakan payung.. "cepat, pak masuk cepat..!!" kak Aning memayungi bapak yg keluar dari mobil
Bapak dan Kak Aning berjalan dan berbicara dengan rasa tak percaya, tetapi bapak juga percaya setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Jadi, Ninda mengatakan bahwa dia bukan anak kami? Apakah benar bu dia berbicara seperti itu tadi? "ibu bertanya setelah mendekat kepada gw dan ibu
"iya, itu yang dia katakan. Dia serius tentang itu..!" jawab ibu
"bagaimana dia bisa berbicara seperti itu, padahal katanya tadi dia sempat tersadar dari kesurupannya. Jelas2 itu omong kosong yg dia katakan.." kata bapak dengan marah. Bapak seperti sudah muak dengan keadaan rumah saat itu juga
"ibu tidak tahu..!! Dia juga jelas2 mengancam kakek Said untuk membunuhnya, dan dia akan membuktikan kebenarannya. Ninda seperti kerasukan roh yg sangat jahat.." jelas ibu
"mbah, bagaimana keadaan putriku..?" tanya bapak
"sangat susah untuk mengeluarkannya dari tubuh putrimu, saya sudah beusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkannya, akan tetapi sangat sulit.." jelas kakek said
Bapak dan Kakek said berbicara. Terfokus pada hal yg gw timpa saat itu sangat serius, Kakek Said menyuruh agar keluargaku saat itu juga untuk salat. Gw tertidur lemas dan terjaga oleh kakek said.
Ibu kembali memangku gw selepas salat. ketika semua keluarga gw mendoakan gw agar cepat sadar, mereka semua kaget.. Gw menjerit dan memukul wajah kakek said yg ada didepanku. Semuanya langsung terkejut dan ngeri melihat perbuatanku yang sangat brutal. Relfek membuat kak Aning menjerit dan menutup mulut dengan tangannya, takut!
"Ya Allah tidak tidak tidak....!" teriak kak Aning "Ninda ini sudah kelewatan dan sudah mengada2.." kata kak Aning menarik perhatiannya
"berapa lama dia begini..?" tanya bapak
"sudah dari tadi jam 3 sore setelah telfon bapak..." kata kak Aning
"sudah terlalu lama, dan cukup bisa membuat putrimu meninggal kelelahan.." jawab kakek said
Kyai said tidak bisa berbuat banyak dan membuat bapak untuk menjemput mudin dan kyai desa. Dua kyai dari desa kemudian datang setelah bapak menjemputnya dirumah. Dengan kyai said, muson dan hadi berdoa bersama dan menyerahkan gw untuk diwudhukan.
"keluar dari sini, saya tidak peduli kalian mau membunuh anak ini.." kyai hadi memegang leherku dan keluar ular besar saat itu juga (yang tahu cuma 3 kyai tersebut dan ibuku)
Kyai Hadi mengatakan baris terakhir untuk mengusir ular itu dan melihat gw lemah tak berdaya. Bapak kemudian memanggil ambulance, untuk menjemput gw agar dibawa kerumah sakit.
Semua melirik keluar rumah dan melihat bahwa pohon kelapa tadi yg gw hampiri rubuh. Sungguh aneh, pohon kelapa itu masih kuat dan tiba2 saja rubuh tanpa lebatnya angin. Bahkan semua tetangga sekitar pada keluar untuk melihat, hal apa yg bisa membuat pohon itu bisa tumbang..? Kata kyai tersebut, ular yg keluar dari tubuh gw marah dan melilit pohonnya sampai tumbang. Sampai saat ini ular itu masih ada tetapi sudah pindah dari pekarangan. Walaupun sekarang sepertinya sudah tidak ada. Tetapi dulu banyak pengakuan kalau orang yg berkendara melewati rumah gw menabrak pagar kecelakaan gitu. Karna pengendara tersebut menghindari ekor ular yg membentang di jalan rumah gw.
Gw terbangun dan tidak sadar kalau ternyata gw berada diatas kasur rumah sakit...
======================================================================================================
sebagian yg nulis kak Aning hehe soalnya aku dulu kesurupan jadi yg nulis part ini kak Aning
=== Cerita Selanjutnya ===