Malang Mysterio #34 - Hantu Hantuan di Malang Tempoe Doeloe - Cerita Seram Kaskus

Malang Mysterio #34 - Hantu Hantuan di Malang Tempoe Doeloe

Suasana kamar ini terasa berisik sekali gara gara Niken dan beberapa teman kosnya teriak teriak menyanyikan lagu mars Arema yang diputar melalui tape compo " Arema...Arema...Arema... Arema singo edan pasti menang... satukan tekatmu... kobarkan semangatmu... Aremania selalu mendukungmu... " aku dan Pendik yang duduk di kasur hanya bisa tertawa geli saja melihat tingkah mereka , sambil bernyanyi mereka juga berjoget ria sesuka hati , tak lupa bermacam atribut Arema macam syal , topi dan jersey juga mereka kenakan.

Pendik : " ancene podo kurang gawean arek arek iki "

(emang pada kurang kerjaan anak anak ini)

Me : " ngisin ngisini nek didelok ndek youtube ndik "

(malu maluin ndik kalo diliat di youtube ndik)

entah bagaimana reaksi orang nantinya saat menonton tingkah cewe cewe itu , aksi konyol mereka sengaja direkam melalui ponsel dan si Niken berniat mengupload videonya ke Youtube.... ia terinspirasi oleh Sinta dan Jojo yang videonya heboh setahun lalu.

Pendik : " sek suwe tha iki jogete vig ?! , kapan marine ?! "

(masih lama tha ini jogetnya vig ?! , kapan kelarnya ?!)

Me : " ngko nek wes podo kesel lak yo mari dhewe "

(ntar kalo udah pada capek juga kelar sendiri)

cukup lama aku dan Pendik menunggui cewe cewe itu menyelesaikan aksi konyolnya , untung saja tak lama kemudian mereka segera menyanyikan bait terakhir sembari berangkulan " kami arema... kami arema... salam satu jiwa... salam satu jiwa... " aksi konyol itupun berakhir dengan derai tawa penuh keceriaan , sementara keringat tampak deras membasahi muka mereka.

Cewe A : " sampe keringetan gini kita tik "

Cewe B : " ahha..tapi seru bingit ya ra ! "

Cewe C : " ntar aplotnya cepetan ea nik ! "

Niken : " iya.. iya.. ntar malem vir "

satu persatu cewe cewe itu keluar dari kamar ini sementara si Niken meraih ponselnya lalu menghampiri kami berdua , dengan bersemangat ia memperlihatkan rekaman videonya.

Niken : " gokil kan vig aksi gw barusan !! "

Me : " malu maluin lu nik ! , joget joget gak jelas aja direkam "

Niken : " ihh biarin !.... suka suka gw donk vig "

Pendik : " capek ngga nik joget joget gitu ?! "

Niken : " ya capek lah ndik , tapi gw seneng puol wes ! "

Me : " udah jam 5 nih , ntar kemaleman nik "

Niken : " iya iya vig , gw mandi dulu kalo gitu... tungguin bentar ya guys ! "

Sore ini kami memang berencana akan mengunjungi festival tahunan Malang Tempoe Doeloe ( MTD ) yang digelar di jl Ijen , di sana kami akan menikmati suasana jadul kehidupan kota Malang sekaligus bernarsis ria dengan segala pernak perniknya.

Selepas maghrib kami segera menjemput si Memet lalu bergegas berangkat ke jl Ijen , dengan laju pelan kupacu mobilku melintasi jalanan Dinoyo yang macet dan penuh sesak kendaraan.

Niken : " duh , pake macet lagi jalannya "

Memet : " saiki rumangsaku kok soyo macet tha malang iki ndik "

(sekarang menurutku kok makin macet tha malang iki ndik)

Pendik : " uwonge soyo akeh met , ape piye maneh ?! "

(orangnya makin banyak met , mau gimana lagi ?!)

di dalam mobil kami hanya bisa menggerutu saja , kemacetan di jalan ini terasa semakin parah dari tahun tahun sebelumnya... kondisi jalan yang terlalu sempit tak sebanding dengan jumlah kendaraan yang melaju dari 2 arah , alhasil dengan kesal kutekan klakson berkali kali " tinnn!!!... tinn!!... "

Niken : " bisa tua di jalan kalo tiap hari kayak gini ya vig "

Me : " fuhh !! "

Pendik : " iki terus po liwat gajayana vig penake ?! "

(ini terus apa lewat hajayana vig enaknya ?!)

Me : " terus wae ndik , gajayana soyo macet "

(terus aja ndik , gajayana makin macet)

Memet : " lha iki awake dhewe gak nakam disek tha vig ?! "

(lha ini kita ngga makan dulu tha vig ?!)

Pendik : " nakam wae kon iku met ?!.. ndek mtd lak yo akeh bakul panganan "

(makan aja kamu itu met ?! , di mtd kan juga banyak penjual makanan)

Memet : wo iyo yo ndik "

selepas melewati pertigaan Dinoyo kami langsung bablas melintasi jl Mt Haryono , meskipun jaraknya lebih jauh tapi lalu lintas di sini tak sepadat di jl Gajayana...perjalanan kamipun jadi lebih lancar.

Niken : " gw bakalan kangen kota ini vig kalo ntar gw udah balik ke jambi , trus kita juga bakalan gak bisa kayak gini lagi "

Me : " nik ?!? "

Niken : " gak kerasa ya cepet banget vig ?! "

Me : " udah gak usah ngomongin itu dulu "

saat melintas di dekat jembatan Suhat si Niken yang duduk di sebelahku hanya membisu saja , matanya tampak berkaca kaca saat melihat suasana jalanan yang disinari temaram lampu lampu jingga , beberapa bulan mendatang mungkin ia tak lagi bersama kami di kota ini , segala yang kami jalani selama ini akan segera berakhir dan menjadi kenangan semata..... jujur saja aku sendiri sulit membayangkan jika saat itu tiba , yang kutau perpisahan selalu mengundang air mata.

Tiba di jl Ijen langsung kuparkir mobilku tepat di sebelah museum Brawijaya , suasana tampak begitu ramai dan penuh sesak oleh pengunjung yang sebagian besar ikut ikutan mengenakan pakaian jadul , sementara para pedagang kecil tak ketinggalan turut mengais rejeki dengan menggelar lapaknya di dekat parkiran.

Memet : " rame ndik ! "

Pendik " luweh rame timbang taun wingi yo met "

(lebih rame daripada tahun kemaren ya met)

Niken : " asik nih , gw udah niat mau belanja baju baju jadul "

Begitu meninggalkan parkiran kami berempat langsung berbaur dengan pengunjung lainnya mengelilingi booth booth yang didirikan di sepanjang jl Ijen ini... sesuai namanya yang mengangkat tema kehidupan kota Malang di masa lalu , segala yang ada di sini tentu saja serba jadul dan tradisional.

Memet : " vig , iku ono sepeda onthel uakeh ! "

(vig , itu ada sepeda onthel buanyak !)

Me : " ayo photo photo ! "

Memet : " oyi "

langkah kami terhenti di sebuah booth yang didekorasi seperti rumah gedek , di dalamnya tampak puluhan sepeda onthel yang dipajang buat ajang bernarsis ria.... dengan bersemangat kami berempat segera mengambil photo.

Niken : " pake dslr kan enak met , ngapain pake ponsel "

Memet : " mantep nik , biar jelas gambarnya "

untung si Niken membawa kamera DSLR sehingga photo photo yang kami ambil jadi jelas , maklum saja semua booth di sini rata rata memasang lampu kuning temaram yang redup sehingga suasananya jadi agak gelap.

Niken : " kemana lagi neh guys ?! "

Pendik : itu dulu nik , ada mobil jadul di sana ! "

Niken : " yukz ke sono ! "

Kini kami berempat tiba di booth yang cukup luas dan memajang beberapa mobil jadul dari era kolonial Belanda , sekali lagi kami bernarsis ria di sana " slap !.. slap !... slap !.. "

Pendik : " jamane bung karno iki libome met ! "

(jamannya bung karno ini mobilnya met)

Memet : " antik bentuke ndik ! "

tak terlalu lama kami berada di booth mobil jadul , kini si Niken mengajak kami ke sebuah stand yang menjual baju baju jadul... ada baju bergaya orang kampung , orang cina , hingga model khas meneer dan noni Belanda.

Niken : " duh gw muat gak ya vig make baju cina ini ?! "

Me : " ngga muat nik , kekecilan "

Niken : " huff , padahal gw pengen yang ini "

Memet " aku pengen make baju desa nik "

Niken : " ya udah lu milih sono met "

rasanya tak afdol jika di festival ini kami tak mengenakan baju baju jadul , kini kami mulai sibuk memilih milih baju mana yang kami suka.

Pendik : " aku cocok ngga nik jadi meneer ?! "

Niken : " pas tuh ndik , badan lu kan tinggi "

Me : " tapi kulitmu ireng ndik "

(tapi kulitmu item ndik)

Pendik : " he..he.. aku dadi londo gosong vig "

(he..he.. aku jadi belanda gosong vig)

selepas dari stand ini kami berempat telah mengenakan baju baju jadul yang kami beli , tak lama kemudian kami berphoto di sebuah booth yang dekorasinya bergaya kolonial , lengkap dengan berbagai barang antik khas Belanda.

Niken : " keren gw kalo gini met ! "

Memet : " ntar upload fesbuk semua ya nik ! "

Niken : " gampang met ! "

setelah capek berkeliling akhirnya kami mampir di stand makanan bergaya tradisional yang menyajikan kuliner jadul khas malangan macam : sate komoh , dawet beras , opak gambir , arbanat , kripik sagu hingga kerupuk pasir.

Pendik : " panganan jaman ebesku mbiyen met "

(makanan jaman bapakku dulu met)

Memet : " saiki gak nok seng dodolan yo ndik nek gak ndek mtd "

(saiki gak ada yang jualan ya ndik kalo ngga di mtd)

Pendik : " aku ape mbungkus opak dinggo emesku met "

(aku mau mbungkus opak buat ibuku met)

dengan santai kami melahap makanan yang kami pesan sembari melihat lihat suasana stand yang didekorasi bak warung pedesaan ini , ada tungku dan perapian batu bata serta peralatan dapur yang semuanya terbuat dari tanah liat dan kayu.

Niken : " enak vig dawet berasnya , seger gimana gitu rasanya. "

Me : " gw ngabisin sate dulu nik , ntar gw cobain "

kelar acara makan kami berempat lanjut berkeliling dan tiba di panggung pertunjukan Ludruk yang dipadati penonton , di atas panggung tampak pemain pemain ludruk yang mengenakan kostum tokoh pewayangan.

Niken : " gw males nonton gituan "

Pendik : " yo wes jalan lagi nik "

tak satupun dari kami yang tertarik menonton ludruk , segera saja kami lanjut berkeliling lagi sebelum akhirnya langkah kami terhenti di depan sebuah booth yang tampak seperti rumah angker.

Niken : " njiir !! , ini booth horor vig ! "

Me : " anyar iki mbiyen gurung onok met "

(baru ini dulu belum ada met)

Memet : " medeni yo vig "

(serem ya vig)

Pendik : " ayo njajal mlebu ! "

(ayo coba masuk !)

booth macam ini tak pernah kami jumpai pada penyelenggaraaan MTD tahun tahun sebelumnya , dengan antusias kami berempat bergegas masuk dan mendapati nuansa horror yang sangat kental... ada dupa menyan yang menyala dan menimbulkan bau menyengat , ada juga beberapa jelangkung dan tengkorak yang terpajang di tiap sudut.... selain itu terdapat nisan nisan gabus dan juga dahan pohon kamboja yang menjadi dekorasi di dalam booth ini.... aura horror makin kental karena pencahayaan lampu temaram berwarna ungu dan juga lengkingan suara kuntilanak yang terdengar dari speaker.

Niken : " niat amat bikin booth horor ya ndik "

Pendik : " itu malah ada orang make baju pocong sama kunti nik ! "

Memet : " jabang bayik ndik !! , podo macak dadi demit ! "

(jabang bayik ndik !! , pada dandan jadi demit !)

Kami baru menyadari bahwa pengunjung yang masuk ke booth ini ternyata sibuk berfoto dengan Pocong , Kuntilanak dan Gendruwo palsu.... demit demit gadungan itu rela 'digilir' oleh pengunjung yang kepengen photo bareng.

Niken : " ha..ha... make up nya norak tuh "

Memet : " ayo kita ikutan photo bareng nik "

Niken : " yuk met ! , yang motoin elu vig ! "

Me : " oyi ! "

satu persatu dari kami mulai berpose bersama dedemit gadungan ini , " slap!... slap!... slap!... " terabadikan sudah photo photo konyol yang siap dipamerkan di Facebook.

Niken : " ha..ha.. buat lucu lucuan met ! "

Memet : " hua..hua.. ngko tak pamerno bapakku ! "

(hua...hua...ntar aku pamerin bapakku !)

Pendik : " ha.. ha... ebesmu guling guling ngko met ! "

(ha..ha.. bapakmu guling guling ntar met !)

Me : " ha...ha. "

kami hanya ketawa saja melihat photo photo konyol ini , orang dengan gampang menjadikan makhluk dari alam sebelah ini sebagai ajang hiburan atau lucu lucuan , tapi bakal lain ceritanya jika orang telah bertemu dengan sosok aslinya.... tak ada lagi pose narsis sambil tertawa , yang ada hanyalah kengerian disertai jeritan histeris saja.

Me : " kalo demitnya beneran si memet udah pingsan nik "

Niken : " ha..ha.. lu kan penakut abis met ! "

Pendik : " hayo met , ngko kon digoleki kunti tenanan lho !... ape njaluk dirabi..ha..ha.. "

(hayo met , ntar kamu dicari kunti beneran lho !.. mau minta dikimpoiin..ha..ha..)

Memet : " jabang bayik ndik !!... ojok ngasi yo ! "

(jabang bayik ndik !!.. jangan sampe yo !)

Semoga saja para pembaca cerita ini akan mengalami sendiri bertemu dengan Pocong , Kuntilanak , atau Gendruwo beneran.... biar pada tau rasa dan percaya bahwa demit demit itu memang benar benar ada.