Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XXIX - Bagian Pertama - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XXIX - Bagian Pertama

Halo, ini Elisa lagi. Cerita ini akan kubagi menjadi dua bagian. Yaitu saat pertama kali aku bertemu dengan Ayano, yang mungkin sudah dia ceritakan juga pada threadnya yaitu pada cerita yang ini. Cerita ini terpaksa aku ceritakan ulang dengan pedoman Diary karena aku baru menyadari kalau aku lebih banyak menceritakan tentang Ayano ketimbang siksaan dari sang ‘mata’ padaku.

Bagian kedua, adalah cerita ketika Ayano pertama kali berkenalan dengan ‘mereka’ secara langsung. Ini juga lebih baik aku ceritakan ulang, karena sekarang aku bisa bertanya langsung pada Ayano apa yang dia pikirkan saat itu kan?

Sedikit peringatan sebelum membaca, kemungkinan cerita ini tidak akan terlalu mengerikan karena jujur saja, aku mengetik ulang cerita ini sambil tertawa-tawa mendengar cerita dari Ayano sendiri mengenai reaksi dari dia waktu itu, terutama pada bagian kedua.

Bagian pertama tidak akan panjang, tapi saya akan berusaha update bagian kedua secepatnya.

Oke, kalau begitu langsung saja ya.


Part XXIX
-Bagian Pertama –

Pertama kalinya aku bertemu dengan Ayano, yang kurasakan waktu itu adalah… yahh.. tidak ada sih. Dia hanya Asdos yang kelewat Pede dan kelebihan pheromone, serius.

Karena itulah aku membiarkan Robert menjahili pria Kepo itu dengan berdiri tepat dibelakangnya. Yang tidak kusangka adalah kalau Ayano menjadi begitu pucat ketika Robert bermain-main dengan meniup lehernya.

Kedua kalinya? Yahh… aku merasa risih, karena kupikir saat itu Asdos ini terlalu Kepo.

Kerisihanku semakin bertambah ketika aku mengetahui kalau dia ternyata mengajarku pada dua kelas yang berbeda. Meskipun saat ini aku malah bersyukur, sungguh.

Ketiga kalinya adalah saat rasa risih itu berubah menjadi rasa jijik….

Bagaimana mungkin aku diikut-ikutkan pada pertengkaran antara dia dengan pacarnya sih? Sudah begitu pakai menyindir dadaku segala. Keterlaluan! Itulah yang kupikirkan tentang Ayano waktu itu.

Keempat kalinya? Yang kurasakan adalah malu dan bingung. Bagaimana tidak? Dia menemukan aku sedang tidur di lantai. Astaga bisa terbayang bagaimana malunya aku ketika bangun dan mendapati dia duduk di sampingku.

Tapi anehnya berlawanan dengan pendapatku sebelumnya mengenai dia yang kupikir adalah cowok yang kurang ajar dan buaya. Tapi dia hanya duduk diam menjagaku selama aku ketiduran karena gangguan dari mbak M******* semalaman.

Setelah itu dia memberiku nomor telepon.

Dan entah mengapa aku menyimpannya di memory HPku.

Beberapa hari setelahnya, sang ‘mata’ mendatangi aku…

Waktu itu aku sedang duduk mengerjakan tugas kuliah di ruang tengah ketika kakiku ditarik tiba-tiba oleh ‘sesuatu’ dari bawah meja.

Sang ‘mata’ yang lebih tepatnya sudah tidak bisa kusebut sang ‘mata’ lagi sekarang. Wujudnya sekarang bagaikan manusia pria dengan tubuh masih berupa bayangan berwana hitam. Tapi sekarang ‘dia’ mengenakan topeng berwajah ular atau Naga yang mengenakan mahkota.

Tangan ‘mahluk’ itu menyeretku turun dari bangku yang sedang kududuki.

“Aduh!!” keluhku ketika aku merasakan kepalaku terantuk meja dan bangku ketika ‘dia’ menyeretku.

Setelah aku ditarik menjauh dari meja, ‘mahluk’ itu menarik dan membantingku ke dinding.

“Ahk!!” teriakku ketika tubuhku membanting keras ke arah dinding.

Ini sudah berlangsung beberapa kali.. sehingga aku sudah tahu kalau aku harus mengalami penderitaan ini dalam beberapa menit lagi.

Tapi, meskipun pikiranku sudah mengetahui hal itu, tetap saja aku mulai panik ketika ‘mahluk’ itu menarik bajuku pada bagian kerah leher dan melemparku hingga menghantam meja kayu dengan keras.

Aku merasakan rasa sakit yang menusuk beserta rasa dingin dari kepalaku.

Dengan reflek aku memegang kepalaku yang sakit dan merasakan perasaan basah dan lengket.

Aku melihat tanganku dan menemukan darah dalam jumlah banyak yang membasahi tanganku.

“Ahhh…Ahhhh….!!” Kataku ketakutan sambil berusaha lari dari mahluk itu dengan merangkak.

‘Mahluk’ itu kembali menarikku ketika aku baru saja berhasil berdiri.

Beruntung tanganku berhasil menarik HPku yang di charge.

Dengan panik aku mencari nomor telepon Cindy sahabatku untuk meminta tolong.

Waktu itu sama sekali tidak terlintas dalam pikiranku kalau Cindy sedang berada sangat jauh, di luar kota dan tidak mungkin bisa datang untuk menolongku. Otakku yang sedang ketakutan tidak berpikir sampai ke sana.

Tidak tersambung…

Bunyi ‘Tut..Tut..Tut..’ yang datang dari speaker HPku membuat hatiku mencelos. Dengan perasaan takut dan kecewa, aku menekan tombol yang kukira adalah tombol redial untuk mencoba menghubungi sahabatku itu.

Pada waktu itulah ‘mahluk’ itu memutuskan untuk menarikku hingga menempel pada dinding, namun kakiku tidak menjejak lantai, aku melayang.

‘Mahluk’ itu mencekikku hingga nafasku sesak.

Pada saat itu aku menjatuhkan HPku dilantai.

Dan secara ajaib, dari HP itu terdengar suara samar-samar “Halo..Halo…”

Aku yang merasa senang karena menganggap kalau aku berhasil menghubungi temanku menggapai-gapaikan tanganku dengan percuma.

Aku sedang melayang – menempel di dinding sekitar satu setengah meter dari lantai. Tentu saja tanganku tidak akan sampai.

Sayup-sayup aku mendengar suara dari HPku masih terhubung. Aku mendengar suara yang memanggil namaku “Elisa..Elisa..”

Aku baru saja hampir kehilangan kesadaran ketika ‘mahluk’ itu menarikku dan memutar badanku di udara sebelum melepaskanku hingga terjatuh.

“Halo!! Elisa!!” suara itu kini terdengar jelas. Aku terjatuh dengan kepalaku tepat di samping HPku itu.

Aku menggenggamnya dengan kuat dan berbicara dengan suara lemah “Cin.. tolong aku…please….” pintaku.

Tepat ketika itu, ‘mahluk’ itu kembali mengangkat tubuhku dan melemparku hingga mendarat bebas di lantai.

“Ahhh!!” teriakku kesakitan ketika punggungku menghantam lantai.

Aku kesakitan. Tapi secara ajaib aku masih memegang HPku dengan erat.

Suara kembali terdengar samar-samar.

Suara yang membuatku kaget sesaat.

“…Saya Ayano, Elisa!!?” teriak suara dari HP itu.

Benar juga, suara itu adalah suara pria. Tapi kenapa? Bagaimana? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai bermunculan di kepalaku.

Tapi pertanyaan yang keluar dari mulutku hanyalah “Kenapa bisa koko?” atau seingatku seperti itu.

‘Mahluk’ itu kembali menarik kakiku dan menyeretku hingga perutku menghantam kaki meja hingga terjungkal.

Kesadaranku kurasakan hampir menghilang saat itu. Suara Ayano di HP masih terdengar sayup-sayup sedang berteriak-teriak memanggil namaku.

Aku seperti mendengar dia menanyakan dimana aku sekarang.

Dan aku memberitahunya. Aku ingat dalam kesadaranku yang hingga sedikit aku mengatakan alamatku padanya.

Kemudian ‘mahluk’ itu kembali mencengkram kakiku dan melemparku ke arah tembok untuk terakhir kalinya.

Kepala lebih dulu.

Dengan suara yang keras dan bahkan membuatku mengingatnya saja menjadi mulas, aku pingsan, perasaan terakhir yang kurasakan adalah kepalaku sangat sakit seperti pecah.

Aku pingsan.

Selanjutnya yang kuingat adalah menemukan diriku sedang berada dalam pelukan Ayano ketika dia membaringkanku pada sofa.

Tapi kesadaranku masih samar-samar. Ketika aku merasakan pelukannya dan mencium bau tubuhnya yang entah bagaimana membuatku tenang, yang kuingat setelah itu adalah aku kembali tidur atau pingsan, entahlah.

Cerita ketika saya tersadar lagi mungkin sudah bisa ditemukan di cerita miliknya kan?

Itulah bagian pertama yang bisa saya ceritakan.


=== Cerita Selanjutnya ===