Me : " zzuull !!!!...ndiikkk !!! "
Zul : " vvvigg !!!... "
Pendik : " vvvigg !!! "
Kami ingin berteriak namun hanya desahan lirih saja yang keluar dari mulut kami , sementara kepanikan tak bisa diredam lagi seiring degup jantung yang kian tak beraturan dan hela nafas yang kian cepat.
Me : " zzuulll !! tttuuuluung !! "
Zul : " vvvigg..hah... hah..hah !!! "
Pendik : " hah..hah..hah... hah..vvigg !! "
Ingin kami segera lari meninggalkan tempat ini tapi apa daya...... sekujur tubuh kami telah kaku dan sama sekali tak bisa digerakkan , kondisi yang disebut paralysed ini benar benar tak bisa kami redam sedikitpun dan tak ada lagi yang bisa kami lakukan selain pasrah sama Yang Kuasa.
Kami benar benar tak berdaya berada di tengah situasi yang mencekam ini , kepanikan kian menjadi jadi ketika sosok Kuntilanak Merah itu perlahan mulai mendekat ke arah kami.
Me : " zzuuul !!!...tttulung !! ... hah..hah.. "
Zul : " vviggg!!..hah..hah.. vvig !! "
Pendik : " vvviiigg !!!... hah...hah.. "
Sia sia saja kami mencoba berteriak karena suara yang keluar dari mulut kami terdengar terlalu lemah , tiba tiba " hhooehhh !!!! " gertakan keras terdengar lagi dari mulut Kuntilanak Merah itu sementara jaraknya kian dekat denganku yang berada di depan Zul dan Pendik.
Me : " ahhh !!!.... ahhh !!!! "
Zul : " ahh !!!... vvigg !!! "
Pendik : " vvigg !!!....ahh.. ahh !!! "
Dengan posisi tubuh yang masih terjengkang di lantai aku berusaha keras menggerakkan kedua kakiku tapi sama sekali tak bisa , hingga akhirnya Kuntilanak Merah itu berjongkok di dekat kakiku dan "srekk!!!... srekk!!!!....srekk!!!.. " ia menggoreskan kuku kuku tangannya yang tajam di celana jeansku " aaahhh !!!..... ahhh !!!!...ssakit !!!.. zzul!!..." " rasa perih tak tertahankan lagi kurasakan ketika kuku kuku tajam itu merobek kain celana jeansku dan kemudian menggores kulit bagian betisku. " ahhhh!!!... sakitt!!!... zzulll!!....ndikk!!!... ttulllung... !!! " rasanya aku tak kuat menahan kesakitan ini lebih lama lagi , bahkan Kuntilanak Merah ini mulai mencakari celana jeansku lebih ganas lagi , " ahhhh!!!!.... ahh!!...ssakitt!!!... ahh!!.. " tak ada yang bisa kulakukan selain mengerang kesakitan setiap kali kuku kukunya yang tajam bagaikan sayatan silet mengenai kulit betisku "srekk!!....srekk!!...srekk!!..." darah segarpun terlihat belepotan di sobekan celana jeansku yang tercabik cabik olehnya , " iiihhhiiii..... ihhhiiii....ihhhiii...." kini Kuntilanak Merah ini mulai tertawa cekikikan dan menghentikan cakarannya , dengan posisi tubuh yang masih berjongkok ia mendekatkan mukanya ke mukaku...... dengan jarak sedekat ini dapat kulihat lebih jelas lagi seperti apa mukanya , kulitnya begitu putih pucat seperti mayat , bibirnya kering dan kehitaman sementara bola matanya putih tanpa kornea..... " ihhhiii... ihhhiii....ihhii.... " masih saja ia tertawa cekikikan dan membuat nafasku kian terengah engah , sebelum akhirnya ia membuka mulutnya lebar lebar dan " hhhhuueeekkzzz !!!! " tiba tiba saja ia memuntahkan darah cukup banyak yang membasahi kaos dan bagian paha celana jeansku....... yang mengerikan adalah saat kudapati sesuatu yang bergerak gerak di muntahannya itu , ternyata sesuatu itu adalah seekor kelabang seukuran rantai motor
kelabang ini begitu leluasa merayap di atas tubuhku yang masih terjengkang di lantai , setelah sebelumnya berada di atas perutku kini serangga menjijikkan ini mulai merayap menuju leherku " ahhh!!!.... ahhhh!!!... " tak tertahankan lagi rasanya ketika kaki kakinya yang berjumlah banyak ini menyentuh kulitku , kupaksakan sekuat tenaga menggerakkan tangan kananku yang kaku dan berhasil , seketika kuraih kelabang sialan ini lalu " plakkk !!!... " kubanting ke tembok toilet hingga hancur berantakan " ahhhh.... ahh..." sedikit kelegaan mulai kurasakan sementara Kuntilanak Merah itu tampak kaget dengan apa yang kulakukan barusan " looohhh ?!?... ingon ingonanku kok pateni ?!?.... "(loh peliharaanku kok bunuh ?!) tak kuhiraukan lagi kata katanya , segera saja tangan kananku mencengkeram kain merah yang dikenakannya dan kutarik sekuat kuatnya. " colno aku !!!....colno aku !!!.... " (lepaskan aku !!!....lepaskan aku !!!...) Kuntilanak Merah itu mulai berdiri dan berusaha menarik kain merahnya dari cengkeramanku " colno aku !!..... colno aku !!..... (lepaskan aku!!....lepaskan aku !!...)" sayang genggaman tanganku terlalu lemah , Kuntilanak Merah itu berhasil menarik kembali kain merahnya kemudian kabur ke arah lorong , " ffuuuuuhhh !!!! " kelegaan luar biasa kurasakan disertai dengan kondisi tubuhku yang berangsur angsur mulai normal.
Kengerian baru saja berakhir dan kami bertiga masih tergeletak di atas lantai depan toilet ini , kami masih berusaha mengatur kembali nafas yang terengah engah dan juga degupan jantung yang tak beraturan.
Pendik : " hah..hah...vvigg ?!?... gak po po kon ?! "
Zul : " hah..hah...vvig ??!! "
Me : " zzul !!!..nddikk !!!... perih rasane sikelku !! "
Sukar dipercaya bahwa kengerian yang kami alami barusan seolah bagaikan mimpi buruk namun benar benar terjadi secara nyata , sungguh begitu tipis batas antara nyata dan gaib yang kami rasakan tadi.
Me : " nnddikk !!!.... iso ngadek kon ?! "
Pendik : " iiyo vig , iki aku arep ngadek !!! "
Me : " zzul , kamu bisa berdiri ?! "
Zul : " aaku juga mau berdiri vig "
Selama beberapa menit kami mengumpulkan sisa tenaga untuk berdiri , Pendik dan Zul perlahan sanggup berdiri namun tidak denganku... kakiku penuh luka dan perih sekali rasanya.
Pendik : " zul , bantuin vigo trus kita papah bareng !! "
Zul : " ayo ndik "
Dengan dibantu Zul dan Pendik perlahan aku mulai berdiri , lekas saja kami bertiga meninggalkan tempat ini dengan langkah tertatih tatih.
Me : " loro ndik !!! alon alon wae !!! "
(sakit ndik !!! pelan pelan saja !!!)
Pendik : " iiyo vig !! "
Begitu tiba di balkon sebelah barat si Niken segera berlari menghampiri kami sementara Steve dan Bang Renggo tampak masih duduk selonjoran di lantai balkon bagian tengah.
Niken : " ya allah vig ?!??.... lu kenapa kok banyak darah gitu ?!? "
Zul : " ngeri nik pokoknya "
Niken : " duh ya allah kok jadi kayak gini sih ??!! "
Tak lama kemudian kami telah berkumpul kembali di balkon bagian tengah , Steve dan bang Renggo yang melihat kondisiku seperti ini jadi terheran heran sendiri.
Renggo : " vig ?!... lu tadi ketemu kunti merahnya ?! "
Pendik : " wancik bang !!!...tadi ternyata bukan Tiwi tapi kunti merah lagi nyamar "
Renggo : " haduh , gw dah curiga sebenernya "
Steve : " kalo lagi nyamar energinya juga kayak manusia mas , makanya kita terkecoh ngga bisa deteksi "
Renggo : " trus lu diapain vig tadi ?! "
Me : " hah..hah.. kaki gw dicakarin luka semua "
Renggo : " muke gile vig ??!! , haduh coba tadi kalo gw kuat pasti udah nyusul ke toilet "
Niken : " duh ampe robek gitu celana lu vig "
Steve : " tapi kok darahnya banyak banget mas ?! "
Me : " kalo yang ini dimuntahin sama kunti "
Niken : " astagfirullah yang bener lu vig ?! "
Me : " lu tau di muntahannya ada apaan nik ?! ... ada kelabang gede banget "
Niken : " ya allah vig ?! beneran ?!? "
Niken , Steve dan bang Renggo hanya terbelalak saja mendengar ceritaku sembari terbengong bengong melihat kondisiku yang berlumuran darah ini , tak pernah kusangka aku akan mengalami hal yang begitu mengerikan hanya untuk membuktikan keberadaan Kuntilanak Merah itu..... kurasa aku tak akan pernah bisa melupakan malam mencekam ini seumur hidupku.