Dunia seakan gelap kurasakan,,seolah-olah langit runtuh menimpa diriku,,Ya Tuhan kenapa harus terjadi di saat seperti ini,,disaat hal yang terpenting dalam hidupku terjadi,,apa kubatalkan saja semua ini sebelum terlambat,,tapi orang-orang diluar sana,,keluargaku,,,bapak ku,,oh tidak aku tidak bisa membayangkan Bapak ku tidak bisa menerima kenyataan,,aku tidak mau lagi melihat Bapak ku terbaring di rumah sakit seperti dulu karena penyakit jantungnya kambuh,,aku tidak mampu untuk sekedar menerima kenyataaan jikalau para tetangga,,,keluarga semuanya mencibir dan menyalahkan Bapak karena terlalu terburu-buru dan tidak tahu bahwa calon menantunya sudah hamil diluar nikah dengan orang lain dan bukan aku ayah dari bayi yang dikandung Rasti,,,aku harus bagaimana,,bagaimana ini,,,kurang dari satu jam aku harus memutuskan semua ini…
Tapi kalau aku harus tetap melanjutkan ini semua,,apakah aku juga bisa menerima Rasti dan terutama anaknya nanti,,untuk seorang rasti saja perasaanku masih mempertanyakan apakah nantinya aku bisa mencintainya apalagi sekarang dia hamil dan tentu saja anaknya akan menjadi tanggungan dan anak aku juga nantinya,,apakah aku siap menerima kenyataan menjadi ayah dari yang bukan darah dagingku sendiri,,tapi ibu tiriku,,Pak Giman bukankah mereka pada kenyataannya juga bisa menerima anak yang bukan darah daging mereka,,apa aku harus menjadi seperti mereka,,kalau nanti anak itu besar bukankah nanti dia juga akan menanyakan dimana Bapak kandungnya,,,hatiku terus meracau dan mengutuk semua ini,,…Tidak berhenti aku mempertanyakan apa yang terjadi dalam hidupku ini,,sebegitu buruknya kah aku hingga Tuhan menghukumku dengan situasi ini..tak terasa air mataku mengalir diantara kedua pipiku
Tokk,,tokk,,tokkk,,,pintu kamarku diketok..sejenak aku terkesiap,,kuseka air mata yang menetes dipipi,,,
“Siapa” tanyaku..
“Ini aku nak,,bapakmu,,hei ngapain lagi kamu disitu,,sebentar lagi lo kita berangkat”
“Bentar pak,,”jawabku
“Loh kok sebentar sudah dari tadi lo kamu dikamar terus,,ini Bapak ada sesuatu yang mau Bapak kasih ma kamu”
“Iya iya pak sebentar,,,sabar,,,”kulangkahkan kakiku gontai menuju pintu kamar kubuka perlahan,,kuberusaha menyembunyikan apa yang terjadi dari raut mukaku,,kubuat wajahku seperti biasa seolah-olah tidak ada apa-apa
“ada apa ya pak”
Bapak ku tidak menjawab,,beliau terus saja masuk kemudian duduk di ujung kasur kamarku
“Sini nak duduk sini,,,ada yang mau bapak omongin ma kamu’
“Iya pak ada apa” jawabku sambil berjalan mendekati beliau dan kemudian duduk disampingnya,,
Tak berapa lama beliau mengeluarkan kotak kecil dari sakunya,,kulihat sepertinya sepasang cincin
“Nak kamu tahu ini,,,ini cincin nikah waktu bapak muda dulu dengan ibu kandungmu,,masih bapak simpen,,dan sekarang kamu akan menikah,,Dari dulu memang Bapak berangan angan kalau nantinya kamu menikah atau lamaran Bapak mau kasih ini cincin,,Nah Bapak pengen sekarang kamu yang make,,ntar lamaran disana kamu pakaiin ma Rasti juga ya,,” kata Bapak
Mendengar kata-kata Bapak nyaris membuat seluruh tubuhku bergidik,,aku terharu dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi,,sebegitunya Bapak saat ini,,sebegitu inginya Bapak aku menikah,apakah mungkin aku tega merusak kebahagiaan Bapak dengan penolakanku untuk tidak jadi melamar hari ini,,Ya Allah,,,aku harus bagaimana ini,,
“sudah jangan kebanyakan ngelamun,,,ini kamu terima dan ingat 15 menit lagi kita berangkat,,cepat-cepatlah kamu”tambah Bapak sambil berlalu meninggalkan kamarku,,
Aku Cuma bisa terbengong-bengong,,,,Dan sekarang aku harus memutuskan semuanya,,dalam waktu 15 menit,,apa memang kadang kehidupan seolah tidak memberikan pilihan lain selain iya atau tidak..,,tapi untuk saat ini apakah mungkin aku harus memilih kebahagiaan orang yang paling penting dalam hidupku daripada kebahagiaanku,,ya sudahlah kalau memang ini jalannya.. aku tetap akan melamar Rasti,,tapi kandungannya,,anaknya,,apa aku nantinya harus merancang kebohongan saja,,bahwasanya aku sebenarnya sudah kenal Rasti sejak lama dan kami berhubungan diluar nikah,,tapi kok gak masuk akal ,selama ini kan Rasti di Jakarta,,lah kalau anaknya nanti gak mirip sama sekali denganku bukannya tambah banyak gunjingan dari para tetangga,,ahhhh bodo amat,,,satu yang pasti,,,sekarang kesehatan dan kebahagiaan bapak ku diatas segalanya,,,
Kotak cincin itu segera kumasukan ke dalam celana dan bergegas ku menuju luar kamar,,kulihat beberapa orang sudah memasukan hantaran lamaran ke dalam mobil yang dipakai untuk melamar,,Bapak ku masih juga sibuk kesana kemari dengan ibuku memastikan semuanya lengkap dan tidak ada yang kurang,,aku Cuma bisa menatap semua ini dengan nanar,,,Tak lama Bapak ku melambaikan tangan memberi kode agar aku segera masuk ke mobil…Malam ini Bapak sudah menyiapkan 2 mobil,,,satu mobil untuk aku dan orang tuaku sedang mobil satunya lagi untuk saudara jauhku,,selang kemudian Bapak dan Ibu tiriku menyusul masuk ke dalam mobil dan tak lama kemudian kami pun berangkat ke rumah Rasti,,,
Sepanjang perjalanan aku Cuma melamun,,,dari balik kaca dengan tangan kananku memegang mulut aku bersandar disisi kaca mobil,,Tak pernah kubayangkan lamaran itu seharusnya saat yang terindah bagi orang-orang tapi aku,,,aku tidak ubahnya sekarang seperti menerima sebuah bom waktu yang setiap saat tiba waktunya meledak,,meluluh lantakan kehidupanku,,,aku juga tidak tahu kenapa si Rasti tidak pernah jujur dari awal,,apa yang terjadi sebenarnya,,dimana mantan pacarnya itu,,apakah karena dia mengandung sekarang ini juga jadi alasan kenapa dia mau pulang,,pantas saja waktu dulu aku tanyakan kenapa putus dengan mantannya dia gak mau cerita,,,ternyata separah ini yang terjadi,,kenapa juga Rasti seolah olah menempatkan ku menjadi korban dari hubungan bebasnya,,,astagfirullah,,,aku Cuma bisa menghela nafasku untuk sekian kali…
Tak terasa mobil yang kutumpangi telah sampai di halaman rumah Rasti,,kulihat dari balik jendela beberapa orang sepertinya keluarga Rasti bersiap menyambut rombongan kami,,,Mobil pun berhenti,,dan aku pun turun menjejakan kakiku,,,melangkah gontai dengan mimik muka yang kupaksakan biasa,,,dengan tersenyum getir aku membalas jabat tangan dari orang-orang yang sedari tadi berdiri menyambut aku dan keluargaku,,,Didalam karpet dan tikar sudah disiapkan,,kami pun duduk lesehan,,tak lama kulihat Rasti berbaju renda dengan corak batik jawa lengkap dengan jilbab keluar dari kamarnya,,dengan jilbab memang kulihat dia semakin cantik,,tapi saat ini seolah-olah kecantikannya tertutup di mataku,,tidak terasa menarik lagi,,,
Kuperhatikan tubuhnya terutama dibagian perut,,masih biasa tidak Nampak menonjol seperti halnya orang hamil,,kulihat wajahnya biasa saja,,dalam hati aku heran,,bagaimana mungkin dia bisa bersikap seperti itu,,wanita hamil diluar nikah dengan Bapak dari sang anak yang mungkin tidak tahu rimbanya tapi masih bisa bersikap biasa,,,tanpa Nampak kegelisahan sedikitpun,,,mataku tertuju dengan bapak di depanku yang sedari tadi seolah-olah tidak berhenti tersenyum menandakan kebahagiaan hatinya..
“Mas…mas,,,,,,mas igor,,,” Tahu-tahu tangan Rasti sudah di depan wajahku untuk berjabat tangan..
“Oh ya ya…”ku ulurkan tanganku,,diciumnya tanganku itu tanda menghormati..,,untuk pertama kalinya,,
Selang kemudian ba bi bu acara lamaran itu dilaksanakan,,untuk mengingat yang terjadi disaat lamaran itupun aku susah sekali,,,yang kuingat Cuma riuh canda orang mewarnai malam itu,,tapi seolah-olah aku merasa asing dan sendiri di tengah keramaian ini,,kulihat Rasti yang duduk dari tadi di sebelahku pun ikut dalam gelak tawa seolah-olah dalam hal ini semua orang bahagia,,tapi aku,,Aku yang harusnya jadi tokoh utama dan paling bahagia malam ini malah sebaliknya,,,,sampai dengan acara tukar cincin pun semua terasa hambar,,hingga tak terasa lamaran itu selesai sudah,,dan kami beranjak pulang membawa berita suka cita,,,lamaran kami diterima,,tapi mungkin itu suka cita untuk keluargaku,keluarga rasti,,terutama rasti tapi bukan AKU…hmmmmm apakah mungkin dari sinilah aku harus dan mau gak mau belajar apa itu IKHLAS,,,