Buka Aura Pembawa Petaka #5 - Ari, Anandi dan Amarah - Cerita Seram Kaskus

Buka Aura Pembawa Petaka #5 - Ari, Anandi dan Amarah

Indigo yang ane punya ini, kayak kulit ari. Tipis banget. Jadi ane gak terlalu paham amat soal orang kesurupan, ketempelan, ketenggoran dan lainnya. Ane hanya bisa melihat, itu pun sekilas doang dan Alhamdulillah udah jarang. Untuk kasus Anandi, ane sama sekali gak paham. Ilmu ane belum sampe kesitu.

Ane cuma bisa jadi penghibur di kala Anandi merasa sedih. Beberapa kali ane ajak nongki ke kafe teman-teman ane di Palembang. Menurut ane sih, Anandi baik baik saja, tapi emang tatapan matanya tuh beda banget dr biasanya. Lebih tajam, dalam dan misterius.

Sekitar pukul 9 malam, kami cabs dr kafe. Sebelum berangkat, ane langsung inget Ari. Ane SMS dia dan janjian ketemuan sebentar aja di minimarket di Jalan Basuki Rahmat. Ane ingin nanyain ke dia, gimana kondisi Anandi.

Hanya setengah jam dari kami menunggu Ari, dia langsung datang. Ari langsung melihat Anandi dengan wajah yang sinis. Begitu juga dengan Anandi, tatapan matanya seakan menahan amarah. Matanya berair dan tarikan nafasnya semakin kencang.

Anandi : Mas ari, kamu jahat. Kenapa kamu mau menyakiti aku?
Ane : Loh, kenapa Ndi. Ari tu datang utk ngobrol aja ke kita. Nyakitin darimana?
Anandi : Kamu menjauhlah dari aku (sambil membuang muka ke Ari)
Ari : Sejak kapan kondisi Anandi seperti ini?
Ane : Sudah satu minggu
Ari : Kenapa baru bilang sekarang ke aku
Ane : AKu baru keinget aja sama kamu ri..

Reaksi Anandi ke Ari seakan punya dendam yang membara. Padahal, Anandi dan Ari ini sngt jarang ketemu dan tidak ada masalah apapun yg terjadi antara mereka. Mereka hanya sekedar kenal dan tau satu sama lain aja.

Ari lalu mendekat ke Anandi.. Sambil menunjuk-nunjuk Anandi, Ari yang terlihat emosi hampir saja lepas kendali

Ari : Kamu ini siapa? Kamu bukan Anandi. Bauknya busuk sekali, Ryu
Anandi : Jangan dekatin aku.. KAmu jahat.. Kamu mau nyakitin aku..
Ane : Kenapa dia ri? Busuk gimana?
Ari : (Sambil menutup hidung, perut ari langsung mual. Seakan mencium aroma bangkai) Busuk banget dia ini. Besok kita harus cari tempat ruqyah. Ini bukan dia
Anandi : Menjauh dari aku!!! Kak Ryu.. bilang sama dia jangan dekati aku. Badanku menggigil dekat dia



Melihat emang ada yg gak beres dengan Anandi, ane langsung mengusaikan pertemuan ini. Ane anter dia balik kerumah dan besok kami mengatur jadwal untuk mendatangi salah satu ustad kenalan Ari di kawasan Dempo Palembang.

Keesokan harinya..
Ane inget banget itu hari Minggu.
Kami datangi ke rumah Ustad Dempo, salah satu ustad yang pakar dalam bidang ruqyah. Sesampainya disana, kami mendapat kabar duka. Ustad tersebut sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu.

Ternyata ustad ini juga yang menyembuhkan Linda, teman ane yang dulu juga pernah kesurupan. Lalu, kami ditunjukkan untuk menemui temannya Ustad Dempo, yang juga satu perguruan.

Sayang.. nasib berkata lain. Ustad tersebut sedang pergi ke Talang Betutu dan malam nanti baru pulang.

Kami sempat putus asa..
Sampai akhirnya, kami memutuskan untuk kembali ke Ustad Alim.



Malam harinya, ane dan Anandi ditemani Engkong dan istrinya datang ke rumah Ustad Alim. Sedangkan Ari, datangnya belakangan karena dia masih kerja.

Di sesi ruqyah kedua ini, lebih heboh lagi. Ada satu fakta baru yang terungkap tentang temannya Ustad Alim, Engkong dan Ari.


=== Cerita Selanjutnya ===