100 Tahun Setelah Aku Mati #57 - Hidup Baru - Cerita Seram Kaskus

100 Tahun Setelah Aku Mati #57 - Hidup Baru

Menunggu dan di tunggu, Rizal, Risa dan Sari, “dia menunggumu seperti aku” kira2 begitu ucapan sari sebelum dia menghilang secara tiba2, saya tidak bisa mengikuti kemana dia pergi.. makhluk itu benar2 mistis dan misterius, saya sedikit menghitung, mencoba mengukur tahun ke 100 setelah sari mati, 4 tahun lagi .. ada waktu 4 tahun untuk saya mencari tau, saya perlahan meninggalkan rumah itu, rumah kenangan itu, rumah dimana Sari tinggal selama 96 tahun.
Saya sedikit mem flashback kejadian2 yang dulu pernah saya lalui disini, ingatan masa kecil segera memenuhi memori kepalaku, sari... akan lebih menyenangkan jika bernostalgia disini denganmu, begitu kataku dalam hati, tapi dia seolah menjauhiku, tidak seperti masa sd ku dimana dia menemani hampir di setiap 24 jam sehariku, sekarang, bahkan setelah lama tidak berjumpa dia seperti tidak ingin berlama2 di dekatku, apakahh sebuah perbuatan dosa jika saya berteman dengan makhluk yang bukan dari bangsaku? Atau bagaimana? Kenapa dia menjauhiku? saya memperhatikan kaca jendela bagian belakang rumah itu, tirainya sedkiti tersibak dan memperlihatkan ruang didalamnya, saya menghampirinya dan sedikit mengintip seperti maling, saya melihat ranjang dari besi itu, ruangan itu adalah bekas kamarku, masih sama seperti dulu hanya catnya yang berubah, saya ingat sekali waktu wujud seram kuntilanak menyeretku masuk kedalam kolong tempat tidur, rumah ini adalah saksi bisu dari banyak kejadian, dari banyak kematian di masa lalu, pantaslah jika hawa “singup” dan aura tidak enak masih memenuhi sekeliling rumah tua ini, beruntung keluarga Peltu.Sangadi tidak diganggu seperti halnya saya dulu. Memori yang selama ini mati2an ingin saya lupakan kembali masuk keotaku, gambaran2 dari ejekan itu, dari tatapan sinis mereka, dari tatapan belas kasian mereka, saya menggelengkan kepalaku, entahlah saya tidak yakin apa dengan menggelengkan kepala akan membuat lamunan saya buyar, saya ingin segera pergi dari sini, batinku sambil melangkah pergi, sesekali saya menoleh kebelakang, berharap sari akan muncul diambang pintu sambil melambaikan tanganya, persis seperti yang selalu dia lakukan dulu ketika saya harus pergi.
***
Saya harus berjalan sekitar 2 kilometer untuk menuju ke pemberhentian bis, saya berpesan kepada risa untuk menjemput saya di pusat kota semarang, tepatnya di simpang lima, ingin rasanya memintanya menjemput saya disini karena rasa lelah dan kantuk yang luar biasa, perjalanan berjamjam dengan menempuh ribuan kilometer yang hanya saya balas dengan tidur di dalam bis sambil sesekali terjaga karena rasa pegal yang mengganggu, udara terasa panas, saya rasa saya harus mulai beradaptasi lagi dengan hawa panas negri tropis ini.. baru beberapa ratus meter keringat saya bercucuran, memakai kaos hitam ditambah jaket tebal bukanlah ide yang bagus, gumamku pelan sambi berjalan dengan menenteng bawaan yang super banyak di kanan kiriku.
“biiimm.. biimm bimmmm..” suara klakson mobil mengagetkanku, hingga salh satu koper saya terlepas dari pegangan,

“siapa sih nih? Perasaan jalan uda di pinggir” gerutu saya dalam hati sambil memungut koper bersi oleh2 dan beberapa potong pakaian itu,

“biiimmmm.. biimmm” sekali lagi mobil itu mengklakson dengan nyaring, saya menoleh kearah mobil berlambang H berwarna putih itu, pandangan saya terhalang oleh kaca depan berwarna gelap dari mobil itu untuk mengetahui siapa pengendara rese didalamnya, sampai kanca samping mobil itu terbuka dan menjembul kepala dari pengendara didalamnya, rambut panjang itu, dan mata yang dihias kacamata berlensa tipis itu...
“nduk?” panggil saya sedikit kaget karena itu adalah risa, dia cengengesan seperti biasa sambil melambaikan tanganya dari dalam..

“yuuuhuuu mas!! Mas!! Amnesia ya kamu? Lupa sama aku kebangetan!!” teriaknya dengan nyaring,

Saya buru2 menghampirinya, agar dia tidak berteriak2 lagi dan memancing perhatian warga yang melintas..
“nduk?, kan aku udah bilang jemput di simpang lima aja”

“hiihh.. mas ini udah dibelain jauh2 jemput sampe sini malah bilang gitu, masuk gih” katanya sambil membuka pintu bagian belakang untuk memasukan barang2ku,

Risa membantu saya memasukan barang2 itu, saya memperhatikan dia, dan perasaan aneh itu tidak mau pergi bahkan setelah selama ini saya bersama denganya, dia selalu sukses membuat dada saya terasa berdesir saat bertemu denganya.

“gak usah liatin sampe segitunya om, kayak gek pernah liat cewek cantik aja” ejeknya tanpa melihat kearahku, tampaknya risa sadar bahwa saya sedang terpesona untuk ke ribuan kalinya,
Saya menoyor kepalanya pelan sambil tertawa, saya melihat ke lehernya yang disana tergantung kalung perak yang dulu saya berikan, di pergelangan tanganku juga masih melingkar gelang pemberianya dulu, 2 benda ini sebagai pengingat dan pengikat kami selama berpisah dulu, saya meraba kantong jeans yang terasa mengganjal karena didalamnya ada sebuah kotak berisi tanda keseriusan hubungan saya denganya besok..
“mana kuncinya nduk” kataku meminta kunci mobil..

“enggak, mas capek kan?, biar aku aja yang nyetir. Apa lagi mas udah lama gak nyetir, kalo nabrak mah berabe ntar :P “

“diihh.. yang bisa nyetir duluan siapa coba” kataku sambil menoyornya lagi.

Saya duduk di depan, dan menonton bagaimana risa menyetir, dia sudah cukup fasih, dia sudah tidak seperti sopir mabuk yang berkendara dengan ugal2an seperti dulu.
“mas. Capek gak?” tanyanya dengan pandangan mata yang fokus ke jalanan didepanya,

“enggak” jawabku dengan bermain game di hp,

“ihhh boong, masak gak capek sih?”

“lha itu kamu tau nduk, ngapain nanya lagi” jawab saya dengan ketus

“ahhhh nyebelin, kan tanya doang, ditanya calon istrinya kok gitu”

“calon istri?” saya mengulang kata2nya dengan menganggkat sebelah alis saya, berusaha menggodanya

“hiihhh.. baru pulang aja udah ngeselin, yaudah kalo gak jadi aku cari yang laen aja “

“dihhh.. masih aja ngambekan” jawab saya sembil tertawa dan mencolek lenganya,

“bodo ahhh.. apasih colek2, kalo nabrak trus kita mati gimana” jawabya dengan nada ngambek..

“hihi terserah mbak calon istri aja deh” jawab saya sambil ikut melihat kedepan, ikut melihat jalanan yang padat di jawa bagian tengah ini..

Rasa ngantuk memaksa saya memejamkan mata, saya mencoba tidur sebentar untuk sedikit mengurangi beban di mata yang sudah sangat mengganggu ini..
“mas... mas.. “ panggil risa dengan lembut, dia menggenggam tanganku.

“yahh udah tidur ya” ucapnya lagi. padahal saya belum tidur,Saya sengaja tidak menyaut perkataanya, menunggu kira2 apa reaksinya,

“mas, makasih udah pulang, aku nunggu janjimu mas” suara lembutnya menenangkan sekali, kemudian saya merasakan ada telapak tangan yang terasa hangat menyibak keningku, perlakuan lembut dari risa membuat saya benar2 terlelap...
****

“Le... bangun lee..” sebuah suara diiringi goncangan dipundaku membuat saya terbangun, saya membuka mata dan sedikit silau dengan cahaya yang masuk kedalam mobil, tapi saya hafal dengan suara barusan, saya membuka mata dan disamping saya sudah ada om Bowo yang dengan senyum lebar membangunkanku, ternyata saya sudah sampai dirumah, om bowo beserta keluarga datang untuk menyambutku, beberapa tetangga juga turut hadir, saya mencium tangan beliau dan memeluknya,setelah kepergian bapak dan ibuk, om dan tanteku ini sudah saya anggap orangtuaku seddiri, beliau rutin mengecek kabarku, dan memberikan saya dukungan untuk menjalani rutinitasku, saya menyalami beberapa orang yang ikut datang kerumahku, beberapa kerabat dan yang menyenangkan adalah teman2 masa SMP dan SMA yng sudah lama sekali saya tidak melihatnya turut hadir...
Andi, irawan,somad,susi, dan banyak lagi... merekaa semua mereka semua datang..... lihatlah andi, teman masa SMP saya yang sangat kental dengan tingkah lucunya, kini sudah menjalani profesi sebagai seorang polisi, badanya tegap dan terlihat gagah, tapi walaupun begitu penampilanya yang maskulin tetap tidak bisa menghilangkan kebiasaan cengengesanya.

“selamat datang pak dokter!” ucapnya dengan memberi hormat sambil nyengir dengan lebar,

“hormat komandan!” jawab saya sambil menyalaminya dan memeluknya karena sudah lama sekali saya tidak bertemu denganya.

Disamping andi ada irawan, dia sudah selesai menjalani perkuliahanya di jakarta, sekarang dia adalah pegaiwai di sebuah bank ternama di jogja, gayanya terlihat rapi, sama seperti dulu,
Somad, penampilan temanku yang satu ini benar2 berubah secara signifikan, jika dia dulu berbadan tambun sekarang dia bertubuh atletis, dengan kumis dan jambang yang lebat menghias wajahnya tentunya akan sulit bagi saya mengenalinya karena sudah lama sekali lost kontak denganya. Dan saya baru tau sekarang somad adalah seorang model, wow...
Dan susi tentunya kalian mengingat susi, gadis berwajah oriental ini semakin terlihat cantik dan dewasa, dia sekarang menjadi seorang perawat di sebuah rumahsakit besar di Solo,
Banyak lagi teman2ku yang hadir, mereka semua datang di momen ini, jika saya mengingatnya lagi ada perasaan haru, perasaan haru bertemu teman2 yang sudah ikut membentuk pribadi saya menjadi seperti sekarang,
Mereka semua mengajak saya masuk kedalam rumah, dan begitu saya masuk.... lihatlah, banyak sekali hidangan yang sudah tersedia, sayur tolo, gudeg, ingkung,nasi kuning, nasi uduk, dan semua makanan kesukaanku tersaji di tikar yang suda digelar sedemikian rupa,ternyata mereka semua membuat semacam syukuran kecil2an untuk menyambut saya pulang...
Saya sangat senang dengan penyambutan sederhana nan berarti itu, saya mencari sosok dibalik semua ini, itu dia.... Risa, dia sedang tersenyum dibelakangku, pasti dia yang menyiapkan semua ini.. saya tersenyum dan menghampirinya..

“nduk... makasih.. untuk semua ini.. makasih nduk “
....
“zal, kapan ini kamu nyusul kita2?” tanya andri salah seorang sahabatku di masa SMA,

“nyusul apaan ini maksudnya?” tanya saya sambil menyruput kopi yang barusan dibuatkan oleh risa,

“dihh mad, kebangetan temen kita satu ini” saut Andi dengan menghisap rokok filternya dan menghembuskanya ke wajahku,

“ehhh.. apaaan sihh?” tanya saya dengan bingung.

Somad berdiri dari tempatnya duduk dan berpindah duduk disamping saya,
“hehh pak dokter, maksudnya ini lhoooo” jawabnya sambil menunjukan punggung tanganya...

Whatttt.... saya melihat beberapa teman lain juga melakukan hal sama,
Andi, Somad, Andri, dan beberapa kawan lain.. mereka semua sudah mengenakan cincin nikah...
Andi merangkul saya, dan dia menunjuk risa yang tengah ngbrol dengan om bowo.

“mau sampe kapan kamu bikin dia nunggu zal?” tanya Andi..

“udah berapa taun coba zal?, setauku dari jaman SMP kan Risa suka kamu, kalian udah pacaran berapa taun?” tambah andi lagi

“5taunan lebih ndi” jawab saya pelan sambil ikut memandangi risa yang tidak sadar sedang kami jadikan bahan obrolan..

“nahh itu zal.. udah lama banget kan, 5 taun buat kredit motor udah lunas itu zal, jangan nunda2 lagi buruan aja, keburu si risa capek nungguin kamu” sambung Somad

“yeee... kalian enak udah punya kerjaan, lha aku baru setengah jalan ini, ini aja masih harus nglanjutin kuliah disini”jawab saya..

“alesan aja, zal... namanya rejeki itu bisa dateng dari mana aja, tapi cewek kayak risa? Hmm 1000:1 zal, buruan aja deh mending” irawan ikut nimbrung dengan obrolan kami..

“helehh kamu wan, kayak udah merid aja, situ juga masih bujang,, pacarmu itu buruan dilamar keburu lari, haha” jawab andi diikuti gelak tawa dari teman2 yang lain...
**
Saya merenungkan perkataan dari teman2 saya, mereka.. beberpa dari mereka sudah menjadi kepala rumah tangga, mereka sudah memiliki keluarga mereka, sedangkan saya malah baru berencana lamaran, usia saya sebentar lagi 25 tahun sudah cukup dewasa, sedangkan risa, dia tidak terpaut jauh dari umurku, usia matang bagi seorang perempuan untuk menikah, apalagi dia juga sudah lulus kuliah, dan sekarang sedang mempertimbangan beberpa pekerjaan yang sudah menawarinya.. yaaa.. mereka ada benarnya.. ucapku dalam hati.
Beberapa saat setelah acara itu selesai, teman2ku dan beberapa kerabat sudah pulang, tinggal menyisakan keluarga dari om bowo dan Risa yang masih setia membantu membereskan sisa2 dari acara malam itu...

“om.. aku mau ngobrol bentaran boleh?” ucap saya pada om bowo yang sedang menonton berita di tv.

“ada apa le?, ngomong aja gapapa” jawab beliau...

“jangan disini om, di ruang tamu aja ya” pinta saya diiringi anggukan dari om bowo..
.....
“jadi gini om, aku udah mikir ini lama om...”

“ini tentang si risa kan?” om bowo seperti tau apa yang ada dipikiran saya bahkan sebelum saya menyelesaikan kalimat saya...
Saya hanya bisa mengangguk, dan menunggu kira2 apa yang menjadi keputusan beliau, karena mau tidak mau om bowo secara tidak langsung sudah menjadi wali saya, saya mengamati ekspresi wajah beliau yang terlihat seperti berpikir, entah kenapa selama menunggu yang tidak seberapa lama itu rasanya dada saya berdebar...

“yaaa... apapun kemauan dan keputusanmu le, om mu ini Cuma bisa ndukung, sama seperti bapakmu dulu, om percaya sama kamu, kamu sudah bisa membuktikan diri” kata om bowo dengan serius..
Teman.. kalian tau? Betapa senangnya saya ketika mendengar jawaban beliau, saya baru saja mengantongi restu dari wali saya, sekarng tinggal seorang lagi... yaitu om hamzah.. begitu kata saya dalam hati.

“yaa.. tapi le, kamu juga jangan nekat. Kamu tetep harus mikir masa depanmu, nikah itu bukan main2, kamu harus usaha lebih keras buat mandiri” om bowo membuat lamunan saya pecah dan membuat saya berfikir kembali.

“le kalo kamu udah ambil keputusan itu kamu juga jangan ragu, om kasih wejangan, namanya rejeki itu udah ada yang ngatur, apalagi dengan nikah akan mbuka pintu rejeki yang lebih besar, le kamu itu mewarisi gen dari bapakmu, dan om sama bapakmu itu sau keturunan, sebisa mungkin om bakal memposisikan diri seperti bapakmu, om yakin bapakmu bakal setuju dengan keputusanmu” om bowo memberikan dorongan kepada saya, beliau menepukpundak saya dan menguatkan tekad saya kembali..

“iya om,trimakasih sekali,om kalau direstui.. besok aku mau ketemu orangtua risa buat mohon doa restu”
“yaa le semoga saja Hamzah merestui anak gadisnya untuk kamu lamar” jawab om bowo sambil mengusap kepalaku yang sedang tertunduduk dibawah lututnya untuk sungkem memohon doa restu untuk hidup baru saya...
****

Saya menyusul risa yang sedang sibuk mencuci piring kotor, saya berjalan berjingkat dari belakang dan menutup matanya..
“heehhh... coba tebak siapa ini” saya menggodanya dengan becandaan basi

“apa sih mas, ntar pecah piringnya, bentar ahh jangan ganggu dulu” ucapnya sambil mencipratkan air yang penuh dengan busa sabun colek kearahku..

“ndukk... jalan yukk” kata saya dengan menopangkan dagu ke bahunya,

“hihhhh pulang2 kok jadi ngeselin seehhh” ucapnya dengan dongkol sambil menyapu wajahku dengan tanganya yang berlumur sabun...

“yallohh.. nduk amat pedih nihhh kena mata” jawab saya sambil mengusap wajah,

“ehh.. beneran mas?, hihi maap2 gak sengaja sini tak tiup matanya” kata risa sambil memegang kepalaku dan meniup mataku yang mulai berair..

“fffhhuuhhh... udah mendingan belum mas?” tanya risa sambi meniup pelan mataku

“belumm nduk” pedes inihh” jawabku dengan sedikit berlebihan..

“fffuuuhhhh.. kalo sekarang?” tanya risa dibarengi tiupan yang lebih kencang..

“belooommm.. huaaa” jawab saya dengan lebih lebay

cuuupp... saya merasakansesuatu yang lembut dan hangat menyentuh keningku...

“kalo sekarang pasti udah mendingan?” ucap risa sambil mencubit pipiku..

“udah.. hehehe “ jawab saya sambil membelai kepalanya..

“mau ngajak kemana sih mas?”... tanya risa sambil mencuci tanganya..

“alun2 utara mau gak?” tanya saya

“ayokk dehh, tapi pake pespa yak “ jawab risa dengan manja...
Kami pun segera bersiap, dan setelah pamit kami pergi menggunakan si butut, pespa kesayangan warisan bapak, sudah lama sekali saya tidak mengendarainya, untung si butut tiap minggu selalu ditengok oleh om bowo jadi tetap terawat...
Tidak butuh waktu lama hingga kami sampai di tempat yang menjadi salah satu ikon kota jogja...
Alun2 utara, disini kamimenyingkatnya dengan nama Altar, lapangan luas yang ditengahnya berdiri dengan kokoh 2 pohon beringin, tampak di belakangnya bangunan gagah Keraton Ngayogyakartahadiningrat yang tersorot lampu berwarna kuning, Jogjaku... kini aku pulang...
“mas.. punya duit?” tanya risa ketika kami sedang berjalan dipinggiran alun2..

“punya,kenapa?”

“bagi dikit dong”

“nihh, jawab saya sambil mengeluarkan uang dollar australia kepadanya sambil nyengir”

“gak laku tau gak mas :P “ jawabnya dengan manyun, dia melepas gandenganku dan menghampiri seorang penjual jajanan cilok...

“udah lama gak makan ini kan mas?” kata risa sambil menyodorkan plastik berisi cilok itu,

“jajanan masa SMA ya nduk “

Kami menikmati suasana malam itu, rasanya sangat syahdu... malam yang sangat sempurna, kami melepaskan sisa2 kerinduan kami disitu...
“mas, dapet salam dari ayah, ayah gak bisa dateng, soalnya beliau ada tugas yang gak bisa ditinggalin” kata risa sambilmenyender di bahuku..

“ahhh gapapa nduk, besok ayahmu libur gak?, kalo libur aku mau kerumahmu boleh?”

“iya mas... biasanya kalo ayah abis piket hari berikutnya itu lepas tugas kok”

“siipp dehh.. soalnya besok aku mau ngobrol sama ayahmu”

“ngobrol apa mas??”tanya risa dengan antusias..

“tentunya ngobrolin tentang hidup baru kita nduk”


=== Cerita Selanjutnya ===