Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XI - 6 February 2011 - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XI - 6 February 2011

Salam,

Buat semuanya yang udah baca diary aku, sebelumnya aku mau kasih tau dulu. Diary ini aku tulis dari pengalaman aku, jadi jangan dibuat mainan seperti film horror. Kalaupun misalnya enggak takut setelah baca Diary ini, please jangan sekali-sekali nantangin 'mereka' untuk datengin kalian, dengan pikiran kalian tidak akan takut melihat mereka.

Ingat, bermain-main dengan dunia lain sama saja artinya sudah meletakkan satu kaki kita di dunia itu. Sekali kalian bisa melihat mahluk-mahluk itu, kutukan itu bakalan menempel di kalian. Bersyukurlah kalian tidak bisa melihat mahluk-mahluk itu. Sudah cukup masalah yang harus dihadapi manusia tanpa harus dicampuri dengan dunia lain.

Dan ingat, jangan kira kami, maksudku orang-orang sepertiku ini bisa hidup tenang, tidak juga, terlalu berdekatan dengan hawa-hawa negatif yang sudah pasti tertarik dengan "kami" karena kami bisa melihat 'mereka' tentunya juga membawa hawa negatif di sekeliling kami. Kalian tentu tau kan? orang-orang seperti saya jarang yang hidupnya penuh dengan kebahagiaan? kalian mau seperti itu?

Jadi, ini peringatan dari saya, baca Diary saya ini tanpa berpikiran negatif ataupun pikiran yang dapat mengundang 'mereka' pada anda. Jadikan ini sebagai pengetahuan atau hiburan, terserah anda saja.

yang pasti, jangan tantang mereka.

Terimakasih

===================================================================

6 February 2011

Sepertinya hari ini adalah hari yang tepat untuk membahas ‘mereka’ yang tanpa sadar ada di sekeliling kita.

Kadang aku melihat beberapa orang yang begitu bersemangat untuk menonton film horror. Tanpa mengetahui kalau kadang beberapa dari ‘mereka’ juga ikut menonton.

Atau ketika ada seseorang yang mengatakan kalau dia tidak percaya pada hantu, padahal ada seorang yang penuh darah berdiri melotot padanya.

Kadang kala ‘mereka’ juga memberanikan diri untuk menampakkan diri sejenak, sehingga orang-orang selain sepertiku kadang bisa melihat mereka, namun merasa tidak yakin atas penglihatan mereka sendiri.

Seperti saat ‘mereka’ berdiri pada sudut ruangan, melihat ‘mereka’ pada sudut jendela, ‘mereka’ pada baju-baju yang digantung. Orang-orang yang tidak bisa melihat sepertiku hanya akan melihat mereka dalam sekejap saja sehingga akan menganggapnya seperti ilusi saja.

Atau kadang-kadang, hanya merasakan dan mendengar kehadiran ‘mereka’.

Seperti pada saat mereka menaiki tangga, atau ketika mereka lewat di dekat orang-orang itu.

Kemarin ada temanku yang mengetahui soal kemampuanku..

Dan hari ini menjadi akhir pertemanan kami…

Dia menanyakan padaku apa sih rasanya bisa melihat ‘mereka’, dia bilang dia akan sangat senang apabila bisa melihat mereka karena dia adalah penggemar dari film-film horror. Katanya, tidak ada satupun film horror yang mampu menakuti dia saat ini.

Dia memohon-mohon padaku agar diajari cara ‘melihat’ mereka.

Sebenarnya.. melihat mereka itu tidak sulit, asalkan kita menghilangkan logika ‘tidak mungkin’ yang ada pada diri kita.

Kadang-kadang, orang-orang terlalu cepat membuat otak mereka berpikir ‘tidak mungkin’ ketika melihat, merasakan atau mendengar kehadiran mereka.

Hilangkan itu, dan kurasa semua orang bisa melihat kehadiran ‘mereka’.

Orang-orang sepertiku adalah mereka yang cukup peka untuk menghilangkan ‘tidak mungkin’ itu pada diri kita sendiri.

Simplenya adalah begini, andaikan semua orang tetap mempertahankan mata seorang anak kecil yang polos dan sama sekali tidak mencurigai segala sesuatu, tidak me-logika-kan segala sesuatu, kurasa semua orang akan bisa ‘melihat’ mereka.

Dan aku melakukannya tadi pada temanku, aku tidak akan menyebutkan detailnya caranya padamu Diary..

Intinya aku membuat temanku itu bisa melihat si ‘wanita’ di toilet lantai 7.

Awalnya temanku tidak melihatnya, tapi dia bisa merasakannya. Aku mengarahkan pandangannya perlahan-lahan, mengatakan petunjuk-petunjuk yang mungkin dilewatkan oleh otaknya.
Lalu sepertinya dia melihatnya ketika aku merasakan bahunya mulai menegang.

‘wanita’ itu melihat kami. Kali ini dia memakai kemeja tangan panjang berwarna merah, syukurlah setidaknya kami tidak bisa melihat lengannya yang penuh dengan tonjolan-tonjolan mengerikan…

Kini yang tersisa adalah wajahnya saja yang tidak kurang mengerikannya.

Aku tidak tau sejauh mana temanku bisa melihatnya, tapi kurasa melihat raut wajahnya yang menggambarkan kengerian, aku rasa sejauh apapun yang bisa dilihatnya, itu cukup mengerikan.

‘wanita’ itu mendekati kami berdua, dia bergerak seakan mengendusi kami berdua.

Kemudian dia berteriak, dengan suara lengkingan “HIIIIIIIIIIIIIIIIIIIKKKKKKKKKKKKKKKKK”

Kami berdua hanya bisa berdiri tidak bergerak, tenaga apapun yang tersisa pada tubuh kami sudah hilang sepenuhnya.

‘wanita’ itu masih tidak bisa mendekati kami, seperti ada sesuatu yang menghalanginya.

Kemudian dia mengambil sesuatu dari kantong celananya.

Sebuah korek api..

Kemudian dia membakar salah satu lengan kemejanya.

Api itu dengan sangat cepat membesar, kami hanya bisa melihatnya dengan terpaku.

Suhu panas menyelimuti tubuhku, didepanku ‘wanita’ itu berteriak-teriak kesakitan sambil menggeliat.

Tubuhnya sudah menghitam saat dia akhirnya terjatuh pada lututnya dan berteriak “SAKKIITTT… TOLONNNG…SAKIIITTTT…AHHHHHHHRGGG!!!!”

Wanita itu mengerang bagaikan seekor binatang sebelum akhirnya dia rubuh.

Perlahan-lahan kami melihat api mati dari tubuhnya.

Kemudian, tangannya yang kini terlihat tulang-belulangnya yang hanya ditutupi beberapa onggok daging hangus dan terkoyak bergerak perlahan-lahan, berusaha menggapai kaki kami.

Kakiku tepatnya..

Kemudian kepalanya mendongak..

Pemandangan mengerikan dari wajah ‘wanita’ itu terlihat jelas olehku.

Kulitnya meleleh dan menggelembung di wajahnya, membuat sebagian matanya tertutup oleh lender dari dagingnya yang meleleh, sedangkan sebelah mata lagi melihat dengan tatapan jahat pada kami.

Pada saat itulah temanku berteriak histeris…

Dan aku menemukan bahwa aku bisa menggerakkan lagi badanku.

Aku menarik tangan temanku dan berusaha menyeretnya keluar dari toilet itu.

Kami berhasil keluar, dengan diiringi pandangan penuh dendam dari ‘wanita’ itu yang masih menyeret tubuhnya yang terbakar.
Temanku terus berteriak histeris meskipun kami sudah keluar dari toilet itu.

Beberapa orang mendatangi kami untuk melihat temanku itu, sampai akhirnya dia pingsan karena kelelahan.

Keesokannya dia tidak masuk kuliah..

Dan ketika kutelepon dia, dia membentakku dan menyalahkanku karena dia sekarang bisa melihat ‘mereka’ semenjak kemarin.

Dia menyesal telah memintaku agar dapat melihat ‘mereka’.

Dan segera setelah itu dia mengatakan kalau dia tidak mau melihat mukaku lagi.

Aku tidak pernah menonton film horror, tapi kurasa pertemuan kami dengan ‘wanita’ itu lebih seram dari film2 horror yang dia tonton…

Atau mungkin pengalaman langsung berbeda dengan menonton film…

Entahlah…


=== Cerita Selanjutnya ===