Gw dan Dika memutuskan untuk tidak 1 kos lagi. Dika kos di daerah Taman Sari, dekat dengan kampusnya. Sementara gw masih bingung mau kos dimana, gw gak punya banyak pilihan kamar kos karena budget gw memang sangat terbatas. Bertemulah gw dengan Rangga dan Ade, mereka teman gw, akhirnya kami memutuskan untuk sewa rumah saja daripada kos. Ah bener juga ya, pikir gw, apalagi menurut hitungan gw yang bukan mahasiswa berkecukupan, menyewa rumah malah lebih murah dibandingkan kos. Kami bertiga mencari rumah yang akan disewakan ke beberapa tempat, hingga akhirnya kami menemukan rumah yang lumayan bagus, murah dan lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus kami masing-masing (red- kampus kami berbeda-beda).
Lokasi rumah yang kami sewa berada di jalan PHH Mustofa, atau jalan Suci, tepatnya di seberang kampus YPKP dan di belakang kantor PLN.
Rumah ini berisi 5 kamar, karena kami masih bertiga akhirnya kami memutuskan mengajak beberapa teman yang mau ikut bergabung untuk menyewa rumah, kemudian bergabunglah Dion, Lukman dan Fauzi. Fauzi adalah temen kos gw di kos gang Titiran dalam. Setelah kami menyelesaikan semua pembayaran dengan pemilik rumah, kami pun mulai pindah ke rumah tersebut, pembagian kamar pun diatur dan disepakati seperti gambar di bawah.
Rumah ini terlihat seperti bangunan yang relatif masih baru, kami beruntung dapat menyewa rumah ini dengan harga yang sangat murah. Memang cukup aneh jika membandingkan harga yang kami bayarkan untuk sewa dengan keadaan rumah yang bersih, besar dan kondisi masih terbilang baru. Sempat terbersit juga di pikiran gw, jangan-jangan rumah ini ada 'sesuatu'-nya.
Hari pertama di rumah tersebut kami beres-beres, selain beres-beres kamar masing-masing, kami juga membereskan halaman, dapur dan kamar mandi. Saat gw sedang membersihkan dapur, dari kolong wastafel yang sedang gw sapu tiba-tiba gw melihat ada benda yang tidak lazim ada di tempat itu. Benda itu kecil dan terbuat dari logam, setelah gw lihat ternyata itu adalah sebuah keris kecil berbentuk semar.
Gw pegang keris itu dan gw perlihatkan ke teman-teman yang lain, menurut mereka itu adalah keris semar mesem.
"Ah, pasti punya penghuni sebelumnya nih, memang suka ada aja barang yang ketinggalan kalo pindah-pindah"- Pikir gw saat itu.
Gw memutuskan untuk menyimpan keris tersebut karena gw pikir unik dan lucu aja melihat keris berbentuk semar tersebut. Pada saat itu gw ga pernah tahu cara merawat benda pusaka, jadi gw menganggapnya cuma buat koleksi aja.
Beres-beres hari itu akhirnya selesai juga, tak terasa kami beres-beres hingga sore menjelang maghrib. Satu per satu dari kami kemudian bergantian mandi karena setelah Maghrib kami berencana untuk mengaji bersama. Mengaji adalah inisiatif gw dan Fauzi mengingat apa yang pernah terjadi di kos gw sebelumnya, anggap saja sebagai wujud rasa bersyukur dan tanda 'permisi' pada penghuni tak kasat mata di rumah ini.
Maghrib pun tiba, kami menjalankan sholat berjamaah dan dilanjutkan membaca surat yasin bersama. (Sekedar info, hanya karena kami sholat belum tentu kami adalah sekumpulan mahasiswa-mahasiswa alim. Nanti akan gw ceritakan, di rumah ini juga kami sering mabuk-mabukan. Awalnya aja sholat, selanjutnya hedon lagi..hehe)
Setelah selesai Shalat dan mengaji kami berkumpul di ruang tengah, kebetulan Rangga punya TV, jadi lumayan lah ada hiburan meskipun cuma ukuran 14". Kami mengobrol hingga larut malam, beberapa gelas kopi sudah habis oleh kami, asbak pun sudah dipenuhi puntung rokok. Menjelang tengah malam kami memutuskan untuk istirahat di kamar masing-masing.
Saat itu kami sudah di kamar masing-masing, gw sendiri sebenarnya masih main game di komputer, mungkin karena terlalu banyak minum kopi jadinya gw ga ngantuk.
"Braaaaaak....!!!!!"- Tiba-tiba terdengar entah itu pintu dapur atau pintu kamar mandi dibanting, suaranya sangat keras, saking kerasnya kami semua keluar untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa ini?siapa yang banting pintu?"- Gw bertanya.
"Lah ga ada siapa-siapa disini, ga ada yang keluar kamar juga."- Kata Rangga.
"Zi, temenin gw ke atas yuk, takutnya ada orang di atas"- Gw langsung terpikir mungkin ada orang/ maling di ruangan atap yang biasa dijadikan jemuran, pintu dari atap memang langsung menuju ke kamar mandi.
Gw dan Fauzi memberanikan diri mengecek ke atas alias roof top, tidak ada siapa-siapa disana. Teman-teman yang lain mengecek ke sekeliling rumah, tapi juga tidak ada apa-apa.
"Wah ini sih penyambutan dari 'penghuni' sini."- Kata gw, yang juga diamini oleh yang lain.
Kami membaca ayat kursi, berharap kejadian malam ini tidak berlanjut lagi dan semoga 'penghuni' tak kasat mata ini menerima kehadiran kami. Kami semua masih merasa ketakutan sehingga kami memutuskan untuk berkumpul lagi dan begadang semalaman.
Di saat sedang berkumpul itu, Dion dan Lukman bercerita bahwa sebelum ada pintu terbanting itu, pintu dan jendela kamar mereka seperti dilempari pasir. Mereka sempat mengintip melalui jendela, tapi tidak terlihat ada orang iseng yang melempari kamar mereka, padahal cahaya penerangan di luar cukup terang untuk menerangi bagian luar rumah itu, sehingga jika ada orang pasti kelihatan. Kami melihat di depan kamar Dion dan Lukman memang terlihat ada banyak pasir, padahal siang tadi kami baru saja membersihkannya. Lalu siapa yang iseng melempari kamar mereka?apakah ada hubungannya dengan bantingan pintu tadi?
Malam itu kami semua tidur bersama di ruang tengah.
Barulah keesokan harinya, gw iseng tanya-tanya ke tetangga mengenai sejarah rumah itu. Menurut tetangga kami itu, rumah itu memang sejak dulu sering kosong, kalaupun ada penyewa rumah biasanya tidak bertahan lama. Rumah itu memang dikenal angker oleh warga sekitar. Masih menurut tetangga kami tadi, sebelumnya rumah ini disewa oleh seorang polisi bersama keluarganya, tapi sejak menempati rumah itu, anak sang polisi yang masih kecil sering rewel dan sakit. Karena itulah sang polisi itu memutuskan untuk keluar dari rumah itu meskipun baru ditempati 6 bulan saja.
Mendengar informasi seperti itu, gw berdiskusi dengan teman-teman yang lain mengenai tindakan apa yang akan dilakukan setelah mendengar cerita ini. Akhirnya setelah melewati proses diskusi yang lumayan panjang kami memutuskan untuk tetap bertahan di rumah tersebut, kami sudah tidak punya uang lagi untuk mencari rumah sewa lain, sementara uang sewa yang sudah terlanjur dibayarkan kepada pemilik rumah tersebut rupanya tidak bisa dikembalikan karena uang sudah digunakan pemilik rumah. Namun, pemilik rumah berjanji untuk membantu kami mengatasi masalah yang ada, pemilik rumah memanggil kyai yang bisa mengusir makhluk gaib. Prosesi pengusiran makhluk gaib sempat dilakukan, tapi sepertinya percuma saja karena gangguan-gangguan di hari berikutnya masih terjadi.
"Kayaknya ini petualangan baru gw"- Kata gw saat itu.