"Roni."- Jawab gw singkat.
Saat gw terbangun gw disambut oleh Asih. Asih berkulit putih, rambut panjangnya tampak digulung dan berlesung pipit. Asih memakai baju atasan kebaya warna putih dan bawahan kain batik khas baju adat sunda. Tubuh Asih sangat seksi, semua lekukan tubuhnya tercetak jelas. Bahasa sundanya sangat halus dengan suaranya yang nyaman saat terdengar telinga. Senyumannya sangat manis. Buat gw, Asih sangat cantik...sangat sangat cantik.
"Gw ada dimana?"- kata gw yang masih terheran-heran.
"Aa' ada di rumah Neng"- Jawab Asih yang menyebut dirinya Neng.
"................."- Gw masih terheran-heran.
"Nih diminum, Neng sudah siapkan teh manis untuk Aa'."- Asih memberikan teh manis. Senyumannya selalu mengembang.
"Terima kasih."- Kata gw.
Teh manis ini cukup memulihkan tenaga gw, kepala gw sangat pusing dan tenaga gw juga seperti habis, gw sangat lemas. Gw terbangun di atas sebuah dipan (ranjang bambu), di dalam sebuah rumah kecil berdinding bilik bambu. Lantainya belum menggunakan keramik, hanya berlantai tanah. Gw ga melihat ada lampu atau peralatan listrik di sini, hanya ada lampu teplok (lampu tempel). Meskipun begitu, rumah ini sebenarnya sangat rapi, tidak ada sampah dan bau tidak sedap di dalam rumah.
"Neng mau mandi dulu ya A'."- Kata Asih.
"Mandi dimana Neng?"- Pertanyaan gw yang sangat ga penting tiba-tiba saja terucap saking masih terpesonanya gw sama kecantikan Asih.
"Ya di sungai atuh A'."- Kata Asih sambil tertawa kecil.
"Aa', istirahat aja dulu disini, Neng cuma sebentar kok. Jangan pergi kemana-mana ya A', banyak orang jahat disini."- Mimik wajah Asih berubah jadi serius seolah mewanti-wanti gw untuk tidak pergi kemana-mana.
"Iya Neng"- Jawab gw. Mata gw gak bisa lepas dari Asih, tentu saja gw ga akan pergi kemana-mana, kapan lagi gw bisa berduaan sama cewek cantik.
Asih pergi, gw sendirian di rumah itu. Gw berkeliling rumah, rumah ini memang kecil, hanya ada 1 kamar dan pada saat gw keluar kamar terlihat banyak tumpukan kayu bakar dan sebuah tungku untuk memasak. Gw gak melihat perabotan, bahkan meja dan kursi pun gak ada. Gw terheran-heran, di rumah kecil ini tinggal seorang bidadari cantik. Gw keluar rumah, gw melihat sekeliling rumah ini banyak sekali pepohonan, gw gak melihat ada rumah lain di sekitar, hanya ada pepohonan. Rumah ini benar-benar berada di tengah-tengah perkebunan (hutan?). Gw semakin penasaran dan terheran-heran, Asih tinggal seorang diri di tengah-tengah hutan. Gw masih penasaran, gw berniat berkeliling di sekitar pepohonan itu, tapi saat gw hendak berkeliling tiba-tiba Asih datang. Asih berjalan di antara pepohonan tanpa alas kaki, gw baru sadar kalau Asih memang tidak memakai alas kaki sejak tadi. Kali ini Asih hanya mengenakan kain batik saja, rambutnya tetap digulung, dadanya setengah menyembul, kulit lehernya sangat mulus, tubuh Asih sangat wangi seperti wangi bunga melati, gw ga bisa berkata apa-apa lagi.
"Aa', mau kemana?"- Asih menyapa gw, senyumannya terus mengembang.
"Ng...ng...nggak Neng, cuma pengen keliling aja."- Gw sangat terpesona.
"Jangan keluar A', banyak orang jahat disini. Yuk masuk aja ke rumah."- Asih menggandeng tangan gw dan mengajak masuk ke dalam rumah. Gw seperti kerbau, tangan halus Asih menggenggam tangan gw, gw mendadak sangat dungu, apakah gw memang kerbau?
Gw masuk ke dalam rumah, Asih masuk ke kamar untuk ganti baju. Asih kembali memakai baju kebaya putihnya seperti pertama kali gw lihat, gw lalu duduk kembali di dipan dalam kamar Asih, karena memang tidak ada lagi perabotan yang bisa gw duduki selain dipan itu.
"Tehnya diminum lagi A'.- Asih menyodorkan teh itu lagi...dan tentu saja senyumannya tetap mengembang.
"Makasih."- Gw menerima teh itu dan langsung meminumnya, gw masih tertegun.
"Kamu tinggal disini?"- Gw mencoba mencairkan suasana...atau lebih tepatnya mencairkan ketegangan gw.
"Iya A'."- Jawab Asih.
"Kamu sendirian disini?keluarga kamu kemana?"- Gw tanya lagi.
Asih tidak menjawab, mimik wajahnya berubah menjadi sedih, gw jadi merasa bersalah. Mata Asih mulai berkaca-kaca, kemudian Asih menangis.
"Nanti Aa', akan tahu sendiri."- Kata Asih sambil menangis.
Gw masih merasa bersalah karena membuat Asih bersedih, gw ga tau apa yang harus gw lakuin, gw peluk Asih dengan harapan dia bisa tenang lagi. Asih menangis di dada gw, gw merasa jadi gentleman, gw bukan kerbau.
Asih mulai tenang, dia melihat gw, kami saling bertatapan.
"Terima kasih udah nemenin Neng, ya A'."- Kata Asih sambil menatap gw.
Tiba-tiba Asih mencium bibir gw, gw bahkan ga sempat merespon pembicaraan Asih, gw kaget. Untuk beberapa saat gw hanya bisa diam tanpa melakukan reaksi apa-apa, begitu juga dengan Asih, bibir kami masih saling menempel diam. Baru kemudian saat akal sehat gw hilang dan nafsu menguasai tubuh kami, percumbuan kami semakin liar, kami saling berpagutan. Dipan itu berdernyit berisik seolah menyoraki dosa yang sedang kami lakukan, kami bergulingan seperti pegulat profesional.
Nafsu menguasai tubuh kami, tanpa sadar tubuh kami sudah polos seperti bayi. Tidak ada lagi yang menghalangi kulit kami untuk saling bersentuhan, gw gak pernah berhenti berdecak kagum dengan keindahan pemandangan yang sedang gw lihat, gw gak tahu harus menggambarkan Asih seperti siapa, gw belum pernah melihat kecantikan seperti ini dari artis mana pun. Kami saling mencumbu, Asih terus menciumi gw. Leher dan dada gw terus diciumi dan digigit kecil oleh Asih. Kami berpacu menuju puncak kepuasan dalam surga duniawi.
Setelah semua kegilaan ini selesai, gw memeluk Asih, Asih tidur di dada gw. Asih kemudian kembali menangis.
"Makasih ya A', udah nemenin Neng."- Kata Asih sambil menangis.
"Braaaaak....- Tiba-tiba gw dengar suara pintu didobrak, gw dengar juga sekumpulan orang-orang yang sedang teriak-teriak.
"A', sekarang Aa' pulang ya. Aa' akan lihat semuanya."- Kata Asih.
"Maksudnya?"- Gw heran.
Belum juga gw Asih sempat menjawab pertanyaan gw, tiba-tiba beberapa orang menerobos masuk ke dalam kamar itu. Beberapa pria dengan pentungan dan senjata tajam dengan sangat beringas menghampiri kami yang belum berpakaian.
"Eh, apa ini?"- Kata gw.
Pria-pria itu langsung memukul Asih, Asih diseret keluar kamar. Anehnya, pria-pria ini seperti tidak melihat gw, gw dibiarkan sendirian di dalam kamar. Gw berlari keluar berusaha menolong Asih, ternyata di luar ada lebih banyak orang.
"Dasar tukang teluh sia!! (Dasar kamu tukang santet!!!"- Teriak orang-orang itu sambil terus memukuli Asih.
Gw berlari berusaha menolong Asih, tapi gw ga bisa mendekat, kaki gw bahkan gak bisa bergerak. Gw hanya bisa melihat Asih yang sudah tidak berdaya terus dipukuli orang-orang itu. Gw melihat tubuh Asih terluka parah. Dalam keadaan sekarat seperti itu, Asih melihat ke arah gw, kemudian tersenyum.
Kejadian selanjutnya sudah dapat ditebak, Asih tewas dibantai oleh gerombolan orang tersebut. Gw hanya bisa melihat kejadian tersebut tanpa bisa melakukan sesuatu apapun, gw menangis. Sekelompok orang itu kemudian menyeret tubuh Asih yang sudah meninggal ke dalam rumah, lalu rumah kecil itu dibakar oleh mereka.
"Biadaaaab!!!!"- Gw berteriak keras, tapi anehnya orang-orang itu seperti tidak bisa mendengar gw.
Tiba-tiba pandangan gw gelap, gw gak bisa melihat apapun, kepala gw pusing, badan gw lemas, gw pingsan.
"Asih?"- Gw buka mata gw dan langsung menyebut nama Asih.
"Eh Ron, kamu sudah bangun."- Suara nyokap gw langsung menyambut gw.
"Roni dimana Mah?"- Tanya gw.
"Kamu di rumah sakit."- Kata nyokap gw.
Menurut nyokap, gw sudah tidur selama 2 hari. Temen-temen gw yang pertama kali menyadari kalau gw sudah seharian gak keluar kamar, akhirnya pintu kamar kos gw didobrak oleh mereka. Mereka mencoba membangunkan gw, tapi gw terus tertidur. Akhirnya gw dibawa ke rumah sakit dan baru terbangun setelah 2 hari tertidur. Gw masih terheran-heran dengan kejadian yang baru saja gw alami.
Nyokap melihat ada tanda merah di leher gw, tanda merah itu seperti bekas gigitan. Apakah ini berarti apa yang gw alami sebenarnya benar-benar terjadi?
"Ron, Asih itu siapa sih?"- Nyokap gw tanya. Menurut nyokap, selama tidur gw terus menyebut nama Asih.
Seminggu setelah gw dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, gw kembali bertemu Asih, kali ini dalam mimpi. Dalam mimpi itu, Asih terus tersenyum pada gw.
"Terima kasih ya A'."- Kata Asih sambil tersenyum.
Banyak pertanyaan yang masih belum terjawab dan tetap menjadi misteri. Gw mengingat lagi apa yang pernah gw alami dan gw baru sadar kalau apa yang gw alami ada di masa lalu, baju-baju penduduk dan baju yang dipakai Asih adalah baju yang biasa digunakan orang-orang jaman dulu.
Apakah kejadian yang gw alami itu nyata? Apakah gw mimpi? Apakah gw sebetulnya kembali ke masa lalu? Apakah Asih ingin menyampaikan pesan melalui gw? Apakah ada hubungannya dengan rumah kos gw yang baru?
Semua pertanyaan itu belum terjawab.
=== Cerita Selanjutnya ===