"Siap bos.."- Jawab Cacing.
Begitulah gaya gw setiap kali pesan nasi goreng. Selayaknya di lingkungan perkampungan, tukang nasi goreng ada di mana-mana, begitu juga di sekitar kos gw, ada banyak sekali tukang nasi goreng, mulai yang mangkal sampai yang gerobaknya didorong berkeliling wilayah tersebut. Di dekat rumah kos gw ada 1 tukang nasi goreng yang setiap malam mangkal di sana. Banyak sekali anak kos di wilayah titiran yang menjadi pelanggan tetapnya, rasanya memang lebih enak dibanding nasi goreng lain di sekitar situ, apalagi ditambah layanan pesan-antarnya membuat anak kos sekitar tinggal teriak saja dan nasi goreng pun akan segera diantar ke kamar mereka. Selain karena rasa dan layanan pesan-antarnya, tukang nasi goreng 1 ini bisa dihutangin, tentu saja yang 1 ini jadi kelebihan paling utama yang membuat anak kos jadi pelanggan tetap.
Tukang nasi goreng ini sebut saja namanya Andi, dia memiliki asisten yang bertugas antar pesanan, ambil piring dan cuci piring. Cacing, begitu biasanya kami memanggilnya, badannya memang kecil dan kurus. Cacing merupakan anak yang rajin dan cekatan, jika kita pesan nasi goreng, maka tidak lebih dari 10 menit pesanan kita akan datang, karena sikap rajinnya inilah anak-anak kos di sekitar sini sangat senang dengan Cacing.
Malam itu gw sendirian di kos, kebetulan banyak kampus sedang libur jadi beberapa anak kos pulang kampung, beberapa lainnya sedang main. Sementara temen-temen lain maen, gw meringkuk aja di kosan, ini akhir bulan, gw udah kehabisan uang. Malam itu gw nonton TV, bosen sih, tapi gw bingung mau ngapain lagi. Saat sedang enak nonton TV, tiba-tiba pintu kamar diketuk Cacing.
(tok..tok..tok..)"Mas Ron..Mas Ron.."- Panggil Cacing, gw langsung tahu yang ketuk Cacing karena memang suaranya kas sekali.
"Iya Cing, kenapa?"- Jawab gw sambil beranjak buka pintu.
"Ini lho nasi gorengnya sudah ready"- Suara cacing medok khas brebes.
"Lah?siapa yang pesen nasi goreng?ada yang mau traktir gw ya?siapa?"- Gw mulai geer.
"Lah Mas Ron bercanda, kan tadi situ yang pesan nasi goreng"- Kata Cacing.
Gw mulai terheran-heran, kan gw dari tadi di kamar aja.
"Eh, gw serius dari tadi di kamar terus, lagian gw ga punya duit..akhir bulan ini"- Kata Gw.
Sekarang muka Cacing terlihat mulai keheranan.
"Ya udah, gw makan deh nasi gorengnya, kebetulan laper juga. Tapi bayarnya nanti ya kalo udah ada uang"- Kata Gw.
"Ok Mas"- Cacing masih keheranan.
Cacing pergi dari kos gw. Tapi, baru saja Cacing akan keluar dari halaman kos gw, tiba-tiba dia jatuh pingsan. Gw tidak menyadari itu, karena gw langsung tutup pintu saat Cacing pergi, tapi teriakan orang di luar membuat gw sadar kalau Cacing pingsan.
"Tolong..Cacing pingsan!!"- Kata wanita itu.
Sontak gw keluar kamar termasuk beberapa orang yang mendengar keributan itu juga datang untuk menolong Cacing. Cacing digotong dan dibaringkan di dipan depan kos Gw. Beberapa orang terlihat mengipasi Cacing, ada yang memberikan kayu putih juga di hidung Cacing. Kami akhirnya memutuskan membawa Cacing ke Puskesmas untuk pertolongan pertama. Saat baru akan menggotong Cacing dan dibawa ke Puskesmas, tiba-tiba mata Cacing terbuka dan melotot.
"Ulah macem-macem ka aing (Jangan macam-macam sama gw)- Kata Cacing.
Lah kok Cacing bisa bahasa sunda?biasanya dia kan jawa medok banget. Kami semua keheranan. Cacing berubah menjadi menyeramkan, matanya melotot, satu per satu dari kami dipelototi, sampai akhirnya dia melotot ke arah gw dan menunjuk gw.
"Ulah macem-macem ka aing (Jangan macam-macam sama gw)- Kata-kata ini diulangi lagi beberapa kali sambil menunjuk gw.
"Ieu sareng saha?aya naon kadieu? (Ini siapa?ada apa datang kesini?)- Pak RT yang ada disitu mencoba berkomunikasi.
"Indit sia!! (Pergi kamu!!!!)- Cacing membentak sambil menunjuk gw dan matanya terus melotot.
Jujur saja, badan gw gemeteran, gw sangat ketakutan. Andi (tukang nasi goreng majikan Cacing) menenangkan gw. Gw masih ketakutan. Beberapa orang disana juga terlihat ketakutan. Kami juga mengkhawatirkan keadaan Cacing.
"Gimana nih Pak?"- Gw tanya Pak RT.
"Ya udah dibawa ke Kyai aja, dia kesurupan"- Jawab Pak RT.
"Aaaaaargh!!!Aaaaargh!!!AAAArrrrgh!!!"- Cacing tiba-tiba berteriak dan meronta-ronta.
Teriakan Cacing memancing orang lain untuk datang melihat karena penasaran. Agar kondusif, Cacing dibawa ke kamar gw, orang-orang yang melihat tidak diperbolehkan masuk, di kamar hanya ada gw, pak RT dan Andi. Pak RT akhirnya memutuskan untuk memanggil saja Kyai, karena menggotong cacing ke tempat pak Kyai jelas tidak mungkin, Cacing terus meronta-ronta. Pak Kyai belum datang, tiba-tiba Cacing diam dan tenang lagi. Tak berapa lama kemudian Cacing bangun lagi, kali ini tatapannya teduh dan tersenyum sambil menatap gw.
"Entos ulah sieun A (Sudah jangan takut A)- Kata Cacing, suara cacing berubah seperti suara wanita atau lebih tepatnya suara nenek-nenek.
Gw terheran-heran, gw ga bisa berkata apa-apa, gw cuma bisa bengong. Cacing masih melihat gw dan tersenyum, kemudian cacing tertidur lagi. Tak berapa lama kemudian, mata Cacing terbuka lagi, melihat gw dan tertawa.
"hahahaha...Aa, ameng Yuuu (hahahaha...Aa main yuuk)- Suara Cacing kali ini berubah menjadi anak kecil
Hah?jangan-jangan ini si kecil?pikir gw dalam hati. Gw benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, gw cuma bisa diam sepanjang kejadian itu. Kemudian cacing tidur lagi. Barulah Pak Kyai datang. Gw bersyukur dan merasa tenang dengan kedatangan Pak Kyai.
Saat Pak Kyai datang ternyata sudah tidak ada yang merasuki tubuh Cacing, Pak Kyai pun berkomunikasi dengan makhluk gaib. Ada sekitar 10 menit Pak Kyai berkomunikasi dengan makhluk gaib, sepanjang proses komunikasi itu Pak Kyai terlihat bersila dan diam saja sambil jari kanannya memutar-mutar tasbih, sesekali Pak Kyai manggut-manggut. Setelah selesai, Pak Kyai menceritakan hasil komunikasinya.
Menurut Pak Kyai, yang memesan nasi goreng adalah genderuwo yang mengambil wujud gw, saat Cacing akan pergi, genderuwo itulah yang juga merasuki tubuh Cacing. Kemudian genderuwo tersebut bertempur dengan nenek-nenek yang dimenangkan oleh si nenek, nah nenek inilah yang merasuki Cacing untuk yang kedua kali, si nenek hanya ingin memberi tahu bahwa situasi sudah aman. Si nenek kemudian pergi, barulah yang terakhir memang benar si kecil merasuki tubuh Cacing, si kecil cuma iseng.
Wow, gw sangat terheran-heran dan benar-benar ketakutan dengan kejadian itu. Genderuwo ini ternyata makhluk jahat, dia juga yang dulu mengganggu Hendi. Gw sangat berterima kasih pada si nenek yang ternyata baik hati membantu gw. Setelah situasi terkendali, Cacing diberi air minum oleh Pak Kyai, setelah itu dibawa ke Puskesmas karena memang kondisinya lemah. Malam itu gw mengungsi ke rumah pak Encep, gw ketakutan tidur di kos sendirian.
=== Cerita Selanjutnya ===