Aku dan "Teman" Kos-ku #7 - Ramahnya si 'Nenek' - Cerita Seram Kaskus

Aku dan "Teman" Kos-ku #7 - Ramahnya si 'Nenek'

"Ron, disuruh Pak Encep ke rumahnya tuh."- Kata Dika.

"Oke.- Jawab Gw.

Pak Encep adalah penjaga rumah kosan sebelah, rumah kos tersebut sangatlah besar dan terlihat mewah di banding rumah lain di sekitar gang itu. Keberadaannya sangat mencolok dengan pagar berwarna hijau terang. Pak Encep dipercaya oleh pemilik rumah kos tersebut untuk menjaga rumah itu. Pak Encep yang memang berbadan tinggi besar masih terlihat gagah meskipun usianya sudah 50 tahunan, konon dia adalah veteran Kopassus. Di kamarnya dipajang koleksi foto dirinya saat ditugaskan di Timor Leste, bahkan ada 1 toples yang berisi potongan telinga manusia yang diawetkan, dia menyebutnya 'kenang-kenangan'. Konon dalam dunia militer hal itu lazim. Gw ngeri melihatnya. Mungkin karena beliau adalah veteran perang dan masih gagah, di lingkungan Titiran-Gasibu beliau cukup disegani.

Rumah kos besar itu atau tepatnya kamar Pak Encep menjadi basecamp kami, beberapa anak kos ada yang akrab dengan Pak Encep, termasuk gw. Pak Encep biasa menyuruh kami beli ini-itu atau sekedar ngobrol, kami mau-mau saja. Selain karena segan dengan beliau, hal ini membuat kami jadi ikut disegani dan tidak diganggu preman-preman sekitar. Simbiosis Mutualisme, begitu pikir kami, apalagi kami sering ditraktir makan, lumayan untuk anak kos.

Malam itu adalah malam jumat, seperti biasa sekitar jam 7an kami kumpul di rumah Pak Encep. Biasanya kami ngobrol untuk ngobrol-ngobrol, makan nasi goreng atau ngopi-ngopi saja, lagian bosen diam di kamar terus. Suasana di luar tampak hujan gerimis, kami nongkrong-nongkrong sampai sekitar jam 11 malam. Satu per satu teman-teman nongkrong kembali ke kosan masing-masing, sementara Pak Encep sudah dari tadi tidur, capek katanya. Tersisa tinggal gw dan Fauzi, kami berinisiatif membereskan sisa-sisa gelas dan merapikan tempat itu yang sedikit berantakan, ga enak kalau kita tinggal dalam kondisi berantakan. Fauzi bertugas mencuci piring dan gelas, sementara gw bertugas menyapu dan membereskan sampah.

Saat gw menyapu di halaman depan, dari tangga ada seorang wanita atau lebih tepatnya nenek-nenek yang sedang berdiri melihat ke arah gw. Awalnya gw ga sadar kalau ada orang disana karena lampunya memang agak temaram, tapi saat gw perhatikan lagi ternyata benar ada seorang nenek sedang berdiri sambil tersenyum. Gw melihat nenek itu, kami bertatapan. Gw menyadari kalau nenek itu bukanlah manusia, karena memang di rumah kos itu tidak ada penghuni nenek-nenek. Bulu kuduk gw berdiri, gw merinding ketakutan. Dalam kondisi ketakutan seperti itu, gw benar-benar tidak tahu harus bereaksi apa, gw hanya berdiri mematung sambil terus menatap nenek tersebut. Nenek tersebut terus tersenyum, senyuman nenek tersebut sangat sejuk dan ramah, gw menyimpulkan kalau nenek itu baik.

"Assalamualaikum"- Gw memberanikan mengucapkan salam.

"Punten upami abdi ngaganggu (maaf kalau saya mengganggu)"- Gw melanjutkan ucapan gw ke nenek itu.

Nenek itu masih berdiri sambil tersenyum, lalu beberapa saat setelah gw mengucapkan salam, nenek itu menghilang.

"Ron, lu kenapa bengong?"- Fauzi menegur gw yang masih mematung.

"Ron..Ron.."- Fauzi terus memanggil gw..

"Iya Zi, kenapa?"- Gw akhirnya merespon Fauzi.

"Lu kok bengong?kenapa?"- Kata Fauzi.

Gw akhirnya menjelaskan apa yang gw lihat, Fauzi hanya mendengarkan, dia lalu mengajak pulang ke kosan. Besoknya kami tanya ke Pak Encep, menurut beliau memang di tangga tersebut ada penunggunya berwujud nenek-nenek, tapi nenek ini baik dan justru menjaga penghuni di kosan tersebut.

Yang menjadi pertanyaan gw dan masih menjadi misteri, apakah nenek tersebut ada hubungannya dengan sosok yang dulu mengetuk pintu kamar gw? Pertanyaan ini belum terjawab.


=== Cerita Selanjutnya ===