Aku dan "Teman" Kos-ku #12 - Pengalaman Dengan Tentara Gaib Monumen Perjuangan - Cerita Seram Kaskus

Aku dan "Teman" Kos-ku #12 - Pengalaman Dengan Tentara Gaib Monumen Perjuangan

Tahun 2010, gw diterima kerja di sebuah bank swasta di Semarang. Selain bekerja, gw juga melanjutkan kuliah S2 di Unpad, Bandung. Jadi, selama tahun 2010-2012 gw harus menjalani kegiatan rutin yang terbilang sangat berat, yaitu kerja di Semarang dan kuliah di Bandung (kelas weekend). Kegiatan ini sangat menyita waktu, tenaga dan materi karena seminggu sekali gw harus bolak balik Semarang-Bandung. Untuk menghemat ongkos gw memilih naik bus malam, berangkat dari Semarang Jumat malam dan kembali dari Bandung minggu malam. Di Bandung, gw kos masih di sekitar Titiran Dalam 1, tapi bukan rumah kos yang gw ceritain di atas ya.

Pengalaman yang akan gw ceritain sekarang terjadi sekitar bulan Februari 2011.

Jumat malam, gw bergegas pergi ke pangkalan Bus, seperti biasa gw naik bus Shantika jurusan Semarang-Bandung karena menurut gw, bus ini cukup nyaman di banding bus malam lain. Jadwal pemberangkatan bus ini sekitar jam 7 malam dan tiba di Bandung sekitar pukul 2-3 dini hari. Setelah menunggu, akhirnya bus tersebut datang juga, gw langsung duduk dan mengambil posisi paling nyaman untuk tidur, gw sangat butuh istirahat karena keesokan harinya gw harus kuliah pagi. Selama perjalanan biasanya gw habiskan untuk tidur dan terbangun sekitar pukul 10 malam untuk istirahat makan malam sekaligus ke toilet, setelah itu tidur lagi sampai ke Bandung.

Singkat cerita, bus tersebut tiba di Bandung sekitar pukul 2 dini hari. Bus sebenarnya hanya sampai stasiun Cicaheum, tapi karena pool bus tersebut melewati gedung Telkom biasanya gw langsung turun di Telkom. Turun di gedung Telkom, gw lanjut naik angkot Cicaheum-Ciroyom dan turun di depan UNPAD (Monumen Perjuangan). Sebetulnya dari Telkom tinggal jalan kaki pun bisa, tapi memang cukup jauh dan gw sudah terlalu capek, jadi gw memilih cari jalur terdekat yaitu melalui Monumen Perjuangan.

Dini hari itu jalanan Bandung terlihat basah karena gerimis dan langit lebih gelap karena mendung, Bandung sangat sepi, biasanya masih ada 1-2 pedagang kaki lima yang sedang membereskan tendanya atau beberapa anak muda yang nongkrong, tapi hari itu sepi sekali, mungkin karena gerimis. Gw turun dari angkot di depan kampus UNPAD, melihat suasana yang sepi gentar juga mental gw. Gw mencoba memberanikan diri dan memasuki area Monumen Perjuangan. Area Monumen Perjuangan memang terkenal dengan keangkerannya, suasana saat itu yang gelap dan gerimis menambah suasana semakin menyeramkan, gw rasa siapapun yang ada di posisi gw saat itu akan gentar juga.

"Bismillahirohmanirohim"- Begitu ucap gw dalam hati setiap kali memasuki area Monumen Perjuangan.

Gw berjalan seperti biasa, mencoba untuk berjalan santai dan tenang. Baru saja beberapa meter gw berjalan, dari belakang Monumen Perjuangan terdengar suara derap langkah kaki baris berbaris.

"Ah, masa masih ada yang latihan baris-berbaris subuh-subuh gini?"- Pikir gw. Area ini memang sering dijadikan latihan marching band hampir setiap sore.

Sempat terpikir cerita seram tentang hantu tentara di area itu, tapi seperti biasa gw mencoba berpikir positif. Suara derap kaki baris berbaris sepasukan orang tersebut semakin terdengar jelas, gw mencoba menoleh ke arah suara tapi terhalang oleh Monumen. Tepat setelah melewati bangunan Monumen, gw mencoba menoleh ke arah suara (sekitar belakang Monumen). Saat gw menengok tersebut, di samping Monumen gw melihat ada orang sedang duduk, gw hanya bisa melihat siluetnya saja. Suara derap baris berbaris masih terdengar, tapi gw ga melihat ada pasukan atau marching band disana, hanya suara.

"Ah, ada orang, tenang aja"- Pikir gw.

Gw akhirnya keluar dari area Monumen Perjuangan. Baru beberapa langkah keluar dari Monumen Perjuangan, gw baru kepikiran.

"Itu ngapain orang duduk di Monumen kayak gitu?"- Begitu pikir gw.

Gw memutuskan kembali masuk ke area Monumen Perjuangan, memastikan orang tadi. Gw tengok ke arah orang tadi berada dan gw masih melihat siluet orang itu. Orang itu terlihat seperti sedang menunduk, gw menghampirinya, gw siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Kurang lebih jarak gw dan orang itu sekitar 20 meter, gw baru sadar kalau orang tadi tidak sedang menunduk, tapi orang itu memang tidak memiliki kepala. Saat itu juga gw lari sekencang-kencangnya, gw bahkan tidak berani ke kosan, gw pergi ke warung kopi, nongkrong sampai adzan subuh baru gw ke kosan. Di warung kopi tadi, gw menceritakan pengalaman gw ke tukang kopi disana dan menurut dia memang kejadian itu sering terjadi, suara baris berbaris bahkan kadang terdengar ke rumah di sekitar Monumen tersebut.

Sejak kejadian itu, gw ga berani lewat Monumen Perjuangan lagi kalau baru datang dari Semarang, gw memilih jalan dari Telkom karena pencahayaannya lebih terang, lebih capek memang meskipun kalau beruntung kadang ada ojek atau becak lewat sehingga bisa mengantar ke kos.


 === Cerita Selanjutnya ===