Malang Mysterio #45 - Obrolan soal Keangkeran Bioskop Kelud - Cerita Seram Kaskus

Malang Mysterio #45 - Obrolan soal Keangkeran Bioskop Kelud

Kupacu sepeda onthel tua ini melintasi sempitnya jembatan yang terbuat dari papan kayu , sementara di bawahku mengalir sungai Brantas yang berbatu batu dan tampak kotor , ada banyak ceceran sampah dan pemukiman kumuh yang berjejeran di tepian sungai hingga membuat mataku sepet memandangnya.

Pendik : " mbiyen dolenku ndek kali iku vig , nek gak mancing yo nglangi ambek nawak nawak "

(dulu mainku di sungai itu vig , kalo gak mancing ya renang sama temen temen)

Me : " lha kaline rueget ngono lho ndik , opo gak gudiken kulitmu "

(lha sungainya kuotor gitu lho ndik , apa gak gatel kulitmu)

Pendik : " mbiyen iku isek resik vig kaline , gak koyok ngene "

(dulu itu bersih vig sungainya , gak kayak gini)

Pendik yang duduk di boncengan terus saja ngoceh setiap kali melewati tempat tempat yang memiliki kenangan bagi dirinya , sebagai kera ngalam asli ia telah menghabiskan seluruh usianya di kota ini.... ia tahu tempat mana saja yang menarik di kota Malang ini sekalipun letaknya terpencil.

Me : " iki uklam uklam ndek endi maneh ndik ?! "

(ini jalan jalan ke mana lagi ndik ?!)

Pendik : " sek vig aku yo bingung , dipikir karo mlaku wae "

(ntar vig aku juga bingung , dipikir sambil jalan aja)

terus saja kukayuh sepeda onthel ini hingga mencapai jl D.I Pandjaitan dan terus melaju melintasi jl Ijen... kami sendiri bingung mau pergi kemana enaknya , dari tadi kami cuma muter muter gak jelas doang.

Pendik : " piye nek dolen ndek wendit wae vig ?! "

(gimana kalo maen di wendit aja vig ?!)

Me : " adoh ndik , kesel nek mancal "

(jauh ndik , capek kalau ngayuh)

Pendik : " opo dolen ndek bioskop kelud wae ?! "

(apa maen ke bioskop kelud aja ?!)

Me : " bioskop kelud iku ngendi ?!.. "

(bioskop kelud itu mana ?!..)

Pendik : " cedake sma 5 vig "

(deketnya sma 5 vig)

Me : " opo bukak lho esuk esuk ndik ?! "

(apa bukak lho pagi pagi ndik ?!)

Pendik : " iku bioskop lawas wes ketam suwe vig , kon gurung weruh tha ?! "

(itu bioskop lama udah mati dari dulu vig , kamu belum tau tha ?!)

Me : " lha trus onok opo ndek kono ndik ?! "

(lha trus ada apa di sana ndik ?!)

Pendik : " suasanane jadul vig , digawe photo photo kipa "

Kurasa tujuan yang disarankan Pendik cukup menarik untuk dikunjungi , selama ini aku tak pernah mendengar nama bioskop Kelud jadi tak ada salahnya jika aku pergi ke sana , lekas saja kupacu sepeda onthel ini lebih cepat lagi.

Kuparkir sepeda onthel ini di pelataran bioskop Kelud yang bangunannya tampak usang , gedungnya bercat coklat dan tertulis nama 'Kelud' yang berukuran besar di atasnya , sementara di sebelah pintu masuk berjejeran bilik loket yang berteralis kawat dan tertutup triplek.

Pendik : " nek ngarani bioskop dulek vig , karcise mbiyen gur 500 repes thok "

(kalo nyebut bioskop dulek vig , karcisnya dulu cuma 500 rupiah doang)

Me : " murah men ndik ?! "

(murah banget ndik ?!)

Pendik : " aku mbiyen sek umur 7 tahunan nek gak salah vig , nek ndelok film ambek paklekku "

(aku dulu masih umur 7 tahunan kalo gak salah vig , kalo nonton sama pamanku)

Me : " film jaman mbiyen paling gur dono kasino tha ndik ?! "

(film jaman dulu paling cuma dono kasino tha ndik ?!)

Pendik : " akeh vig fileme , film seng rodhok panas yo onok "

(banyak vig filmnya , film yang agak panas juga ada)

Me : " lha kon iku sek cilik kok yo wes ndelok film panas tha ndik ?! "

(lha kamu masih kecil kok udah nonton film panas tha ndik ?!)

Pendik : " lha piye lho vig , aku dijak paklekku manut wae ..he..he.. "

(lha gimana lho vig , aku diajak pamanku nurut saja..he..he...)

cukup lama kami termangu menatap gedung bioskop tua ini , entah sudah berapa puluh tahun bioskop ini tak lagi beroperasi dan mangkrak seperti ini..... bisa jadi di dalamnya telah dihuni oleh gerombolan makhluk gaib.

Me : " tutupe tahun kapan ndik mbiyen ?! "

(tutupnya taun kapan ndik dulu ?!)

Pendik : " nek gak salah tahun 96 vig , aku yo rodok lali "

(kalo gak salah taun 96 vig , aku juga agak lupa)

Me : " kethoke angker iki ndik "

(kayaknya angker ini ndik)

pintu gedung bioskop ini tampak terkunci dan kurasa kami tak bisa masuk ke dalamnya , namun Pendik mengajakku ke sisi kanan gedung karena ada jalan yang bisa dimasuki di dekat tembok yang dipenuhi coretan grafiti.

Pendik : " liwat kene vig ! "

(lewat sini vig !)

Me : " oyi ! "

Begitu masuk ke dalam aku hanya bisa melongo saat mendapati bahwa bioskop ini ternyata tak memiliki ruangan , hanya ada tanah lapang yang luas dan sebaris tembok tinggi yang berkalang tanaman liar , sementara di balik gedung terdapat tribun dan juga ruang kecil untuk proyektor.

Me : " lha kok koyok layar tancap ngene ndik tibakno ?! "

(lha kok kayak layar tancap gini ndik ternyata ?!)

Pendik : " he..he.. terah bioskop murah dhewe lho iki vig , yo ngene iki koyok layar tancap nek nontok "

(he.he... namanya bioskop murah sendiri lho ini vig , ya gini ini kayak layar tancap kalo nonton)

Sukar dipercaya jika di kota Malang ini ada bioskop model beginian , nyaris tak ada bedanya dengan menonton layar tancap dimana penonton harus duduk lesehan di atas tanah , sementara penonton yang berkarcis vip duduk di tribun yang berbangku kayu.

Me : " iku seng lungguh tribun karcise kudu vip yo ndik ?! "

(itu yang duduk tribun karcisnya harus vip ya ndik ?!)

Pendik : " aku lali rego karcise vip , tapi penake gak kudanan nek lungguh tribun "

(aku lupa harga karcisnya vip , tapi enaknya gak kehujanan kalo duduk tribun)

Me : " lha seng lungguh lesehan lak yo bubar ndik nek pas udan ?! "

(lha yang duduk lesehan kan bubar ndik kalo pas ujan ?!)

Pendik : " nek udane deres mesti bubar kabeh , tapi nek gur gerimis yo panggah nontok vig , podo nggowo payung dhewe dhewe , dadi nek nontok yo ambek payungan "

(kalo ujannya dees pasti bubar semua , tapi kalo cuma gerimis ya tetep nonton vig , pada bawa payung sendiri sendiri , jadi kalo nonton ya sambil payungan)

Sepertinya bioskop ini diperuntukkan untuk kalangan menengah ke bawah saja , sulit untuk membayangkan bagaimana rasanya menonton film di tengah hujan dan harus memegangi payung terus terusan.

Pendik : " ayo photo photo vig "

Me : " oyi "

Kini kami mulai mengitari beberapa area di bioskop ini sembari berfoto dengan ponsel , meskipun tampak kumuh namun aku senang dengan suasana tempat ini...... selepas berfoto kami duduk di tribun sambil menikmati semilir angin yang berhembus , sementara Pendik kembali bernostalgia dengan masa kecilnya dimana ia sering menonton aneka film di bioskop ini.

Pendik : " mbiyen stasiun tivi lak gur tvri ambek tpi thok vig "

(dulu stasiun tivi kan cuma tvri sama tpi doang vig)

Me : " iyo , acarane sithik "

(iya , acaranya dikit)

Pendik : " nek gak onok bioskop iki aku gak iso nontok film macem macem vig "

(kalo gak ada bioskop ini aku gak bisa nonton film macem macem vig)

Me : " film barat yo onok ndik ?! "

(film barat juga ada ndik ?!)

Pendik : " onok vig , film koboi , india , mandarin... komplit wes "

(ada vig , film koboi , india , mandarin...komplit wes)

Me : " trus tutupe jam piro biasane ndik ?! "

(trus tutupnya jam brapa biasanya ndik ?!)

Pendik : " ngasi jam 3 esuk main terus fileme vig , aku ngasi keturon ngenteni paklekku nontok vig... tapi nek ditukokno jajan aku melek terus "

(sampe jam 3 pagi main terus filmnya vig , aku sampe ketiduran nungguin pamanku nonton vig..tapi kalo dibeliin jajan aku melek terus)

Me : " opo onok bakul jajane lho ndik ?! "

(apa ada penjual jajan lho ndik ?!)

Pendik : " uakeh vig , bakul kacang , jagung bakar , gorengan , es rolly ngasi bakso onok kabeh "

(buanyak vig , penjual kacang , jagung bakar , gorengan , es rolly sampe bakso ada semua)

Me : " penak iku ndik karek milih "

(enak tuh ndik tinggal milih)

Pendik : " tapi bakul ki yo ngganggu wong nontok vig , lha liwat wira wiri ndek ngarepe uwong terus kok ngasi dipisuhi "

(tapi penjual tu juga ganggu orang nonton vig , lha lewat mondar mandir di depannya orang terus kok sampe diteriakin)

Me : " he..he... gak diantem sandal ae bakule "

(he..he... gak dilempar sandal aja penjualnya)

mendengar cerita Pendik rasanya sudah cukup untuk memberiku gambaran suasana bioskop ini di masa lalu , meskipun tampak ala kadarnya namun memiliki keasikan tersendiri yang terkesan sangat merakyat.

Quote:Sambil merokok aku terus mendengarkan Pendik bercerita , sebelum akhirnya datang seorang bapak bapak berkumis yang ikutan duduk di tribun ini.... sesaat ia menatap kami lalu mulai membuka percakapan.

Bapak : " ini saya dulu pas masih bujang sering nonton sini mas , pas tahun 80 an... jaman filmnya titik puspa sama rhoma irama "

Pendik : " bapak sama paklek saya juga langganan nonton sini pak , seminggu 2 kali "

Bapak : " saya kalo masuk sini gratis mas , soalnya rumah saya di belakang situ , yang jaga itu tetangga saya..... tiap ada film baru pasti nonton saya "

Pendik : " wah enak itu pak , gak perlu beli karcis "

Bapak : " tapi sekarang jadi seperti ini ya mas , mangkrak tahun tahunan.... dulu bangkrut gara gara mulai ada vcd mas "

Pendik : " namanya juga perkembangan jaman pak "

Bapak : " saya kalau duduk sini jadi ingat jaman dulu , sudah tinggal kenangan semua mas "

bapak itu tampak berkaca kaca saat mengenang masa lalunya , sepertinya ia merasa kehilangan masa dimana ia sering nonton di bioskop ini.... tak lama kemudian ia kembali melanjutkan cerita , namun bukan lagi soal nostalgia melainkan soal kenagkeran gedung bioskop yang telah mangkrak sejak tahun 1996 ini.

Bapak : rumah saya kan di belakang situ mas , kalo malem sering saya nongkrong sini sama teman teman saya , biasanya mabuk bareng sambil main kartu "

Pendik : " ada apa lho pak di sini ?! "

Bapak : " sering mas saya sama teman teman saya liat kuntilanak nangkring di tembok bekas layar itu "

dengan tampang serius bapak itu menunjuk sebaris tembok tinggi yang dipakai untuk memasang kain layar , ia bilang ada beberapa Kuntilanak yang sering menampakkan diri di sana.

Pendik : " wah berarti ada banyak ya pak kuntilanaknya ?! "

Bapak : " iya mas , pada duduk di sana semua... kadang ada 3 atau 5 "

Pendik : " trus gimana pak ?! "

Bapak : " kalo saya sama teman teman saya sudah biasa mas , udah ngga takut lagi.... ditinggal main kartu saja , biasanya ilang sendiri "

Pendik : " trus ada apa lagi pak di sini ?! "

Bapak : " pernah saya liat pocong tiduran di tanah mas , kalo dari tribun ini kan kelihatan jelas.... itu apa putih putih di situ eh ternyata pocong , langsung lari semuanya ..ha..ha..ha.. kalo sama pocong saya takut mas , tapi jarang munculnya "

Aku bisa membayangkan seperti apa suasana bioskop ini saat malam hari , segala penjuru area akan tampak gelap karena satu satunya lampu hanya ada di tribun ini saja.... kurasa tempat ini cocok buat mereka yang ingin beruji nyali.

Bapak : " tapi saya sama teman teman tetep betah mas nongkrong di sini , kalo soal begituan sudah ngga terlalu takut lagi.

Pendik : " iya , bisa nostalgia ya pak "

Bapak : " ha..ha... ingat jaman bujang dulu saya , kalo nonton sambil sayang sayangan sama pacar saya dulu "

Pendik : " ha..ha...ha.. "

Terlepas dari segala keangkerannya bioskop ini memiliki nilai historis yang tinggi bagi masyarakat Malang , rasanya teramat disayangkan jika suatu saat gedung ini bakalan diratakan dengan tanah , seperti halnya nasib bangunan lain di kota ini..... semoga saja ada perhatian dari pemkot Malang untuk melestarikan bioskop Kelud ini.