Zul : " emangnya udah ada orang yang pernah liat penampakan di situ belum wi ?! "
Tiwi : " anak anak stikes sih mas yang katanya pernah liat "
Pendik : " liat pocong apa kunti wi ?! "
Tiwi : " katanya sih yang sering muncul itu pocong mas , tapi ada hantu yang lainnya.... aduuh aku lupa namanya apa mas "
Zul : " emang cirinya gimana wi ?!
Tiwi : " itu lho mas yang wujudnya kayak bola api tapi bisa melayang , duh apa ya namanya ?!? "
Niken : " bola api ya wi ?!?... gw kayaknya pernah denger juga tapi lupa namanya , apaan itu vig ?!? "
Me : " anu... itu kalo ngga salah banaspati namanya , iyo tha ndik ?! "
Pendik : " iyo bener banaspati iku vig "
Tiwi : " nah , banaspati mas namanya... bener tuh "
Niken : " gw belum pernah liat gituan wi , emang gedenya seberapa tuh ?! "
Tiwi : " gak jelas mbak , ada yang bilang segede bola basket tapi ada juga yang bilang segede ban pesawat lho mbak "
Zul : " ah masak segede ban pesawat wi ?! "
Tiwi : " ya ngga tau mas , makanya kita buktiin aja biar tau "
Ngomongin soal hantu bernama Banaspati membuatku penasaran juga , selama ini aku belum pernah menjumpai penampakan hantu jenis ini.... namun aku juga tak tahu seberapa bahaya hantu ini , apalagi membayangkan wujudnya yang berupa bola api saja sudah membuatku agak jiper.
Me : " bahaya ngga nih stiv ?! "
Steve : " kalau jumlahnya banyak bisa bahaya mas , tapi kalo cuma 1 aku bisa ngatasin "
Niken : " digaremin bisa kan stiv ?! "
Steve : " ngga ngefek mbak , setauku banaspati umurnya tua tua.... sekitar 100 tahunan lebih kayaknya "
Niken : " buset tua amat stiv ?!.. kayak kunti merah dong kesaktiannya ?!? "
Steve : " masih dibawahnya kok mbak "
Tiwi : " trus kamu pernah ketemu banaspati juga stiv ?! "
Steve : " pernah wi , dulu pas maen bola ma temen temenku ada banaspati nongol dari kuburan deket lapangan "
Niken : " trus lu apain tu banaspatinya ?! "
Steve : " ngga aku apa apain mbak , aku belum bisa tenaga dalam jaman segitu "
Zul : " ngatasinnya mesti pake ajian ya stiv ?! "
Steve : " iya mas , aku udah siap kok kalo harus ngadepin "
tanpa terasa waktu telah menunjukkan jam setengah 12 malam , sudah waktunya kami bersiap siap untuk berangkat menuju komplek pemakaman itu..... sejenak kami berdoa bersama dan memohon kepada yang kuasa agar diberi perlindungan dan juga keselamatan jika terjadi hal hal buruk , dengan mengucap bismillah kami semua memantapkan nyali untuk menyibak misteri gaib di komplek pemakaman itu.
Setelah berjalan menyusuri jl terusan Candi Panggung kini kami telah tiba di komplek pemakaman yang jaraknya cukup dekat dengan kampus Stikes Maharani ini , dengan langkah yang agak gamang kami bergegas masuk dan sejenak melihat lihat keadaan sekeliling yang tampak menyeramkan.... ratusan nisan / kijing terserak di mana mana sementara pepohonan kamboja dan juga beringin lebat tumbuh di beberapa titik lokasi , satu satunya penerangan di komplek pemakaman ini hanyalah 2 lampu neon yang terpasang di kiri kanan pintu masuk utama.
Pendik : " singup rekk "
Zul : " ringinnya gede gede ya ndik ?! "
Niken : " pasti ada demitnya tuh di dalem pohon beringin , ya ngga stiv ?! "
Steve : " bener mbak , kayaknya kunti "
sesaat kami terpaku di dekat pintu masuk komplek pemakaman ini sebelum akhirnya si Pendik mengeluarkan 3 buah senter dari dalam ranselnya lalu membaginya pada kami.
Niken : " hionya ngga dinyalain ndik ?!... infrasound juga "
Pendik : " ntar kita nyari posisi duduk dulu nik "
Me : " stiv , enaknya duduk dimana nih ?! "
Steve : " ayo ikut aku semuanya !! "
sambil mengulurkan kedua telapak tangannya ke depan Steve memimpin kami berjalan menuju tengah tengah pemakaman ini , kemudian kami semua duduk bersila di atas jalan pavingan sambil mengamati keadaan sekeliling yang tampak gelap gulita.
Niken : " ndik infrasoundnya nyalain dong ! "
Zul : " hionya juga ndik ! "
Pendik : " oyi...oyi..."
3 batang hio telah dinyalakan Pendik dan kemudian ditancapkannya pada tanah di hadapan kami , tak lupa ia menyalakan speaker portablenya yang tertancap flashdisk berisi infrasound.
Tiwi : " baunya nyengat banget mas "
Pendik : " tapi hantu seneng bau ginian "
Tiwi : " tau gini dari dulu aku pake hio mas "
aroma hio ini terasa menyengat indra penciuman kami sementara kepulan asapnya melayang tak tentu arah karena terhembus oleh angin yang juga terasa dingin saat menerpa badan , kurasa lebih baik merokok dulu biar badan jadi agak hangat.
Me : " ndik , rokokan disek !! "
(ndik , ngerokok dulu !!)
Pendik : " oyi vig , tali jagad kretek yo "
kami para cowo mulai sibuk menyalakan rokok sementara Niken dan Tiwi sibuk dengan peralatannya masing masing... Niken membawa camera pocketnya sementara Tiwi membawa handycamnya.
Me : " rekaman videonya udah dapet apa aja wi ? "
Tiwi : " masih dikit kok mas , cuma kunti di kantor kampus umm sama suara gak jelas di wisma erni "
Niken : " wisma erni di lawang itu wi ?!?.. udah uji nyali ke sana ?! "
Tiwi : " iya mbak , sama eko trus sama temen temen sejurusan yang lain "
Zul : " wah , kita aja belum berani mau uji nyali ke sana wi... "
Niken : " iya wi , gw sih ngga takut sebenernya tapi cowo cowo ini nih yang pada jiper , mau uji nyali ke sana ngga jadi jadi "
Pendik : " lha serem lho nik "
Niken : " alahh , lu kalah nih sama tiwi ndik "
sambil duduk di sini kami malah asik membahas keangkeran sebuah bangunan villa bernama Wisma Erni yang berlokasi di daerah Lawang , siapa sangka jika Tiwi si cewe berjilbab ini malah udah ke sana bareng teman temannya.... kami para senior merasa malu dengannya karena rencana uji nyali kami ke sana tak pernah terlaksana , kami merasa belum cukup nyali untuk menyibak keangkeran villa peninggalan Belanda itu.
Zul : " kita mesti cepetan uji nyali ke wisma erni mumpung belum kkn "
Me : " iya juga sih zul , kita udah semester 6 sekarang "
Niken : " bang renggo sekalian diajakin , kan katanya ada kunti merah juga di sana "
Tiwi : " katanya juga ada noni belanda lho mbak , trus belakangnya itu kan kuburan kuno.... pasti ada banyak juga hantunya "
Me : " kamu udah liat noni belandanya wi ?!? "
Tiwi : " belum mas , ngga nongol semua sih pas kemaren ke sana.... tapi suara cewe ketawa , jerit jerit atau nangis sering banget kedengeran "
Pendik : " wedi aku vig "
Me : " podo ndik "
cukup sudah ngobrolin soal Wisma Erni , kini kami kembali fokus dengan keadaan sekeliling.... sorotan senter kami mulai menyapu segala penjuru area pemakaman ini namun tak kami dapati apapun selain kawanan kelelawar yang bersliweran di pepohonan ringin.
Pendik : " lowo thok vig "
(kelelawar doang vig)
Me : " kon yo lowo tho ndik , nek bengi gaweanmu keluyuran "
(kamu juga kelelawar tha ndik , kalo malem kerjaanmu keluyuran)
Pendik : " wancik kon "
Steve : " mas !!.... ssttt....diam dulu !! "
mendadak Steve menyuruh kami untuk diam kemudian tangannya yang memegang senter mengarah ke sebuah makam di area sebelah barat.... makam itu terlindungi oleh atap dan pagar besi namun ada sesuatu yang janggal di sana , dari kejauhan tampak kepulan asap pekat yang tak bergerak sedikitpun.
Tiwi : " duh itu apa ya ?! "
Niken : " kayaknya ektoplasma deh wi , ya kan stiv ?! "
Steve : " bener mbak "
kini kami semua terdiam mengamati ektoplasma di makam yang berjarak sekitar 10 meter dari posisi kami berada , setelah cukup lama menyorotinya dengan senter perlahan ektoplasma itu memudar lalu menghilang begitu saja.
Tiwi : " loh kok ilang sih ektoplasmanya ?! "
Niken : " ilang kemana tadi stiv ?! "
Steve : " gak tau mbak "
sesaat kami celingukan dan mengarahkan sorotan senter kesana kemari , namun tak kami dapati juga kemana perginya ektoplasma tadi.....tak lama kemudian " kroosak!!.... kroosakk!!... kroosakk!!... " samar samar terdengar suara dedaunan kering yang terinjak oleh langkah kaki , spontan kami menoleh ke area sebelah timur pemakaman ini..... di sana terlihat sesosok manusia yang sedang berjalan tertatih tatih ke arah kami.
Zul : " waduh stiv siapa itu ?! "
Niken : " duh , dia ke sini stiv "
Steve : " tenang dulu mbak , gak usah takut "
semakin lama sosok itu berjalan kian dekat dengan kami , dengan sorotan senter kami mengamati sosoknya lebih jelas lagi..... tampak seorang kakek kakek yang mengenakan peci dan kemeja lusuh berwarna putih juga sarung bermotif garis garis warna biru.
Tiwi : " duh mbak , itu siapa sih sebenernya ?! "
Niken : " kuncennya kuburan ini deh kayaknya wi "
Zul : " kirain hantu "
sesaat kami menarik nafas lega karena sosok itu ternyata hanyalah seorang kakek kakek yang sepertinya menjadi kuncen pemakaman ini , kini ia menghentikan langkahnya sekitar 8 meteran dari posisi kami berada kemudian ia duduk berjongkok memunguti dedaunan kering dan juga sampah sampah yang berserakan di antara batu nisan.... setelah terkumpul cukup banyak ia segera membakarnya.
Zul : " mau bakar sampah ternyata "
Niken : " kerjaannya tiap malem bakar sampah di kuburan kali ya ?! "
Pendik : " namanya juga kuncen kuburan nik "
suasana pemakaman yang tadi gelap gulita kini menjadi agak terang karena nyala kobaran api unggun hasil pembakaran sampah itu , selama beberapa menit kakek itu duduk berjongkok di dekat kobaran api sambil menghisap sebatang rokok , ia sama sekali tak menghiraukan keberadaan kami di sini.
10 menit sudah kakek itu duduk di dekat kobaran api unggun hingga akhirnya ia berdiri dan kemudian berjalan ke area timur pemakaman ini , namun tiba tiba terjadi sesuatu dengannya.... ia terjatuh dan tak bangun bangun lagi.
Tiwi : " ya allah tuh kakek kenapa kok jatuh ?! "
Zul : " kesandung nisan tuh kayaknya "
Niken : " duh kok ngga bangun lagi zul ?!? "
Zul : " waduh , kenapa ya ngga bangun lagi ?! "
Tiwi : " jangan jangan tu kakek pingsan mbak ??! "
Niken : " duh guys , gimana nih ?!? "
kami mulai panik sendiri karena kakek itu tak kunjung bangun setelah terjatuh tadi , terdorong niat untuk menolong akhirnya kami berunding secara singkat.... sesuai kesepakatan aku , Zul , dan Pendik akan menyusul kakek itu sementara Steve , Niken dan Tiwi menunggu di sini.
Steve : " ntar gotong aja ke sini mas ! "
Zul : " iya stiv , ntar abis itu kita bawa aja ke rumah warga biar ditolongin "
Me : " ayo ke sana sekarang !! "
Pendik : " ayo vig "
Niken : " duh ati ati ya guys !! "
dengan langkah tergesa kami bertiga mulai berjalan di antara nisan nisan yang terserak dan juga melewati kobaran api yang dibuat kakek tadi , sementara sorotan senter kami terus bergerak kesana kemari mencari cari lokasi kakek itu terjatuh.
Pendik : " tibone ndek ndi vig ?! "
Me : " goleki terus ndik ! "
tanpa kenal lelah kami terus mencari cari lokasi jatuhnya kakek tadi , hingga akhirnya sorotan senterku menemukan sosoknya yang tengah tergeletak di antara nisan nisan.
Me : " iku ndik ! "
Pendik : " ayo diparani ! "
(ayo disamperin !)
Zul : " pingsan tuh kayaknya ndik "
tanpa buang waktu kami bertiga segera menghampiri kakek yang tengah tergeletak itu , namun kami langsung terperanjat setengah mati ketika melihat sosoknya dari dekat..... kakek itu tak lagi berwujud manusia seperti sebelumnya melainkan hanya tinggal tengkorak dan tulang belulang saja.
Pendik : " wancik vig , pejoh njiaran tenan !!!.... kok dadi cumplung ngene vig ?! "
(wancik vig , pejoh njiaran banget !!!... kok jadi tengkorak gini vig ?!)
Me : " mbokne anjuk tenan ki ndik.... onok opo iki ?!? "
(mbokne ancuk banget nih ndik..ada apa ini ?!?)
Zul : " vvig ?!?... kenapa bisa gini ?! "
dengan menguatkan nyali kami mengamati tengkorak dan tulang belulang yang tergolek di antara nisan nisan itu.... kemeja warna putih , sarung bergaris warna biru dan juga pecinya masih ada tapi bagaimana bisa kakek itu berubah jadi tulang belulang seperti ini ?!?!?..... akal sehat kami benar benar terguncang dan sulit untuk menalar kejadian ini , sungguh kami merasa bergidik dengan situasi yang tak kami mengerti ini.
Zul : " vvig ?!?... kita mesti gimana ini ?! "
Me : " tenang dulu zul "
sesaat kami menghela nafas panjang dan mencoba untuk meredam rasa takut yang mulai menyergap , tiba tiba " aaahhhh !!!..... aahhh !!..... " nyaring terdengar teriakan histeris Niken dan Tiwi yang seketika mengagetkan kami bertiga , secara spontan kami menoleh ke arah mereka dan terlihatlah sesuatu yang jauh lebih mengerikan..... rupanya kobaran api unggun yang dibuat oleh kakek tadi telah berubah menjadi apa yang disebut dengan Banaspati , tampak sebuah bola api berukuran cukup besar tengah melayang layang tak jauh dari posisi Steve , Niken dan Tiwi.
Pendik : " wancik vig !!! , iiku banaspatine !!! "
Zul : " waduh vig !!!... kok bisa jadi gitu apinya ?!? "
suasana kian mencekam ketika bola api yang melayang sekitar 6 meteran di udara itu mulai berputar putar mengitari area makam ini , bahkan Niken dan Tiwi langsung berlari tunggang langgang meninggalkan Steve yang masih berdiri mematung menatap Banaspati itu.
Zul : " jjadi itu yang namanya banaspati ya vig ?! "
Me : " gw juga baru tau zul "
Pendik : " awake dhewe kudu piye iki vig ?! "
(kita mesti gimana ini vig ?!)
selama beberapa menit kami semua terdiam dan terpana menatap banaspati itu , seumur umur baru kali ini kami melihat hantu berwujud bola api yang berkobar kobar dan terus melayang layang.... begitu besar nyala kobaran apinya hingga membuat segala penjuru area pemakaman ini terlihat terang benderang.
Zul : " vvig , niken sms aku ... kita disuruh kabur sekarang , dia nungguin di depan kampus stikes "
Me : " stiv gimana ?! "
Zul : " kata niken dia mau musnahin banaspati itu , pokoknya kita disuruh nyusul ke kampus stikes "
Me : " piye ndik ?! "
Pendik : " aayo tiwas awake dhewe ciloko ngko "
(aayo daripada kita celaka ntar)
tanpa buang waktu kami segera kabur dari komplek pemakaman ini melalui pintu sebelah timur , kami bertiga langsung lari terbirit birit menyusul Niken dan Tiwi yang telah berada di kampus Stikes.
