Malang Mysterio #3 - Penjelajahan Mistis Di Kampus UMM #26 - Seri 3 Part V D Rekk - Cerita Seram Kaskus

Malang Mysterio #3 - Penjelajahan Mistis Di Kampus UMM #26 - Seri 3 Part V D Rekk

Di depan salah satu ruang kelas sosok Kuntilanak Merah itu terus meronta ronta dan berusaha melepaskan kakinya yang melekat di atas lantai keramik , entah ajian apa yang digunakan bang Renggo kali ini..... di balkon bagian tengah ia tampak masih berjongkok dengan telapak tangan yang diletakkan di atas lantai keramik , sepertinya ia menyalurkan tenaga dalamnya untuk mengunci pergerakan Kuntilanak Merah itu.

Zul : " wah vig ?!!... tu kunti dibikin gak bisa gerak sama bang renggo "

Me : " iiya zul , pake tenaga dalam itu "

Pendik : " kok iso ya vig ?! nggumun aku "

Niken : " ngerti gw biar tu kunti ngga kabur lagi kan ?! "

Me : " iiya nik , dari tadi kuntinya pindah pindah terus "

Kami berempat yang berada di balkon sebelah timur ini cukup kesulitan melihat apa yang terjadi di depan ruang kelas itu , selain jarak yang cukup jauh posisi tubuh Steve yang berdiri memunggungi kami membuat pandangan jadi terhalang.

Niken : " duh steve mau ngapain sih vig ?! "

Me : " mau musnahin tu kunti "

Niken : " moga aja dia sanggup ya vig ?!... khawatir gw sama tu anak "

Entah apa yang akan dilakukan Steve selanjutnya , ia masih berdiri di hadapan Kuntilanak Merah yang terus menjerit jerit itu " hhiiia!!! .....hiiiaa !!!!....... " jeritan itu terdengar seperti ketakutan yang teramat sangat , bagaikan terpidana yang hendak dieksekusi mati oleh seorang algojo.... dan Steve si cowo sakti itu adalah algojonya.

Niken : " gw ngeri vig dari tadi jerit jerit terus tu kunti "

Zul : " mau diapain ya sama steve ?!?... "

Me : " liat aja zul ! "

Selama beberapa menit kami terus menanti apa yang akan dilakukan Steve , kini ia mulai merentangkan kedua tangannya kemudian menghadapkannya ke arah Kuntilanak Merah itu....... anehnya kepulan asap tampak mengepul dari kedua telapak tangannya dan membuat kami berempat tertegun takjub.

Pendik : " kok iso metu keluk'e vig tangane stiv ?! "

Zul : " wah steve mau ngeluarin ajian nih "

Me : " hebat tu anak nik !!! "

Niken : " iiya vig , gw baru tau ada tangan bisa keluar asap "

Kini penglihatan kami semakin terhalang oleh kepulan asap yang keluar semakin banyak dari telapak tangan Steve , sementara " hhhiiiaaa !!!!..... hiiaaa!!!..... hhiaa !!!!..... " jeritan itu terdengar semakin menjadi jadi seiring gerakan Kuntilanak Merah itu yang semakin meronta ronta berusaha melepaskan kakinya yang melekat di lantai.

Niken : " duh makin banyak asapnya , gw gak bisa lihat nih "

Zul : " kkita balik ke balkon tengah aja nik "

Niken : " iiya zul , vig lu bisa jalan ngga ?! "

Me : " ngga kuat lagi gw , udah di sini aja "

Pendik : " kita di sini aja kan bang renggo yang nyuruh kita nik , ntar malah ganggu lagi "

Niken : " iiya deh ndik "

kepulan asap tampak kian pekat sementara Steve masih tetap berdiri seperti tadi , ia masih menghadapkan kedua telapak tangannya yang berasap ke arah Kuntilanak Merah yang terus menjerit jerit itu. " hhiia !!!....hhiia !!!.... hhiiaaa !!!..... " jeritan itu terdengar kian nyaring dan membuat kami makin bergidik mendengarnya , apa yang terjadi selanjutnya seketika membuat kami tercengang...... di tengah kepulan asap itu tampak kobaran api yang tengah melahap kain merah yang dikenakan Kuntilanak itu , semakin lama kobaran api itu semakin membesar dan semakin menjadi jadi pula jeritan yang terdengar " hhiiiaaa !!!..... hhiiiaaa !!!..... hiiiiaaa!!!!.... "

Niken : " ya allah vig ???!!! Itu kunti merahnya terbakar "

Zul : " ggila nik ?!? "

Pendik : " kok bisa kebakar ya zul ?!? "

Me : " hebat tu anak nik !!!! "

Kobaran api kini tampak semakin membesar dan melahap sekujur tubuh Kuntilanak Merah itu....... namun tak kami sangka bang Renggo yang sedari tadi berjongkok dan meletakkan telapak tangannya di atas lantai tiba tiba ambruk tertelungkup , secara bersamaan Kuntilanak Merah yang terbakar itu berhasil melepaskan kakinya yang melekat di lantai lalu dalam sekejap terbang meninggalkan gedung GKB 1 ini.

Niken : " loh ?!?!... bang renggo kenapa vig ?!? "

Zul : " kkuntinya terbang kemana tadi ??! "

Sesaat kami bingung sendiri dengan situasi ini , sebelum akhirnya Steve meneriaki kami sambil tangan kanannya menunjuk nunjuk ke arah lapangan helipad.

Niken : " guys ayo pada berdiri !!!! itu kuntinya cepetan liat !!! "

Zul : " terbang kemana nik ?!? "

Me : " ayo bantuin gw berdiri !! "

Pendik : " oh iyo vig !! "

Kami berempat yang sedari tadi duduk di atas lantai kini telah berdiri dan memandang ke arah lapangan helipad , sosok Kuntilanak Merah yang terbakar hebat itu tampak tengah terbang terhuyung huyung beberapa meter di atas lapangan helipad.

Niken : " ya allah vig ?!?... " "

Pendik : " nggumun aku vig !! "

Me : " podo ndik !!! "

Kami hanya bisa terpana takjub menyaksikan kejadian ini , saking takjubnya sungguh sulit untuk mengungkapkan dengan kata kata... biasanya aku hanya melihat balon kresek yang terbakar di udara tapi ini ?!??!... tak pernah terbayangkan sebelumnya bakalan melihat Kuntilanak terbang dalam kondisi terbakar hebat.

Niken : " loh ?!?....kok makin rendah terbangnya vig ?! "

Zul : " iiya tu nik kayaknya mau jatuh "

Kuntilanak merah yang terbakar itu masih terbang terhuyung huyung dan baru saja melewati lapangan helipad , namun semakin lama terbangnya semakin tak beraturan dan juga semakin rendah mendekati permukaan tanah , hingga akhirnya ia jatuh menukik tepat di area lapangan basket yang berada di seberang sungai Brantas.

Zul : " jatuh di lapangan basket nik kuntinya "

Niken : " udah mati ya zul kayaknya ?!? "

Pendik : " vig ?!?!... mati vig kuntine "

Me : " iiyo ndik "

Dari balkon sebelah timur ini kami tak dapat melihat apa yang terjadi di lapangan basket sana , selain jarak yang cukup jauh pandangan kami juga terhalangi oleh pepohonan rimbun yang memenuhi sisi selatan lapangan helipad.

Niken : " beneran udah mati ya zul ?! "

Zul : " apinya aja segede itu gimana ngga mati nik "

Dalam hati aku merasa aneh sendiri dan masih kesulitan mencerna kejadian ini dengan nalar , sukar dipercaya bahwa sosok Kuntilanak Merah yang selama ini menjadi desas desus dan terus membuat penasaran itu kini benar benar telah binasa.

Pendik : " wes vig , akhire ngene iki "

(dah vig . akhirnya kayak gini)

Me : " seng wis yo wis ndik "

(yang udah ya udah ndik)

Selama beberapa menit kami masih terdiam di balkon sebelah timur ini dengan tatapan mata yang berkaca kaca , apa yang kami alami malam ini sungguh terasa bagaikan mimpi yang menggerus batas batas kenyataan dan kurasa tak ada satupun dari kami yang bisa melupakannya.