Beberapa hari ini teman lama Rasti sering datang untuk bertamu di rumah kontrakanku.Kuingat dulu aku sempat melihat gadis muda yang kira-kira umurnya sama dengan Rasti ini datang di pernikahanku.Sebut saja namanya mawar.Perawakannya agak gemuk dengan rambut panjang berponi.Kulitnya sawo matang dengan mata sipit layaknya orang cina.Menurut cerita Rasti,mawar ini teman lama dia sewaktu merantau di Jakarta.Di sana mawar bekerja menjaga kios buah di sebelah warung paman Rasti tempat dimana ia pernah bekerja dulu.Saat ini dia sudah pulang kembali ke rumahnya dan tidak lagi bekerja di ibukota.Rumahnya di daerah Kopong, berjarak sekitar 10 km dari rumah kontrakanku. Saat mengobrol mereka berdua kelihatan sangatlah akrab dan larut dalam gurauan.
Tadi aku sempat mengobrol sebentar dengan Mawar sebelum akhirnya aku sibuk kembali dengan kerjaan dari kantor yang belum kuselesaikan.Dalam lubuk hatiku yang paling dalam,sebetulnya aku sempat berpikir mungkin ini kesempatanku untuk tahu lebih jauh tentang masa lalu Rasti.Sempat aku ingin meminta nomor telepon dari mawar ini tapi hatiku ragu.Suasana masih terlalu canggung,akupun belum terlalu mengenalnya.Aku takut nantinya ketika kutanyakan masa lalu Rasti dianya malah ikut menutupi.Mungkin lain kali aku ada kesempatan,akan kukorek habis tentang misteri masa lalu istriku ini.Aku benar-benar penasaran tapi aku juga tidak tahu harus mencari tahu kemana karena seolah-olah semua orang di sekitarku menutupi masa lalu Rasti.Memaksa Rasti bercerita juga percuma karena pada akhirnya lagi-lagi akan berujung pada pertengkaran.
Aku masih termangu di dalam kamar depan layar monitor dengan segelas kopi ditangan.Beberapa kali aku memicingkan mataku dan berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaanku itu.Sebelum pada akhirnya sekitar jam 20.30 Rasti memanggilku.Rupanya mawar teman Rasti mau berpamitan untuk pulang.Kami berdua mengantarkannya sampai di depan pintu rumah.Selepas mawar pergi,kami berdua kembali masuk ke rumah.Saat itu aku menuju kamar untuk meneruskan pekerjaanku sementara Rasti menuju dapur.Baru 5 menit aku memegang mouse tiba-tiba saja mati lampu.
Gelap sekali suasana rumahku saat itu,di ruangan sebelah Rasti terus saja berteriak menyuruhku untuk cepat-cepat mengambil lilin di atas lemari samping kasur.Kuambil handphone ku untuk sekedar menerangi jalanku mencari lilin itu.Sial belum lama kupegang hp ku sudah mati sendiri karena lowbat.Tanganku sibuk meraba lemari sebelum akhirnya kudapati lilin itu.Kuraba kantong celanaku mencari korek.Aduh kemana juga ini korek,kuraba kedua kantongku belum juga kutemukan benda itu.Saat seperti itu tahu-tahu di sebelahku seperti ada suara orang bernafas layaknya orang tidur.Saat itu aku benar-benar mendengar suara nafasnya dengan jelas.Spontan aku memanggil manggil nama Rasti,kudengar dia menyahut dari ruang tamu.Lalu siapa makhluk yang tidur di sebelahku ini.Aku merinding dibuatnya,terburu-buru aku mencoba keluar dari kamar.
Dugg…!!! Aduh kakiku tanpa sengaja terantuk lemari.Aku meringis kesakitan seketika.Kenapa juga mati lampu disaat malam gelap seperti ini.Terseok seok aku melangkah keluar dari kamar.Sebelum akhirnya kuraba-raba di dapur kudapati juga korek itu.Langsung saja aku menyalakan lilin itu yang kemudian menerangi ruangan.Kuamati sekitar dapur loh Rasti kok tidak ada.Kepalaku celingukan kesana kemari sembari melangkah ke kamar.Belum sempat aku ke kamar di sebelah ruang tamu kulihat Rasti duduk terdiam disana.
Ras,kamu ngapain mati lampu begini malah duduk disitu”tanyaku dengan suara agak keras.
Darrrr….!!! belum sempat Rasti menjawab tahu-tahu pintu rumah terbuka sendiri dengan kerasnya.Aku tersentak kaget,seolah ada kekuatan dari luar yang mendorong pintu rumahku itu.
“Hah,nenek tua itu datang lagi,tapi aku gak takut kok”kata Rasti tiba-tiba.
Aneh,padahal di luar rumah tidak ada siapa-siapa.Aku malah kembali merinding sendiri mendengar Rasti yang berbicara tidak jelas.
“Nenek tua siapa Ras,kamu itu aneh”jawabku sembari mendekatinya.
“Itu nenek Tua muka rusak yang berdiri di depan pintu”jawab Rasti sambil telunjuknya mengarah ke depan pintu yang jelas-jelas tidak ada satupun orang disana.
“Stop,jangan bicara yang aneh-aneh,omonganmu itu tidak masuk akal.Ayo ke kamar saja”jawabku sembari melangkah ke depan bermaksud untuk menutup pintu rumah.
Belum sempat aku meraih gagang pintu itu,tiba-tiba saja Rasti sudah mengerang dan melompat dari kursi.
Arrggghhhhhhh…….hemmm…….Rasti mengerang dan mendesis layaknya seekor binatang persis kejadian kesurupan kemarin.Aku terkejut setengah mati.Kulihat kedua tangan dan kakinya menapak di lantai dan bertingkah layaknya seekor harimau.Kepalanya terus saja menggeleng kesana kemari dengan rambut terurai ke bawah.Aku berteriak minta tolong dengan sangat keras.Nalarku untuk sekedar berpikir tenang pun tidak bisa.Aku benar-benar kalut dan panik saat itu.
Tak lama berselang Mertua dan kedua kakak iparku datang dari rumah sebelah.Dalam suasana gelap ditemani sebuah lilin keadaan begitu kacau dan carut marut.Pak Giman dengan sigap meringkus memegang kedua tangan Rasti diikuti aku dan mas dodo memegang kakinya.
Cuihhh…!!!tak dinyana Rasti meludahi mukaku.Aku tersentak kembali kaget.Mendapat perlakuan seperti itu spontan membuatku emosi.Darahku seakan mendidih dibuatnya.Reflek ingin kutampar wajahnya saat itu sebelum pada akhirnya mas Yanto menahanku dari belakang.
“Jangan dik,itu bukan Rasti yang melakukan”kata mas Yanto.
“Hahaha..sudah kubilang dulu,jangan nikahi anak ini sebelum umur 20 tahun,tapi kamu masih nekat.Dasar kamu laki-laki bajingan”teriak Rasti dengan muka marah dan mata melotot.
Dalam kekalutan aku malah jadi bingung sendiri dibuatnya.Apa maksud perkataan ini,benar-benar aku tidak bisa mencernanya.Teringat jelas dibenak ku kata-kata ini mirip sekali dengan perkataan Rasti saat kesurupan menjelang pernikahanku dulu.Berselang kemudian kulihat mas dodo datang dengan bungkusan kain merah ditangan.Sepertinya itu bungkusan kemarin yang dikasih Pak Salim.
Dioles-oleskan bungkusan kain merah itu ke wajah Rasti.Kembali kejadian aneh tapi nyata terjadi.Tenaga Rasti yang tadinya sekuat banteng mendadak melemah.Rasti jatuh lunglai kemudian pingsan.Kami menghela nafas panjang-panjang.Merasa lega setelah melihat Rasti kembali normal.Saat itu kebetulan saja tiba-tiba lampu menyala kembali.Kami semakin merasa bersyukur selanjutnya mulai mengurus menidurkan Rasti di ranjang.
Berselang kemudian mertua dan kedua kakak iparku mencecarku dengan berbagai pertanyaan menanyakan kronologis awal mula kejadian.Kuceritakan saja apa adanya sesuai apa yang aku tahu.Kejadian demi kejadian tidak masuk akal dan logika sekarang seolah semakin menghebat saja terjadi.Kami sekeluarga saat itu benar-benar dibuat pusing dengan Rasti yang sangat mudah kerasukan.
Sekitar satu jam kemudian satu persatu keluarga mertuaku meninggalkan rumah kontrakanku.Tinggal aku sendiri dengan Rasti di kamar.Kubakar rokok sebatang untuk mengusir ketakutanku.TV dalam kamar sengaja kunyalakan dengan volume agak keras untuk mengisi kesunyian malam sekaligus mengurangi rasa takutku.Sebenarnya agak ngeri juga aku tidur dengan Rasti yang akhir-akhir ini sering kesurupan.Sebelah tangan kiri kupakai untuk alas kepalaku,dengan tangan kanan masih merokok sambil tiduran.
Mataku menerawang diantara genteng-genteng rumah kontrakanku itu.Pikiranku kemana mana,benar-benar bingung tak tahu harus bagaimana.Untuk diketahui diantara genteng rumahku ada satu genteng kaca ditempatkan di tengah.Guna genteng kaca itu agar kalau siang sinar matahari bisa masuk dalam ruangan.Pandanganku saat itu beralih menatap bulan yang bersinar dibalik genteng kaca masih dengan posisi tiduran.Tiba-tiba saja seonggok kepala melongok ku dari atas,tepat di atas genteng kaca itu.Rambutnya terurai panjang dengan muka datar putih.Tidak salah lagi itu penampakan perempuan bergaun hitam.aku terkejut bukan kepalang,spontan aku memalingkan muka ke samping sembari mengucap istigfar.Mulutku terus saja bergumam tiada henti membaca ayat kursi setelahnya.Tangan kiriku memegang dada,jantungku berdegup tak karuan.Astagfirullah…kenapa perempuan itu selalu saja ada di sekitarku.
Sekitar 10 menit kemudian kutolehkan pelan-pelan kepalaku.Aku mencoba mengintip genteng kaca itu lagi dari sela-sela lengan tanganku.Syukurlah yang kulihat sekarang cuma bulan yang bersinar.Perempuan itu sudah pergi rupanya.Aku menghela nafas,belum juga aku merasa aman.Tiba-tiba Rasti yang tertidur di sebelahku malah meracau berbicara tidak jelas seperti orang ngelantur tapi kedua matanya masih tertutup rapat.Aku tidak bisa menangkap apa yang dia katakan karena bahasanya begitu aneh dan tak bisa dimengerti.Sekejap kemudian Rasti tertidur kembali dan bernafas layaknya orang yang lagi tidur dengan nyenyaknya.
Aku bergidik melihat semua kejadian itu.Kutarik selimutku kebawah,lebih baik aku tidur di lantai saja.Tidur di kasur bersebelahan dengan Rasti malah sedari tadi membuatku tidak tenang saja.Aku terus saja berdoa dalam hati menenangkan jantungku yang dari tadi rasanya tak berhenti berdegup kencang.Ya Allah berikanlah hambamu ini jalan keluar dari semua ini,batinku dalam hati.Tolong aku ya Tuhan,bukakanlah petunjuk dari semua misteri kehidupanku ini.