Hantu Di Sana Itu Istriku #37 - Cerita Seram Kaskus

Hantu Di Sana Itu Istriku #37

Pengobatan Alternatif
Aku dan keluarga Rasti masih membicarakan tentang bagaimana mengatasi permasalahan kesurupan Rasti,mas Yanto kakak iparku yang satunya lagi suami dari mbak nunuk kakak kandung Rasti saat itu memberikan saran.Kalau sewaktu-waktu Rasti kesurupan lagi sebaiknya langsung saja dibawa ke Rumah Pak Salim,orang pintar di desa Sawahan yang berjarak sekitar setengah jam perjalanan dari desa kemiri tempatku tinggal saat ini.Menurut cerita Mas Yanto,Pak Salim ini terkenal sebagai pawang reog di desa Sawahan.Asal tahu saja di daerah Rasti tinggal itu ada satu kesenian khas yang cukup terkenal yaitu reog.Tapi kesenian ini jauh berbeda dengan reog dari ponorogo yang selama ini dikenal orang.Reog disini tak lebih dari sekumpulan pemuda yang menari-nari dengan kuda lumping diiringi musik khas jawa,yang kemudian setelah capek menari mereka akan mengalami trance atau kesurupan.Konon katanya pawang reog bertugas untuk memasukan roh atau jin ke dalam para pemain untuk selanjutnya juga mengeluarkan roh itu setelah para pemain beratraksi.Setelah dulu beberapa kali aku menonton kesenian ini baru aku tahu ketika para pemain dalam keadaan kesurupan ada-ada saja tingkah yang dibuatnya.Kadang ada pemain yang tiba-tiba mampu makan arang panas,ada juga yang dengan lahap memakan sejumlah bunga yang disiapkan,kadang ada juga yang tiba-tiba bisa silat dengan segala jurusnya.

Karena permasalahan ini berkaitan dengan roh keluarga Rasti sepakat untuk membawa Rasti ke ahlinya.Walaupun dengan dalih Mas Yanto mengatakan bahwa Pak Salim itu orang pintar bukan dukun tapi menurut pendapatku selebihnya aku lebih suka menganggapnya dukun.Saat itu mas Yanto menambahkan jika ingin berobat kesana syaratnya Cuma satu,apapun yang dikatakan Pak Salim nantinya harus dituruti kalau tidak nanti bisa jadi pengobatannya akan gagal.Benar-benar syarat yang aneh,Jujur dalam hati aku tidak setuju dengan hal ini,tapi bagaimana lagi hampir semua mayoritas keluarga Rasti setuju memilih jalan ini.

3 hari kemudian setelah perbincangan itu,kejadian aneh muncul kembali.Malam itu seingatku hujan turun sangat lebat,angin begitu kencang hingga dari balik kaca jendela kulihat pohon-pohon di sekitarku sampai bergoyang kesana kemari tidak karuan diselingi suara halilintar yang menyambar begitu menggelegar.Aku dan keluarga Rasti masih berkumpul di ruang tengah itu menunggu mobil untuk membawa Rasti berobat.

Satu jam yang lalu Rasti kesurupan lagi,hampir semua peralatan di dapur rumah mertuaku berantakan diamuknya.Layaknya orang gila,Rasti bertingkah aneh dari tadi.Kejadian aneh itu terjadi sebelum aku pulang kerja.Menurut cerita awalnya Rasti ke ruang tamu rumah mertuaku,tanpa banyak kata dia minta diambilkan makan oleh ibunya.Mulanya semua biasa saja hingga pada akhirnya ibunya heran karena sudah 2 piring nasi dilahapnya masih juga si Rasti minta tambah.Cara makan Rasti juga tidak seperti biasanya,sangat cepat dan lahap layaknya orang kelaparan yang sudah berhari-hari tidak makan.Setelah hampir 3 piring nasi habis,tiba-tiba saja Rasti meminta dibuatkan kopi hitam,padahal setahuku Rasti sangat tidak suka dengan kopi hitam.Tak disangka permintaan Rasti yang berikutnya membuat keluarganya curiga ketika akhirnya dia meminta disediakan bunga melati saat itu juga.Disaat itulah aku baru pulang kerja,kulihat Pak Giman sudah marah-marah dengan Rasti

“Kamu bukan Rasti,aku tahu itu…sekarang kamu ngaku…siapa kamu sebenarnya”kata Pak Giman dengan wajah merah padam dengan nada meninggi.
Arghhhhghhhh….Nampak dimataku Rasti bukannya menjawab malah mengeram keras sembari menatap tajam ke arah Pak Giman.Sambil terduduk dan rambutnya terurai menutupi wajah,gelas kopi itu diletakkan perlahan namun tak lama kemudian dilemparnya gelas itu ke tembok…pyarrrrrr.

Melihat kejadian itu aku,mas Dodo dan bapak mertuaku serta merta mendekat hendak meringkus si Rasti.Tak dinyana Rasti langsung berdiri dengan tegaknya kemudian berjalan cepat ke arah dapur.Panci,wajan,kompor semua diamuknya hingga terlempar kesana kemari menimbulkan kegaduhan luar biasa.Sekilas kulihat dari balik lehernya ada sesuatu seperti benjolan daging kecil naik turun di sekitar tubuhnya,aneh sekali benda itu seperti daging tumbuh tapi bisa bergerak kesana kemari.Dan entah kenapa setiap Rasti kesurupan hampir bisa dipastikan kekuatan tenaganya menjadi berkali lipat.Kami 3 orang laki-laki seakan kepayahan hanya untuk menahan Rasti.Dalam keadaan sangat panik,aku terus saja membaca ayat kursi sebanyak mungkin begitu juga dengan mas dodo dan Pak Giman.Kudengar Ibu mertuaku di belakang menangis sejadi-jadinya melihat si Rasti,menambah kekalutan suasana malam itu.Berapa kali sudah aku terjengkang ke belakang karena terkena tendangan Rasti begitu juga mas Dodo.Pak Giman beralih menjadi sibuk menyadarkan Istrinya yang mendadak malah jatuh pingsan.Aku sendiri dan mas Dodo masih bergulat mengamankan Rasti yang masih saja mengamuk.

Kursi kayu panjang disamping dapur tak luput diangkat dan dibantingnya seolah seringan membalikan kertas,padahal kursi itu kursi jati yang minta ampun beratnya.Untunglah saat itu mas Yanto datang memberi bantuan,segera saja kami bersama-sama menerjang dan menangkap Rasti.Tak ubahnya tawanan,kami memegang masing-masing kaki dan tangan Rasti walaupun dia terus saja menggelinjang dan memberontak ingin melepaskan diri.Aneh tapi nyata,di saat seperti itu tiba-tiba saja barang-barang yang masih tersisa dan tergantung di dinding dapur berjatuhan sendiri satu persatu.Seperti ada kekuatan dari tatapan Rasti untuk menjatuhkan barang-barang itu,sungguh tak masuk akal dan logika.

Mas Yanto komat kamit mengucapkan doa,kedua telapak tangannya terbuka kemudian tangannya mengusap wajah Rasti 3 kali,syukurlah tak lama berselang Rasti melemah dan pingsan.Aku menghela nafas dengan tangan masih menggenggam kedua kaki Rasti.Seperti rencana semula, mas Yanto bergegas ke rumah Pak Umar untuk meminjam mobil.Ya kami berencana membawa Rasti ke Rumah Pak Salim,mumpung si Rasti masih pingsan dan tidak mengamuk.Belum lama mas Yanto pergi tak disangka hujan malah turun dengan lebatnya.

Setelah 20 menit menunggu di ruang tengah akhirnya mobil itu datang juga.Bergegas aku dan mas dodo mengangkat tubuh Rasti ke dalam mobil.Hujan begitu deras turun saat itu,sesampainya di dalam mobil,Rasti kutempatkan di kursi tengah dengan aku disampingnya.Saat itu kami berempat dalam mobil,tanpa menunggu lama kami pun melaju menyusuri jalan menuju rumah Pak Salim.Mulanya semua masih wajar adanya,Rasti masih tertunduk lemas disampingku sambil tanganku terus saja memegang kedua bahunya.Tapi tak lama berselang dalam perjalanan,setiap kami melewati jembatan tiba-tiba saja Rasti tertawa aneh cekikikan tapi dengan mata yang tertutup rapat.Aku yang ada disampingnya merinding tidak karuan terus saja meracau mengucap doa.Kalau tak salah hitung ada sekitar 4x kami melewati jembatan dan setiap kali masuk ke jembatan lagi-lagi ia tertawa.Hingga puncaknya di jembatan terakhir dia berubah dari tertawa menjadi menangis sesenggukan keras sekali.Mungkin bagi siapa saja yang saat itu bersama kami akan merasakan ketakutan yang luar biasa melihat fenomena aneh ini.

Akhirnya kami sampai juga ke rumah Pak Salim,ketika pertama kali kumenginjakkan kaki ke rumah Pak Salim kuakui rumahnya sendiri agak mistis.Kulihat bangunan besar terkesan tua dengan aksen jawa yang khas ditambah pendopo yang sangat luas dimuka rumah menambah kesan sakral dari tempat itu.Batinku dalam hati,mungkin pendopo itu tempat untuk mereka para penari reog berlatih.Tanpa menunggu lama kuangkat tubuh Rasti dibantu mas dodo dari belakang.Pintu Rumah itu diketuk berkali-kali oleh mas Yanto dan tak lama kemudian sang pemilik rumah akhirnya membukakan pintu.Kulihat sesosok lelaki tua dengan pakaian serba hitam dengan kopiah hitam pula dikepalanya,jenggotnya yang putih beruban dan gurat-gurat keriput diwajahnya menandakan lelaki itu sudah sangat tua adanya,mungkin sekitar 60 atau 70 an usianya.Kami pun segera masuk ke dalam,Rasti kuletakkan di ruang tengah ruangan itu yang kebetulan saat itu ada tikar dan bantal yang sudah digelar.

Mas Yanto mulai berbicara membicarakan kronologis kejadian itu dengan Pak Salim,beliau cuma mengangguk angguk kepalanya sambil terus memelintir jenggotnya yang panjang.Aku masih terduduk disamping Rasti menahan dingin karena hampir semua pakaianku basah karena tadi sempat terkena hujan saat memasukan Rasti ke dalam mobil.Kulihat Pak Salim masuk ke salah satu kamar di pojok kamar.Lampu kuning menyinari ruangan itu,dari kejauhan kulihat di dalam kamar yang kebetulan tidak berpintu itu berjejer beberapa pusaka aneh seperti tombak panjang berselimut kain kuning diujungnya,keris yang entah berapa jumlahnya saking banyaknya dan beberapa pusaka jawa beraneka bentuk yang aku sendiri tidak tahu namanya.Berselang waktu kemudian Pak Salim berjalan keluar dan menghampiriku,menanyakan nama istriku beserta weton kelahirannya tak lupa dia juga menanyaiku dengan pertanyaan yang sama.
Setelahnya beliau masuk kembali ke ruangan itu,kali ini dengan secarik kertas dia menulis sesuatu dengan pensil besar layaknya pensil tukang bangunan yang pernah kulihat.Sejenak kemudian beliau keluar lagi dengan kertas yang tergenggam di tangan bibir Pak Salim meracau komat kamit tidak karuan,tiba-tiba saja Rasti yang tadinya tidur mendadak bangun seketika dan terduduk sambil mengeram.

“Kamu berani sekali datang kemari…. masih juga menempel ditubuh anak ini”Tanya Pak Salim tenang.
“Siapa kamu sebenarnya dan darimana asalmu”kata Pak Salim lagi menambahkan,kali ini dengan suara lantang
Rasti bukannya menjawab malah kemudian mengeram dengan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kurang ajar,kamu tidak mau mengaku,berani sekali kamu”pekik Pak Salim seraya secepat kilat meloncat dan menepuk jidat Rasti dengan kuat..Plakkkkk….Rasti memberontak tapi dengan sigap tangan Pak Salim kembali menekan kuat dahinya hingga kemudian Rasti lemas tak sadarkan diri.

Setelah Rasti pingsan kembali,Pak Salim menghampiri kami.Dari penuturan beliau kami diberitahu bahwasanya yang mengganggu Rasti ini sesosok perempuan yang tinggal di jembatan di dekat desa kami.Mendengar itu tanpa ragu aku pun menyela pembicaraan menjelaskan perihal selama ini aku juga di ikuti perempuan gaun hitam itu.Saat itu aku menanyakan apakah perempuan gaun hitam itu yang sekarang sering mengganggu Rasti.Saat mendengar ceritaku Pak Salim berpendapat lain,menurut beliau bahwasanya hantu yang mengikutiku dengan Hantu yang menempel si Rasti itu beda makhluk.Mendengar penjelasan Pak Salim bukannya mendapat jawaban dari pertanyaanku selama ini, aku malah jadi semakin bingung adanya.Sebetulnya siapa makhluk sebenarnya yang mengganggu Rasti ini?

Sebelum kami beranjak pulang tak lupa Pak Salim memberi kami 4 kantong kecil berselimutkan kain merah, sesuatu yang aku sendiri tidak tahu isinya apa.Beliau Cuma berpesan nantinya kalau kami pulang ke rumah sebaiknya kantong-kantong itu dipasang di setiap ujung tiang rumah.Saat itu kami mengganggukan kepala pertanda mengerti.Pak Giman menghampiriku menanyakan apakah aku membawa uang,aku menggangguk seraya meraih dompet dikantong celana.Banyak juga yang diminta saat itu,hanya untuk pengobatan yang Cuma 10 menit dan 4 kantong aneh itu aku diharuskan membayar 400ribu.Jujur saja saat itu keraguanku muncul,kenapa banyak sekali uang yang diminta,ini orang niat menolong apa emang memanfaatkan situasi.Tapi sudahlah apa boleh buat demi kebaikan bersama ku ulurkan uang itu ke Pak Giman walau dalam hatiku sendiri berkata tidak ikhlas.

Akhirnya kami pulang menyusuri jalan pulang menembus kegelapan malam.Memang saat kami pulang Rasti tertidur dengan pulasnya,tak juga mengamuk seperti tadi, begitu juga saat kami melewati jembatan.Dalam hatiku aku lega sekali,semoga saja ini yang terakhir kalinya,semoga hantu atau apalah itu tidak lagi mengganggu kami dan Rasti tidak kesurupan lagi,doaku dalam hati…..

Tapi harapanku ternyata tinggal harapan,berselang 2 hari kemudian kudapati fenomena aneh itu lagi….