Hantu Di Sana Itu Istriku #30 - Cerita Seram Kaskus

Hantu Di Sana Itu Istriku #30

Rasti Bertingkah Aneh
Cepat cepat kubereskan meja kerjaku,semenit kemudian aku sudah meraih tas di samping meja kerjaku.Dengan langkah terburu-buru aku menuruni tangga kantorku,kartu absen segera kumasukan ke dalam mesin pencatat absen itu.Tak lama berselang aku sudah sampai di parkiran motor,dengan nafas terburu-buru aku berusaha menyingkirkan sepeda motor yang lain yang menghalangi motorku untuk keluar dari parkiran.Tadi sore menjelang pulang aku dapat telepon dari mertuaku yang memberitahukan bahwasanya dari tadi pagi si Rasti bertingkah aneh,sudah seharian ini dia tidak mau makan dan minum.Sepanjang hari Cuma tidur dengan selimut yang lagi-lagi menutupi badannya tanpa mau bicara sepatah katapun,dengan sesekali menangis sesenggukan.

Keluarganya begitu khawatir,terutama aku sendiri sebagai suaminya.Walau kuakui aku sendiri sampai sekarang belum merasa mencintainya tapi apapun yang terjadi dia istriku,tanggung jawabku sekarang dunia akhirat.Pikiranku sungguh tak tenang kali ini,apalagi kalau mengingat kandungan Rasti yang sudah semakin besar,aku takut ketika dia banyak pikiran itu berimbas dengan kesehatan anak yang dikandungnya itu.

3 hari yang lalu aku sudah membicarakan tentang kehamilan Rasti kepada keluarganya.Saat aku memberitahukan hal ini,kulihat mertuaku juga terkaget,tapi kagetnya itu seperti berpura-pura.Apalagi mereka seperti tidak mau berlama-lama menanggapiku dengan dalih melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.Aku sendiri sedikit curiga,seolah-olah mereka sudah tahu hal ini sebelumnya daripada aku.Sempat juga aku berpikir yang tidak-tidak.Apa mungkin sebenarnya sebelum aku menikah keluarga Rasti sudah mengetahui kalau Rasti sudah hamil dengan orang lain.Kejutan demi kejutan dari kenyataan hidup seolah-olah sekarang berebut memberiku berjuta pertanyaan.

Lalu lalang orang begitu ramai di jalan pulang yang kulalui ini,jalanan begitu macet.Aku semakin gelisah dibuatnya,aku ingin cepat-cepat pulang kalau seandainya memang Rasti sakit aku berencana untuk langsung membawanya ke puskesmas atau ke dokter.Setelah hampir 1 jam lebih akhirnya aku sampai juga ke rumah kontrakanku.Sesampai di dalam rumah kulihat ibu mertuaku duduk termenung menunggui si Rasti dengan sembari menonton TV dalam kamarku.

“Makan dulu nak,pasti kamu capek habis pulang kerja”kata ibu mertuaku pelan setelah melihatku sudah berganti pakaian.

“Iya bu,nanti saja,Rasti kenapa bu,apa dia sakit”tanyaku.

“Gak tahu ini,daritadi gak mau bangun atau sekedar bicara,aku sampai bosan menawarinya makan tapi tetap saja Rasti keukeh gak mau makan”

“Sesekali tadi dia menangis,tiap kali kuhampiri,kutanyakan kembali eh malah diem,coba nak kamu bujuk dia,sapa tahu kalau dengan kamu malah nurut”kata ibu mertuaku menambahkan sambil lalu berjalan pulang ke rumahnya sendiri.

Aku termenung sejenak dengan Rasti di sebelahku,kulihat selimut merah motif bunga itu masih membungkus rapat tubuh Rasti.Kudekatkan badanku,tanganku sejenak menyentuh pinggir selimut itu.

“Ras,kamu kenapa,kamu sakitkah,kalau sakit ayo kita ke dokter..”tanyaku lirih sembari tanganku kemudian menggoyang-goyangkan badannya.

Lama aku begitu namun Rasti tak jua mau menjawab sepatah katapun seolah-olah dia tidur dengan sangat nyenyak.Sejurus kemudian kudengar suara Rasti menangis merintih…

“Hei kamu kenapa Ras,ada apa,kalau ada masalah mari kita bicarakan,jangan begini kasihan bayi di kandunganmu itu”

Belum juga aku mengatupkan bibirku,Secepat kilat saja si Rasti langsung duduk keluar dari balik selimutnya dengan tatapan kosong.Aku terperangah mengamati tingkah anehnya.Berikutnya Rasti berjalan meraih sisir di atas lemari tanpa berbicara sedikitpun.Di depan kaca lemariku yang cukup besar,dia duduk termenung sambil menyisir rambutnya,sedetik kemudian kulihat airmata bercucuran di matanya dengan muka datar dan tidak juga sesenggukan selayaknya orang menangis,aneh sekali saat itu.

Kuberjalan perlahan mendekatinya,Kulihat Rasti yang masih menyisir rambutnya yang panjang di depan lemari.

“Ras kamu pengen makan apa kubelikan ya,seharian ini kamu belum makan,bilang saja apa yang kamu suka nanti aku belikan”tanyaku sembari memegang pundaknya dari belakang.

Rasti menoleh ke arah ku,kali ini dengan mata merah melotot.

“Aku ingin makan kamboja ma melati”jawab Rasti dengan lantang setengah berteriak.
Aku tersentak kaget mendengar jawabannya. Sekejap kemudian Rasti sudah jatuh lunglai,reflek kutangkap tubuhnya.Aku panik seketika melihat keanehan ini,bergegas kuangkat tubuh istriku itu kembali ke kasurnya.

Kupijit-pijit kepalanya,tangan kananku meraih minyak kayu putih di samping meja.Kuoleskan sedikit minyak kayu putih itu diantara bibir dan hidungnya.Tak lama,masih dengan mata tertutup tangan Rasti bergerak menyingkirkan tanganku.Lagi-lagi dia bangkit terduduk kembali dengan tatapan kosong.Aku Cuma duduk terbengong disampingnya,Tenggorokanku seolah tercekat melihat tingkahnya itu.Perlahan tapi pasti kepala Rasti kembali menengok ke arahku,

Argggghhhhh….Rasti meraung kemudian berteriak sangat keras sekali,matanya melotot merah menyala,bibirnya pucat pasi berteriak sekeras-kerasnya sambil mencekik leherku.Aku mencoba melepaskan badanku dan bergeser secepat kilat ke belakang hingga tak terasa badanku menabrak lemari.Spontan aku berteriak minta tolong,yang kulihat kemudian Rasti duduk terdiam dengan rambut acak-acakan menutupi sebagian besar wajahnya.Tak lama keluarga mertuaku datang dan bertanya-tanya apa yang terjadi.

Sedetik kemudian Rasti tertawa cekikikan dengan wajah tertunduk.Pak Giman mendekati Rasti,memegang bahu Rasti tapi tak lama kemudian Rasti kembali mengamuk dan menyerang mertuaku itu.Pak Giman yang tidak menyadari serangan itu,terlempar ke samping lemari.melihat kejadian itu tanpa dikomando,kami langsung meringkus dan mengamankan Rasti yang terus saja menggelinjang tidak karuan sambil tertawa cekikikan.

“Mana melatikuuuuuu,,,manaaaaaa”teriak Rasti keras sekali sembari tertawa cekikikan.

Yang kurasakan saat memegangnya kuakui tenaganya sangat kuat sekali,seolah-olah itu bukan Rasti.Terhuyung-huyung kami melawannya hampir serempak aku dan bapak mertuaku membacakan ayat kursi,selang kemudian yang terjadi tenaga Rasti melemah dan jatuh pingsan.

Aku masih saja bergidik dengan bulu kuduk yang kurasakan berdiri semua.Pak Giman mengangkat tubuh Rasti kembali ke tempat tidurnya,kulihat mulutnya komat kamit mengucapkan sesuatu ditiupkan nafasnya ke telapak tangan kemudian diusapkan berulang kali ke wajah Rasti.Ibu mertuaku menghampiriku menanyakan apa yang terjadi,kujelaskan sejauh apa yang aku tahu,aku sendiri sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi.Lama kami membicarakan tentang keanehan Rasti ini sementara Rasti sudah tertidur kembali di tempat tidurnya.

Sampai pada saatnya satu persatu keluarga mertuaku kembali ke rumah mereka,jujur aku masih merasakan takut yang luar biasa ditinggal berdua dengan Rasti.Kuamati Rasti di sebelahku yang kembali diam terbungkus selimut layaknya orang mati.Masih terbayang di pikiranku bagaimana menakutkannya tadi wajah Rasti saat kesurupan.Merinding sendiri aku membayangkan bilamana nanti kalau saja Rasti mengamuk lagi.Aku mengambil bantal di samping tempat tidur,aku memilih tidur di lantai saja daripada harus di kasur bersama Rasti.Dengan handphone tergenggam kuputar music player mengusir rasa takut dan cemasku.Jantungku masih saja berdegup kencang,aku sungguh bingung sebenarnya apa yang terjadi sebenarnya dengan istriku ini.Kenapa dan mengapa ini semua bisa terjadi dengan Rasti setelah sebelumnya begitu banyak fenomena aneh yang terjadi dalam hidupku….apa jangan-jangan ini ulah dari perempuan misterius bergaun hitam itu….