Detak jam dinding kamarku terasa keras sekali kudengar,keheningan malam seolah menemani ku saat ini, masih dengan otak yang yang berselimutkan banyak masalah.Sudah sedari tadi Rasti tertidur,aku masih saja terduduk di pojok kamar dengan handphone di tanganku.Kali ini aku pusing memikirkan masalah kehamilannya si Rasti.Semakin hari kandungan Rasti semakin besar saja dan sekarang kurang lebih 4 bulan usia kandungannya.Harus bagaimana aku selanjutnya mengatasi masalah ini,bagaimanapun juga cepat atau lambat aku harus jujur kepada keluargaku,terutama Bapak ku.
Semula aku berencana mengakui anak yang dikandung Rasti itu adalah anak kandungku ,tapi sepertinya itu sangat tidak masuk akal,karena selama ini aku baru bertemu Rasti menjelang pernikahanku.Selama itu pula aku tinggal di jawa sedangkan Rasti di Jakarta,bagaimana mungkin dengan jarak yang memisahkan sedemikian jauh,dua insan bisa melakukan hubungan layaknya suami istri dan menghasilkan anak.Sungguh sangat tidak mungkin.Apalagi kalau sampai anak ini nantinya terlahir hampir bisa dipastikan wajahnya tak akan mirip denganku,apa kata Bapak ku nanti jika anak itu sudah terlahir ke dunia baru ketahuan semuanya,bisa-bisa Bapak ku syok dan jatuh sakit mendengarnya.
Kuakui orang yang paling kusayangi selama ini ya cuma bapak.Dibalik perawakannya yang tinggi besar ditambah suaranya yang berat dan tegas sebenarnya beliau sosok yang sangat penyayang terhadap anak-anaknya. Aku sangat menghormati dan kagum dengan beliau,walau terkadang banyak orang salah sangka ketika pertama kali bertemu dengan beliau.Untuk orang yang pertama kali bertemu dengan beliau hampir sebagian besar mendeskripsikan Bapak itu sosok yang garang,angkuh serta seolah tanpa belas kasihan padahal Bapak itu orangnya benar-benar berhati lembut dan tidak tegaan.Pernah ada satu kejadian menarik yang sangat membekas di benak ku tentang Bapak ku ini.Satu ketika usaha keluarga yang telah lama dirintis Bapak ku jatuh ambruk dan terancam bangkrut karena Bapak ditipu mentah-mentah oleh sahabat karibnya dalam berbisnis.Sahabat karibnya itu akhirnya melarikan diri entah kemana.Saat itu aku masih kelas 2 Smp dan keluargaku benar-benar terjebak dalam kehidupan yang susah sekali.
Untuk membiayai sekolahku saja,ibu tiriku harus rela bekerja sebagai buruh dengan mengupas bawang dan membersihkan batang pucuk cabe di pasar, tentunya dengan gaji yang tidak seberapa.Bapak sedemikian stresnya menghadapi masalah keuangan keluarga,sampai berhari-hari cuma mengurung diri di dalam kamar.Sungguh mengenaskan keadaan keluargaku saat itu.Untuk sekedar makan kami hampir tidak punya uang,terkadang sayuran yang telah dimasak 2 hari yang lalu harus kembali dipanaskan untuk kami makan karena ketiadaan biaya walau hanya sekedar untuk membeli sayur yang baru.Sering aku mendapati ibuku sepulang dari pasar membawa sekantong plastik kecil beras yang katanya hasil memunguti beras yang berserakan sisa berjualan pedagang beras.Sungguh miris dan menyedihkan keadaan keluargaku saat itu
Selang sebulan kemudian Bapak perlahan tapi pasti kembali mau untuk bekerja.Saat itu aku sungguh bisa tersenyum kecil menyaksikan Bapak ku kembali bersemangat dan beraktivitas.Memang selalu ada jalan dari Tuhan ketika kita mau berusaha,begitu juga dengan Bapak ku.Tak butuh waktu lama dalam dalam 2 minggu akhirnya Bapak mendapat sedikit keuntungan dari hasil jual beli rumput pakan ternak.Seingatku waktu itu beliau mendapat keuntungan bersih sekitar 800 ribu,kulihat Bapak pulang kerja dengan wajah sumringah.Aku bernafas lega mendengar dan melihatnya,yah setidaknya dalam beberapa hari ke depan aku dan keluargaku tidak akan kekurangan uang dan makan.
“Nak,ini uang 800 ribu kamu belikan mie instan semua ya,pokoknya belikan saja semua entah dapat berapa dos”perintah Bapak ku waktu itu saat aku sedang belajar di kamar
“Oh ya pak,sebentar ya pak,nanti kubelikan kalau sudah selesai PR ku ini”
“Iya terserah kamu saja,yang penting jangan sampai kelupaan”kata Bapak sambil melangkah pergi menuju ruang tamu.
Selesai menggarap sebagian besar tugas sekolahku,aku bergegas naik sepeda anginku,sepoi-sepoi angin sore menyambut ku diluar seolah mengerti kelegaan hatiku yang ikut senang dengan rejeki yang Bapak peroleh.Dalam hatiku bergumam mungkin Bapak ingin beli mie instan sampai berdos-dos agar keluarga kami tidak kehabisan stok makanan kalau saja nanti seret rejeki lagi.Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di warung Pak parjono yang terletak Cuma 300 meter dari rumahku sendiri.Warung Pak Parjono adalah warung paling besar di desaku sekaligus yang terkenal paling murah.Langsung saja aku menyerahkan uang itu untuk ditukar dengan mie instan.Banyak sekali mie yang kudapat di hari itu,sampai aku harus bolak balik dari rumah ke warung dengan sepedaku hanya untuk mengangkut mie instan itu.
“Sudah selesai gor”Tanya bapak ku dibalik pintu ruang tamu.
“Sudah pak,,ini banyak sekali pak”kataku sambil memarkirkan sepeda ku di pojokan rumah
Kulihat Bapak keluar rumah kemudian terduduk di depan tumpukan dos mie instan itu,sambil tergopoh-gopoh membawa setumpuk dos mie instan aku berjalan menghampiri beliau.
“Gor nanti,ini semua kamu bagikan ma tetangga kita ya,terutama yang membutuhkan..jangan sampai terlalu mencolok,Bapak takut nanti dikiranya kita pamer dan riya”bisik bapak di telingaku
Sejenak aku terkaget mendengarnya,…
“Loh Pak,kita saja sekarang kekurangan kenapa juga harus memikirkan orang lain”sergahku seketika mendengar perintah Bapak ku.
“Eh kamu gak boleh gitu,sudah turutin saja kata-kata Bapak ini,percayalah nak Tuhan itu gak tidur..gak mungkin kok kita kelaparan,apalagi kalau kita mau berderma disaat kita sendiri susah”
“Tapi pak…kalau semua dikasihkan orang,besok kita makan pakai apa.”Bantahku dengan setengah gusar
“Sudah jangan banyak tanya lagi,cepat sana kamu bagikan,daftarnya udah Bapak buat,Bapak utamakan tetangga yang sama susahnya dengan kita dulu”kata Bapak lagi dengan menyodorkan secarik kertas.
“Dan kalau bisa jangan terlalu mencolok,nanti malah dikiranya kita pamer ataupun riya’ dalam berbuat kebaikan”kata Bapak ku menambahkan.
Akhirnya dengan terpaksa dan mau tidak mau kuturuti perintah beliau.Dengan berbekal secarik kertas itu,kukayuh sepedaku dan mulai mengantarkan mie instant itu satu-satu.Kulihat wajah sumringah dan senyum mengembang dari beberapa tetanggaku yang kudatangi,tetanggaku yang seorang janda nenek tua yang tinggal di seberang jalan rumahku tak hentinya mengucapkan terima kasih sembari menangis menitipkan salam dan doa kepada Bapak ku.Saat itu aku tidak bisa bohong,aku benar-benar terharu dibuatnya,tak kusangka sedemikian besar kebaikan hati Bapak ku hingga tanpa ragu dan takut menyisihkan semua rejekinya hanya untuk menolong orang lain,sedangkan untuk besok saja bisa jadi keluargaku akan kembali kelimpungan mencari makan,dari sinilah aku semakin kagum dengan sifat Bapak ku.
Allahu Akbar,Allahu Akbar…memang Allah itu maha besar lagi maha pemurah.Entah kebetulan atau tidak aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi setelah itu.Tak dinyana tak disangka selang 3 hari setelahnya Bapak mendapatkan tawaran untuk menjualkan rumah temannya di desa sebelah,tak butuh waktu lama Pak Yadi saudagar sapi tetangga sebelah rumah yang ditawari Bapak ku langsung saja tanpa berpikir panjang mau untuk membeli rumah itu.Setelah proses pembayaran selesai Bapak langsung dikasih temannya itu uang sebesar 4 juta rupiah sebagai tanda terima kasih dan itu hampir 5x lipat dari yang disedekahkan Bapak kemarin.Alhamdulilah Ya Allah,alhamdullilah Engkau berikan tanda kebesaranmu disaat seperti ini.Lambat laun tapi pasti Bapak bisa kembali merintis usahanya,dari sedekah yang tidak seberapa itu akhirnya Bapak bisa kembali bangkit dalam keterpurukannya…subhanallah,maha suci Allah.
Plakk….seekor nyamuk yang menggigit lenganku menyadarkanku dari lamunan,spontan langsung kutepuk nyamuk itu.Kulirik jam dinding kamarku..21.00,apa sekarang saja aku kerumah Bapak dan menjelaskan semua ini.Hari ini hari sabtu,besar kemungkinan Bapak masih terjaga di rumanhya menonton sepakbola liga inggris kesayangannya hingga larut malam.Ya Bapak memang mempunyai kegemaran yang sama denganku,tak lain dan tak bukan yaitu sepakbola.TV kamar kumatikan dan sekilas kutengok si Rasti masih saja terlelap dibalik selimutnya.Tanpa berpikir panjang kuraih jaketku dan kemudian bergegas pulang ke desaku.Kukumpulkan semua tekadku,aku harus berani bicara dengan Bapak sebelum semuanya terlambat,saat ini aku Cuma bisa berdoa semoga saja nanti Bapak tidak marah ataupun syok mendengar kenyataan tentang kehamilan Rasti ini.
Sampai di rumah kulihat keadaan sekitar begitu lengang,kuparkir motorku di samping rumah.Aku berjalan menuju ke dalam rumah kemudian masuk menengok kamar ibuku,ternyata beliau sudah tertidur lelap dikamarnya.Bergegas aku berjalan perlahan ke ruang tamu yang sayup-sayup kudengar suara televise menyala terdengar.Benar saja Bapak ku dengan sarung di bahunya asyik menonton bola di situ.
“Loh gor,ngapain nak malam-malam gini ke rumah Bapak”kata Bapak saat melihat kedatanganku
“Gak papa pak Cuma main,kangen ma Bapak hehe”jawabku sembari mencium tangannya.
“Oalah Bapak kira ada apa,ini Liverpool maennya ganas banget nak,tadi steven gerrard nyetak gol lo”kata Bapak dengan mata kembali mengarah ke TV.
“Haha,,hebat ya pak,kalau gak salah sekarang mereka masuk klasemen 5 besar Pak”Tukasku pelan.
Sejenak kami terhanyut menonton dan membahas dunia bola.Jantungku sekarang sebenarnya berdegup kencang dengan keraguan yang amat sangat.Aduh harus bagaimana ini aku memulainya,apa perlu nanti saja setelah pertandingan bola itu selesai.Lama aku berpikir sampai tak terasa 3 batang rokok sudah kuhabiskan laksana kereta api, sedari tadi mulutku keluar asap untuk menutupi gugupku.Sampai pada akhirnya pertandingan sepakbola di TV itu selesai,kuberanikan tekadku sedemikian rupa untuk membicarakan masalahku.
“Pak,,,anu,igor mau bicara serius sebentar dengan Bapak”
“Bicara apa to nak,kok kayaknya penting banget”jawab Bapaku sembari bergeser duduk mendekat menghadapku.
“Begini pak ini masalahnya gawat sekali,aku Cuma pengen Bapak jangan marah,siapin hati Bapak,,bapak harus janji dulu jangan sampai nanti Bapak kenapa-kenapa karena banyak pikiran habis dengar ceritaku ini ya pak”kataku pelan.
“Wah wah ada apa sebenarnya nak,Bapak jadi penasaran sekarang,iya Bapak janji”jawab Bapak ku
Sejenak aku menghela nafas dalam-dalam dan mendekati Bapak.Kujelaskan satu persatu duduk permasalahanku dengan Rasti.Ketika kubercerita sampai dengan kehamilan Rasti kulihat mendadak raut wajah beliau berubah merah padam seakan ingin marah,cepat-cepat kuberi penjelasan kembali bahwa saat itu keadaan sudah tidak memungkinkan untuk aku menolak karena Bapak sudah terlanjur mempersiapkan acara pernikahan dan juga kujelaskan tentang penyakit jantung dari ibunya Si Rasti yang sama persis diderita Bapak.Aku juga menjelaskan alasan kenapa aku mau menerima anak si Rasti karena aku sendiri mencontoh ibu tiriku, yang dari dulu mau dan ikhlas serta tanpa pamrih merawatku padahal aku bukan anak kandungnya,seperti halnya Pak Giman yang juga mau menerima Ibu si Rasti walau sudah mempunyai tiga orang anak.Tak terasa setengah jam sudah aku terus berbicara dengan Bapak ku yang sedari tadi Cuma mengangguk-anggukan kepala sembari memegang dadanya.Jujur saat itu aku takut,kalau Bapak sudah memegang dadanya bisa jadi itu pertanda penyakit jantungnya akan kambuh.
Sejurus kemudian Aku dan Bapak ku terdiam termenung.Aku sendiri makin gelisah dengan jantung berdebar-debar menunggu reaksi dari Bapak ku.Aku benar-benar ketakutan kalau saja sebentar lagi Bapak pasti akan marah besar.Yang kulihat selanjutnya Bapak bergeser semakin mendekatiku dengan muka marah yang ditahan.Tanpa berkata sepatah kata dalam sekejap Bapak langsung memeluk ku dan menangis.Aku tertegun mematung dan tak bisa berbicara sepatah katapun.Ya Tuhan seumur-umur hidupku baru kali ini aku melihat Bapak ku menangis,sembari terisak-isak Bapak menepuk pundak ku berkali-kali dan akupun akhirnya terhanyut dalam suasana dan tak sadar ikut meneteskan airmata.
“Nak,Bapak gak nyangka kamu masih muda mau berbesar hati menerima anak orang”kata Bapak ku lirih dengan tangan melepas pelukannya dariku.
“Gak papa pak mungkin ini sudah jalannya dari Yang Diatas,toh ibu sendiri selama ini juga mau menerimaku dengan tulus walau aku ini bukan anak dari ibu sendiri”jawabku sambil menyeka bekas lelehan air mata di pipiku.
“Nak, Bapak Bangga denganmu,bangga sekali bapak punya anak berpikiran dewasa jauh dari umurmu,maafkan Bapak Nak,,,bapak gak nyangka akan seperti ini,maksud Bapak tadinya cuma ingin membahagiakan dirimu dengan pernikahan ini”
“Gak perlu minta maaf pak,gak ada juga yang perlu dimaafkan.Doakan saja anakmu nanti baik-baik saja,dan keluarga kecilku ini nantinya diberi pelangi setelah menempuh badai”
“Pasti nak,,itu pasti,,Bapak sayang banget ma kamu,,tentu saja setiap saat Bapak berdoa untuk kebahagiaanmu”
Senyum tipis mengembang di wajahku,lega sekali perasaanku saat ini.Setidaknya sekarang aku sudah tidak perlu lagi pusing memikirkan kehamilan si Rasti.Dan bertambah leganya aku Bapak tidak kambuh jantungnya walau mendengar berita ini.Aku tidak perduli gunjingan orang-orang nantinya saat anak itu lahir…sampai saat ini dan seterusnya segalanya yang terpenting adalah keluargaku.Setidaknya aku ingin terus membahagiakan Bapak ku entah dengan cara dan resiko apapun.Aku tidak mau menjadi anak yang tidak berbakti yang kemudian hanya bisa menyesal dan tertunduk lemas di makam orang tuanya seperti kebanyakan anak muda di jaman sekarang…Ketika kedua orang tuamu sudah meninggalkanmu untuk selamanya,apakah baru saat itu kamu menyadari bahwa selama ini kamu kurang berbakti dengan orang tuamu,apalah daya dan upayamu untuk membahagiakan orang tuamu ketika semua sudah terlambat,,,orang yang paling kamu sayangi sudah terbujur kaku menanti penghakiman di akhir zaman,,,naudzubillahimindzalik.