Hantu Di Sana Itu Istriku #28 - Cerita Seram Kaskus

Hantu Di Sana Itu Istriku #28

Pembonceng Misterius
Seminggu sudah aku cuti dari kerjaan untuk acara pernikahanku,tak terasa hari ini aku sudah diharuskan untuk masuk kerja.Akhir-akhir ini aku semakin tidak bersemangat dalam bekerja apalagi yang kupikirkan kalau bukan masalah rumah tanggaku yang masih seumur jagung ini.Belum juga berapa hari pernikahanku dengan Rasti aku sudah terlibat dalam perang dingin dengan istriku.Penyebabnya karena Rasti tidak pernah mau menceritakan awal mula dia bisa bertato seperti itu,aku begitu penasaran dan ingin tahu sebenarnya apa saja yang dilakukannya di masa lalu.Tapi setiap kali kutanya lagi-lagi dia menjawab berbelit-belit,malah menjelaskan arti tatonya yang tidak penting banget menurutku,persetanlah batinku dan puncaknya kalau sudah terdesak,dia akan langsung marah reflek meraih selimut menutupi semua tubuhnya kemudian tidur tak ubahnya seperti jenazah tanpa gerak sedikitpun sampai pagi menjelang.

Sore hari itu dengan setengah melamun aku melaju dengan motorku pelan menyusuri jalan untuk pulang.Banyak sekali yang kupikirkan saat ini,seolah satu masalah belum selesai sudah datang lagi masalah yang lain.Pusing kepalaku kurasa apalagi akhir-akhir ini si Rasti bersikeras tidak mau kuajak pindah ke kota,katanya dia belum siap untuk jauh dari ibunya,sungguh alasan yang tidak masuk akal mengingat selama ini dia merantau di Jakarta yang tentu saja jauh dari ibunya.Karena aku tidak mau ada keributan,terpaksa sudah aku harus mengontrak rumah yang tidak jauh dari mertuaku.Dan sekarang aku repot dibuatnya karena nantinya hampir bisa dipastikan aku harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam bolak balik dari rumah ke tempat kerja.

Ya ampun,kenapa pernikahan ini malah membuatku semakin susah dan sulit.Sampai kapan ya Tuhan aku harus begini,aku sendiri kini sering merasa putus asa nyaris tanpa semangat hidup.Awan hitam bergulung di sore hari ini seolah ikut merasa muram melihatku pulang dengan perasaan gundah tak terkira ini.Tinggal 3 perempatan jalan lagi aku sudah akan sampai di desa Rasti,gumamku dalam hati.Sampai di perempatan kedua,aku merasa tiba-tiba sepeda motorku terasa berat sekali untuk melaju,apa jangan-jangan ban motorku bocor.Sejenak aku meminggirkan sepeda motorku di tepian jalan,kemudian akupun turun memeriksa keadaan ban sepeda motorku.Kupencet-pencet kedua ban itu muka belakang,ahhh ban motorku masih penuh dengan angin kenapa motorku jadi gak enak dipakai gini.Sejenak aku terheran-heran sebelum akhirnya sesuatu seperti nafas hangat ditiupkan di sekitar leherku.Aku meloncat ketakutan dan reflek menstarter kembali motorku untuk melanjutkan perjalananku kembali namun baru beberapa langkah aku kembali merasa seperti ada sesuatu di belakangku.Kupelankan kembali laju motorku sambil kutolehkan sejenak kepalaku ke belakang,ah tidak ada sesuatu apapun,mungkin ini Cuma perasaanku saja.

Sampai juga akhirnya aku di perempatan terakhir jalan masuk ke rumah kontrakanku yang berada tepat di belakang mertuaku itu.Semilir udara hangat kembali terasa berhembus di leherku,seketika aku bergidik dan reflek memegang leherku,seperti ada seseorang yang meniupkan nafasnya di leherku ini.Ahhhh sudahlah tolong jangan ganggu aku saat ini,siapapun kamu,batinku dalam hati kusadari bulu kuduk aku kini berdiri semua dibuatnya.

Sampai di rumah aku langsung bergegas ke kamar untuk berganti baju,kulihat Rasti duduk di pojokan kamar sambil menonton TV.Aku tidak juga menyapanya,dia juga cuma terdiam walau melihat aku pulang dari kerja.Diatas meja kecil samping tempat tidur kulihat sepiring nasi beserta lauk dan segelas teh sudah terhidang diatasnya.Kuminum segelas teh itu untuk mengusir rasa haus yang sedari tadi mengusik ku.

“Baru pulang mas,gak lemburkah”Tanya Rasti memecah keheningan suasana.

“Iya,tidak ada tadi,mungkin besok baru diperintahkan untuk lembur”jawabku sekenanya.

“Ohh,,ya sudah makan dulu gih,itu tadi aku sudah masak sop ayam buat kamu mas”

“Iya Ras,nanti saja,belum lapar aku”

Kuakui hubungan suami istriku ini sangatlah kaku,sungguh ingin aku suasana ini menjadi cair dan akrab Seperti pasangan pengantin pada umumnya,tapi entah kenapa setiap kali aku mengobrol dengan Rasti seakan-akan tidak pernah nyambung.Mungkin saja karena banyak hal yang aku dan Rasti sukai benar-benar berbeda adanya.Semisal aku sangat menyukai sepakbola,Rasti ternyata justru sangat tidak suka.Dia bilang olahraga sepakbola tidak lain cuma sekedar permainan konyol antara 11 orang berhadapan hanya untuk memperebutkan 1 bola,benar-benar permainan aneh dan konyol katanya.Rasti sangat menyukai kuliner yang sangat berasa pedas,katanya kalau sehari saja tidak makan cabe atau sambal rasanya badan ngilu semua dan itu sungguh terbalik dengan selera makanku yang sangat tidak menyukai dengan makanan pedas.Satu kebiasaan Rasti yang baru aku tahu,tiap malam hampir selalu acara TV yang dia tonton cuma sinetron,ahh bukannya gimana aku paling tidak suka sinetron karena sama sekali tidak mendidik menurutku,aku lebih suka acara berita yang bisa menambah wawasan.Begitu banyak perbedaan kami hingga mungkin seandainya dimuat dalam 1 buku pun hal itu tidak akan muat.

Segera setelah berganti pakaian aku menuju belakang rumah,lebih baik aku bersantai di kedai kopi Pak Joyo,tetangga baru yang kedainya tepat di belakang rumah yang kukontrak ini. Aku berjalan perlahan ke warung itu dengan sedikit berjinjit karena tanah di sekitar jalan itu becek karena mungkin tadi disini turun hujan.Sampai disana kulihat sudah ada 3 orang tetangga desa,belum seminggu disini sedikit banyak aku sudah mengenal satu persatu tetangga Rasti.

“Assalamualaikum”kataku sambil mengangkat tangan kanan sembari melepas senyum di wajahku kemudian duduk di kursi pojokan kedai.

“walaikumsalam”jawab Pak Joyo serempak dikuti yang lainnya.

“Wah-wah pengantin baru,dingin-dingin gini kok malah keluar,bukannya sekarang sudah punya mainan baru hahaha..”canda Pak Tugi yang duduk disampingku.

“Haha…enggak pak ini akunya aja pengen ngopi sambil ngobrol melepas lelah”

“Loh-loh emangnya istri di rumah gak mijitin ya liat suaminya kecapekan..dipijit istri lebih berasa lo dibanding dipijit tukang pijat,rasanya nikmat geli-geli gimana gitu”celetuk Pak Supri diikuti dengan tawa yang lainnya.

Aku cuma tersenyum garing mendengar candaan Bapak-bapak itu,dalam hatiku sedikit merasa miris,tidak seperti halnya pengantin baru,pernikahanku ini tak ubahnya cuma status diatas kertas tanpa ada kasih sayang dan keharmonisan di dalamnya.Berselang waktu kemudian kami larut dalam pembicaraan membahas isu-isu yang lagi menghangat di negri ini,kadang kami tertawa terbahak-bahak ketika mendengar candaan Pak Tugi yang memang berkarakter humoris.

Derap suara langkah orang kudengar dari arah barat kedai itu,kutolehkan kepalaku ternyata suara langkah Pak Umar menuju kedai Pak Joyo.

“Halo pengantin baru cie,cie mentang-mentang masih baru pulang kerja langsung aja mboncengin istri”ujar Pak Umar sesampainya di warung dengan mata mengarah kepadaku

Sejenak aku mengernyitkan dahi,terheran dengan maksud perkataan Pak Umar.Maksud Pak Umar apa ya,dari tadi aku pulang kerja ya sendirian tanpa memboncengkan siapa pun.

“Maksudnya gimana pak,ah pak Umar ini bisa saja kalau mengada-ada”jawabku pelan.

“Ha ha ha,masih saja ngelak lah tadi di perempatan jalan depan desa kulihat mas igor tadi boncengan kan ma istri,masih juga sore kok Rasti udah pake gaun mas,,apa udah gak sabar bikin anak ya”kata Pak Umar serempak diikuti dengan tawa renyah orang-orang di kedai itu.

“Loh sebentar pak Umar,aku tadi pulang cuma sendiri,aku masih gak ngerti perkataan sampean”tanyaku penuh heran.

“Yaelah tadi sore mau maghrib itu aku lagi motongin rumput di kebun,liat mas igor jelas-jelas boncengan ma cewek rambutnya panjang pake gaun item,la kalau bukan Rasti istrimu ya siapa lagi to mas igor”jawab Pak Umar.

Astagfirullah dalam hati aku bergumam,jadi tadi di jalan ketika aku merasa motorku berat untuk melaju ternyata dibonceng perempuan itu.Aku bergidik,bulu kuduk ku sekarang seakan berdiri menyeruak di sekeliling leherku,desir angin malam mendadak terasa makin dingin kurasakan.Ya ampun sebenarnya makhluk apa yang mengikutiku selama ini,apa maksud dari semua ini.

“Oh iya pak aku lupa tadi boncengin si Rasti tadi pake gaun karena semua pakaiannya belum kering kan sekarang sering banget hujan jadi jemuran gak ada yang kering semua”jawabku berbohong sembari merogoh kantongku untuk membayar kopi yang kuminum tadi.

Tanpa banyak kata aku bergegas hendak pulang ke rumah dengan dalih masih banyak kerjaan dari kantor yang harus kuselesaikan.Tak lagi kuhiraukan wajah orang-orang itu yang menatapku dengan penuh keheranan.Kulangkahkan kakiku dengan cepat,perasaanku menjadi tidak enak dan tidak karuan, berkali-kali aku menengok kepala ke belakang hingga sampailah aku di rumah kontrakanku itu.Sesampainya di rumah kulihat si Rasti sudah tertidur dengan seluruh tubuh diselimuti selimut,aku cukup terheran dengan kebiasaan tidur si Rasti,begitu nyenyaknya dia tidur dengan posisi seperti itu tanpa merasa pengap sama sekali bahkan nyaris tak bergerak sedikitpun.Remote TV itu kuraih,sedikit volumenya kutambah mengusir ketakutanku,selimut di kasur kutarik menutupi sebagian badanku…lama ingin kupejamkan mata ini tapi malah aku tidak bisa tertidur,aku malah membayangkan yang tidak-tidak,seandainya benar kata Pak Umar berarti tadi ketika aku merasakan ada hembusan nafas di sekitar leherku ketika pulang itu berarti dari makhluk itu,,,argggghhhhh sudah sudah aku tidak mau terjebak dalam ketakutanku ini.Aku umat muslim tidak seharusnya takut dengan hal seperti itu,secepat kilat aku berdoa untuk tidur semoga saja dengan doa hatiku menjadi semakin tenang.