Adalah kejutan yang sangat luar biasa saat pertama saya melihatnya secara tiba2 berada dihunianku
Wajah cantik yang selama 2 tahun ini hanya berada dianganku kini secara nyata sudah berada persis didepanku dan sangat mudah untuk kuraih.
“nduk ... kamu pergi sejauh ini?”
“disinilah aku mas, akhirnya aku bisa sampe ke kamu,tentunya ini berkat bantuan Dewi”
Saya menggenggam jemari lentiknya, merasakan hangat telapak tanganya. Saya memasukan jari ke sela2 jemarinya dan menggenggamnya lebih erat lagi..
Kami kembali bertatapan dan saya menikmati betul rona wajahnya yang memerah, mata kami saling berhadapan dan saya melihat binar matanya mulai berair, dua tetes air mata meluncur dari bola mata yang terlindung lensa minus itu..
“aku bersyukur mas bisa melihatmu setelah sekian lama”
“dan aku juga bersyukur punya pacar yang cukup gila buat nyusul aku sampe sini”
Pertama dan mungkinkah yang terakhir?, itulah sebuah kalimat tanya yang timbul dipikiranku saat melihat Risa. sudah bertahun-tahun saya mengenalnya, tidak terhitung berapa moment saya lewati denganya.. beberapa kali saya memflashback ingatanku saat kali pertama kami bertemu.
senyumanya, nada suaranya yang tinggi, sikap galaknya, tingkahnya yang aneh dan lucu, kelembutanya, kepintaranya...semuanya.... semuanya saya ingat..
bertahun-tahun kami lewati bersama dan sampai dia menyusulku tidak merubah perasaanku walau secuil, dah bahkan saya merasa lebih menyayanginya.
***
“mas tau gak?” ucapnya dengan cubitan khas yang mendarat dilenganku
“enggak” jawabku ketus dengan meringis karena menahan cubitan yang nylekit tapi selalu kurindukan itu..
“dihh... jawab dulu napa mas” jawabnya dengan nada suara sebal dan raut muka dibuat-buat
“yaa aku gak tau nduk, kamu gak ngasi tau apa2 langsung nanya tau gak -_-“
Jawabku dengan tak kalah heboh..
“hehehe, ini mas. Kamu tau gak ini apa?” risa menunjukan sebuah buku bersampul kulit dengan lubang yang menyerupai lubang kunci yang mengait buku iu...
“itu apa sih nduk? Kotak amal yak? Kok ada gemboknya segala? “
“ihhh,, kelamaan disini kok malah jadi bego sih mas?” jawabnya sambil sekali lagi mencubit lenganku yang sudah mulai terasa melepuh karena sejak pagi jadi sasaran empuk cubitanya, tapi Saya membiarkanya berbuat apa maunya, di tonjok pun mungkin saya ikhlas...
“ini buku harian khusus mas” jawabnya sambil meraba cover kulit tebal itu....
“khusus untuk?”
“khusus untuk setiap moment kita, atau paling gak apa yang menyangkut tentang kita”
Saya menyaut buku itu dan berusaha melihat isinya, di gembok.. buku itu dikunci, dengan sebuah kait yang membuatnya tidak bisa dibuka.
“bukain dong nduk” pintaku padanya
“gak usah ya ” jawabnya dengan wajah tengil sambil memonyongkan bibirnya..
“dihh gitu ah kamu nduk” balasku sambil menjitak kepalanya pelan
“Heheh, buku ini udah lama banget mas, udah dari smp. aku belum pernah cerita ya?"
saya melirik kearah buku setebal kamus 1 triliun itu,di dalam halaman2nya seperti terselip beberapa potongan kertas yang terlihat menjembul.
“iya makanya sini to nduk, bukain ini kuncinya” ujarku dengan penasaran.
“ga mauk “ kali ini dia semakin mengejek dengan lebih memonyongkan bibirnya.
“hihh nih anak”
“hehe, besok ya mas.. pas aku balik ke jogja buku ini mau aku tinggal, aku udah nulis dari A sampe Z tentang kamu, apa sukanya, apa dukanya. pokoknya banyak, kayaknya berlebihan ya? Biarin wekkk :P, buku ini udah bantu aku biar gak lupa setiap moment yang aku abisin sama kamu mas. Otaku gak bisa menyimpen memori seefisien otakmu mas, dan buku ini udah banyak bantu aku, awalnya aku kira dengan bolak balik halaman buku ini bakal ngilangin kangenku sama kamu, api aku salah, setiap aku buka lembar tulisanku ini malah bikin tambah kangen, makanya abis dari sini mau aku tinggal aja “
Saya tersenyum mendengar jawabanya, saya menjulurkan tangan dan membelai lembut rambutnya,dengan gerakan pelan tangan saya turun dan merangkulnya sambil berjalan menyusuri perkebunan anggur di Yarra Valley Victoria, hari itu kami menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama berpisah.. dan Yarra Valley menjadi pilihan kami untuk menikmati matahari hangat di langit victoria...
***
Kami berteduh dibawah pohon cecille oak yang rimbun, pohon yang banyak ditemui di asia bagian utara dan eropa ini mungkin dibawa orang inggris waktu mereka pertama kali menginjakan kaki di Benua ini. Udara cukup menyengat siang itu, cuaca di Aussie memang sedikit lucu, kalian bisa merasa keddinginan, tapi setengah jam kemudian kalian akan merasakan hawa panas surya yang tidak diduga.
Saya menggenggam tangan putih Risa, dia menyadarkan kepalanya di lenganku, wajahnya yang damai terpejam dengan senyum yang tidak mau hilang dari wajahnya, kami duduk di rerumputan yang mulai merangas karena hawa panas, “negeri yang beruntung” seorang penulis australia pernah mengatakan itu, negara yang selama beberapa tahun saya tempati ini memang unik, selama ribuan tahun hanya ditempati oleh suku endemik Benua itu, dan baru tahun 1788 mulai dihuni oleh penjelajah asal inggris, Sydney menjadi Kota saksi dimana peradaban baru dunia lahir, setiap tahun semakin ramai pendatang2 baru dari eropa yang datang dan bermukim disini, mendirikan kota2 baru dan peradaban yang maju, negara yang menjadi bagian persemakmuran inggris ini dengan magisnya menyulap dataran kering menjadi tempat yang sangat layak huni dengan standar taraf hidup yang tinggi per kapita penduduknya. Saya memang pendatang baru yang hanya tinggal semmentara untuk merampungkan studi disini tapi lama kelamaan tempat ini membuatku kerasan, kedisiplinan warganya, kebersihan tempat umumnya, sistem pemerintahanya yang dekat dengan rakyat, pendidikan dan kesehatan merupakan hal utama yang menjadi konsentrasi pemerintahan disini. saya sering membandingkan dengan negara tempatku berasal lewat berita2 dari internet, ya sangat kontras perbandingannya, negara ini hampir unggul dari setiap aspek yang saya bandingkan..
Terutama masalah birokrasi atau administrasi. Menurut saya di Indonesia sedang dilanda kegilaan administrasi, semua hal harus sesuai jalur birokrasi dan administrasi yang bertele-tele, “yang penting administrasi beres, kalo urusan kenyataan dilapangan urusan belakangan” begitu yang saya rasakan dengan sisem kelola di Indonesia.
Tapi tentunya tidak ada tempat yang nyaman selain rumah, jika saya diminta memilih akan tinggal dimana saya di masa yang akan datang besok maka saya akan langsung menjawab Indonesia, negara dengan sejuta pesona, terlepas dari semua ganjang-ganjing dan ribuan problemnya,dan juga kebusukan oknum pemerintahan di dalamnya, saya tetap mencintai negeriku.
Right or wrong is my country ada pepatah mengatakan seperti itu.
“jika ada masalah di negeriku, jika ada kebusukan yang dipelihara, jika ada orang benar dihukum maka yang harus membereskanya adalah kami pemuda” beberapa kali terbesit diotaku untuk untuk menjadi seorang guru agar bisa ikut andil dalam perbaikan pendidikan di Negaraku, tapi pikiran itu segera kutepis karena tidak cocok dengan bidang keilmuan yang sedang kutempuh.
Saya akan mengabdi dengan caraku sendiri, begitu kataku berulang2 dalam hati.
Saya menunduk dan melihat tanganku yang sedang digenggam erat oleh risa, di pergelangan tanganku melingkar gelang pemberian risa yang selalu setia terpasang disitu, saya menjadi teringat pada beberapa tahun lalu ketika kami bergandengan tangan akan terlihat perrbedaan warna yang mencolok, risa yang putih bersih akan terlihat kontras dengan warna kulitku yang dulu hitam karena terpapar polusi gara2 seharian berpanas2an di jalanan kota jogja yang semakin menjakarta, tapi kini karena lama tidak terkena sinar matahari dan polusi dalam jumlah besar tampaknya saya menjadi lebih putih. Risa ini adalah gadis yang sangat mudah beradaptasi termasuk dalam hal tidur, lihatlah gadis periang itu kini benar2 terlelap dengan santainya gelendotan dipundaku dengan suara nafas yang lembut, saya tersenyum sambil menikmati semilir angin yang mulai bertiup menyejukan.
Saya memainkan jemarinya, saya mengelus jari manis jemari lentik itu sambil berpikir, akankah suatu saat nanti sebuah cincin akan melingkar disitu? Tentunya jika ada cincin melingkar disitu harus saya yang memberikanya. Risa risa.. kedatanganmu kesini membuatku benar2 merasa di rumah, kamu adalah Indonesia kecilku..
Saya menyandarkan kepala kebatang pohon besar itu, saya memejamkan mata sambil membayangkan apa yang benar2 ingin saya lakukan setelah studiku selesai, saya harus segera mencari spesialisasi ilmu kedokteran apa yang benar2 ingin saya ambil, kira2 apa yang dibutuhkan orang2ku di Indonesia sana?
“Australians all let us rejoice,
For we are young and free;
We've golden soil and wealth for toil;
Our home is girt by sea;
Our land abounds in nature's gifts
Of beauty rich and rare;
In history's page, let every stage
Advance Australia Fair.
In joyful strains then let us sing,
Advance Australia Fair.”
Sayup2 saya mendengar potongan bait pertama dari lagu kebangsaan autralia advance Australia Fair karangan Peter Dodds McCormick, dan dari kejauhan tampak bendera berwarna biru dengan logo union jack dan bintang federasi berkibar tertiup angin. Saya menegadah sambil mengimajinasikan bahwa lagu yang saya dengar adalah lagu Indonesia Raya, dan yang berkibar itu adalah sang saka Merah-Putih.
"aku tidak akan lama disini, aku akan pulang"
**
“mas gak mau, gak enak itu, cari nasi padang aja yuk” omel risa saat kami makan disebuah kedai makanan tradisional australia di kompleks food court yang berada di komples perkebunan wisata itu.
“itu gara2 kamu sendiri kan nduk, udah makan aja bawel :P , siapa suruh pesen meat pie sama burger” ujarku dengan tak kalah bawel, penyakit sok taunya kambuh dengan sok sokan memesan makanan yang mungkin asing dilidahnya, dia memesan meat pie sebuah kue dengan daging yang lembek didalamnya, memang makanan ini adalah makanan tradisional yang populer disini, tapi untuk lidah orang indonesia apalagi dari jawa seperti Risa mungkin akan mutah karena eneg, dia juga memesan burger, FYI burger disini berbeda dengan burger yang dijual di toko waralaba sekitar rumah kalian, saya sudah mengatakan kalau burger disini pake telor yang becek sama dagingnya itu pake daging kangguru, tapi karena si Risa lagi “kumat” dia tetap nekat memesan kedua makanan itu, dan akhrinya dia mual2 dan ngotot untuk dicarikan makanan padang di daerah yang cukup sulit ditemukan disini, duhhh nih anak ...
Saya memutar otak agar frekuensi suara bawel risa ini dapat turun, saya sudah merasa tidak enak dengan tatapan orang2 disekitarku, mungkin mereka menganggap kami adalah pasangan yang sedang bertengkar karena si cewek ketahuan hamil, soalnya risa disitu bergesture orang yang mual2 sambil memegangi perut.. Yassalammm
Saya mengambil daftar menu dan memesan satu makanan yang mungkin akan cocok dengan seleranya, makanan itu adalah chiko roll, makanan serupa kebab dengan isian daging dan sayuran, tapi kalian tau apa yang risa katakan? Bukan ucapan senang ataupun terimakasih, tapi dia makin kenceng memprotes
“mas!!, aku jauh2 sampe sini masak Cuma diajak makan martabak?, kalo ini mah bang zanuri pedagang martabak samping rumah juga bisa bikinin :P “ dan saat itu saya Cuma bisa mengurut jidat sambil bilang.
“wis sakarepmu nduk” (dah terserah kamu nduk).
Saya mengecek PDA dan membuka beberapa email masuk, bukan main senangnya saat mendapat email dari Mr.Nochka yang mengatakan bahwa ada penundaan jam mata kuliah dikarenakan beberapa sebab, lucky ....
“kenapa mas senyum2?,dapet gebetan baru ya?” tanya risa dengan menyelidik, mulutnya sik mengunyah beberapa butir anggur dan buah pulm yang kami petik tadi..
“besok aku gak ada kuliah nduk, jadi kita bisa jalan2 lagi ”
“ehh seriusan mas??, wahh pengertian banget mas dosenmu” ucapnya dengan berteriak sambil menggebrak meja sampai beberapa pengunjung lain kembali menoleh kearah kami, dan disitu saya Cuma bisa menunduk sambil menutup wajah dengan daftar menu..
“jangan bikin malu to nduk” ucapku dengan berbisik tapi cukup keras
“aku soh sebodo amat mas :P “ jawabnya cuek sambil menyedot milkshake sampai keluar bunyi srruuutttttt...
Hadeuhhhh bener2 nih anak..
****
Hari yang sempurna, ya benar2 hari yang sempurna..quality time yang sudah saya tunggu2 akhirnya terlaksana hari ini, kami berjalan menanjak, menaiki gundukan tanah yang menyerupai bukit, matahari sore berpendar indah, Yarra valley, sebuah tempat wisata kebun yang menyenangkan, sebenarnya bukan tempatnya yang membuat susana ini begitu indah. Tapi gadis didepanku, kini dia berada didepanku sambil tersenyum cantik sekali, ada 2 keindahan yang secara bersamaan kulihat.. pertama adalah paras cantik risa yang kini melingkarkan kedua tanganya di leherku, dan keindahan lain adalah latar tempat kami berdiri, sinar matahari yang mulai tenggelam dan meredup membuat gradasi warna yang indah, sinar jingga matahari terbenam mmbuat daun2 anggur dan pulm di Yarra Valley yang berguguran tampak kemilau, ditambah angin yang bertiup menerbangkan daun2 itu membuatku seolah berada di sebuah tempat di serial film Hollywood..
Wajah kami semakin dan saat Risa memejamkan mata saya membisikan sesuatu yang secara tidak sadar tapi ikhlas dan tulus meluncur dari mulutku...
“Risa maukah kamu menikah denganku?”
Risa seakan kaget, dengan cepat dia menutup mulutnya sambil memandangku seolah tidak percaya dengan kalimat cepat yang saya ucapkan tadi..
“mas.... kamu ??” ucapnya seakan tidak percaya ...
=== Cerita Selanjutnya ===