Begitu juga saya yang bertanya,kenapa tuhan ‘memberikan saya tambahan indra disaat teman saya yang lain bisa menikmati ke normalan dengan 5 indra mereka. apa tujuanya? Beberapa waktu setelah dewi menanyakan itu malah membuat saya terganggu.
Saya berpikir dan mencoba mencari jawaban apa yang paling pas untuk menjawabnya.
Sampai saya berhenti pada sebuah kesimpulan yang sederhana..
“Tuhan tidak memberi alasan untuk pemberian takdirnya, tapi tuhan memberikan alasan untuk kita menjalani takdirnya dengan ikhlas”
Lantas apa alasanya? Tentu agar kita menjalani kodrat kita sebagai seorang “hamba”,sebagai pesuruh Tuhan,yang menerima segala apa yang dikaruniakan-Nya. Tuhan akan memberikan takdir sesuai dengan apa yang mampu dan apa yang bisa kita jalani, sesuai dengan tanggung jawab yang mampu kita pertanggung jawabkan. dan tuhan sudah memberikan berbagai jalan untuk kita menjalani takdir kita..
Kita tidak akan mendapat takdir menjadi sorang yang besar tanpa berbuat besar, kita hanya akan mendapat bagian kecil dengan aksi yang kecil pula, karenaTuhan akan memberikan tanggung jawab besar kepada orang yang mampu melaksanakanya.
Maka lahirlah sebuah kalimat
“Tuhan tidak akan menguji manusia diluar batas kemampuanya” saya rasa sedikit demi sedikit seiring dengan kedewasaan saya, saya mulai faham...
Faham jika Tuhan memberikan jalan tersendiri untuk saya menjalani takdir-Nya
kala itu adalah musim dingin, saya sudah menjalani ibadah puasa dengan lancar di tanah suku aborigin ini,tidak terlalu berat sebenarnya karena selain sudah terbiasa di Melbourne waktu berpuasanya relatif singkat, walaupun tidak berselisih jauh dengan waktu berpuasa di Indonesia.
Lebaran disini juga tidak seramai Idul Fitri di tanah kelahiran, biasanya saya dan kawan akan menuju kota monash, dimana di kota itu banyak warga Indonesia yang menetap. Itu sedikit mengobati rinduku, dengan suasana yang dibuat semirip mungkin seperti perayaan lebaran dirumah oleh komunitas Indonesia disana. Setaun sekali paling tidak saya bisa menikmati ketupat dan opor ayam, kalau beruntung saya akan mendapati menu2 jawa seperti sambel krecek dsb. saya cukup krasan di Ausie walaupun disini harus menahan rindu dengan seseorang...
Risa, siapa lagi kalau bukan dengan dia.. Cinta pertama,tidak berlebihan jika saya menyebut risa sebagai Cinta pertama saya.
Kami masih rutin berkomunikasi, kami bertukar kabar via teks dan via suara, jika mendengar suaranya diujung telefon kadang membuat pikiran saya melayang, membayangkan bagaimana dia sekarang. Setiap ada kesempatan kami bertukar foto melalui email. Dan setiap saya mendapat kiriman foto darinya semakin bertambah pula rasa kangen ini...
“aku pengen pulang nduk” kataku kepada risa, saat kami sedang ngobrol via telfon..
“kelarin dulu studinya mas, baru balik sini” risa menyikapi perkataanku dengan bijak
“yahh masih 2 tahun lagi nduk, itu juga belom spesialisnya”
“hihi, ya ditahaan kangenya.. 2 taun doang”
“2 tahun tu lama ndukk”
“hihi.. iya mas,mo gimana lagi juga mas. Padahal aku libur luamaa lho mas, kira2 ngabisin libur sama siapa ya “
“Gak usah mulai deh nduk”
“hehe maaf mas, udah dulu yuk.. mahal kan tarifnya, mas jaga diri ya”
“begitu juga kamu nduk”
“i love you mas, bye”
Klik, pembicaraan kami terhenti
“i love you more” saya belum sempat menjawab kata-kata risa, dia sudah terlanjur menutup teleponya.
Ya kami sudah tidak bertemu selama 2 tahun, tahun ini rasanya saya tidak bisa kembali ketanah air, dikarenakan banyaknya tugas pratikum yang menjadi tanggunganku. Banyak yang harus saya kerjakan apalagi tugas laporan dari perkuliahan yang semakin bengis diberikan dosen. Membuat saya tidak bisa berlama-lama bersantai, tidak ada liburan idul fitri seperti di indonesia, tapi saya beruntung saat momen sholat Ied selalu bertepatan dengan jatah libur kelas saya...
Hari itu adalah hari satu syawal, dimana seluruh umat muslim diseluruh dunia sedang merayakan hari suka cita, hari raya idul fitri.. saya dan kawan serumah seperti tahun2 sebelumnya selalu merayakan momen tahunan ini di kota monash....
“selamat hari raya zal, mohon maaf lahir dan batin”ucap wayan sambil menyalamiku..
Seluruh temanku ikut merayakan momentum lebaran ini, walaupun wayan beragama hindu dia tetap menghormati dengan cara memberikan ucapan selamat hari raya, satu bentuk toleransi beragama yang menyenangkan..
Saya menikmati betul hari itu, suasananya, hidanganya, dan tentu saja ramah tamah khas bumi nusantara, semua berbaur dalam satu tempat dan penuh hikmat merayakan hari besar umat muslim itu.
“mereka bahagia ya zal?” kata dewi yang duduk disampingku..
“kita juga iya kan wi?”
“bukan gitu.. lihat mereka” kata dewi sambil menunjuk seorang perempuan yang sedang berbicara lewat telpon.
“mereka pasti lagi nelfon keluarga mereka, ya walaupun berjauhan mereka masih bisa ber halal bihalal via suara, kamu juga masih punya kerabat buat merayakan Idul fitri, lebaran itu punya dua sisi buatku zal, bisa menyenangkan bisa juga sebaliknya. Aku suka dengan suasana lebaran, umat muslim mana yang gak suka. Tapi di satu sisi melihat kebahagian orang lain yang menghabiskan waktu lebaran dengan keluarga juga bikin aku iri..egois ya.. hehe”
Saya menunduk mendengar perkataan dewi, ya saya memang lebih beruntung karena paling tidak saya masih memiliki kerabat, tapi tidak dengan dewi.. wajarlah jika di hari spesial ini dia merindukan sosok keluarga yang sebenarnya...
“suatu saat kamu bakal ketemu orang tuamu wi” jawabku sambil menggenggam pundaknya..
“aku memang merindukan mereka zal, tapi aku gak mau ketemu mereka” jawab dewi sambil beranjak meninggalkanku..
Mungkin suasana hatinya sedang buruk, dan saya merasa bukan hal bijak mengganggunya sekarang.
Hari berganti, dan masih dalam suasana bulan syawal, saya pun sudah menelpon om bowo beserta keluarga, tak lupa saya juga menelpon om hamzah untuk mengucapkan selamat idul fitri, dan tentu saja risa sudah saya telpon semenjak pagi hari pada 1 syawal kemarin.. saya merasakan ada perbedaan dari risa, wlaupun sedikit tapi saya merasakan perbedaanya, saya merasa risa bertambah dewasa, dari cara bicaranya yang lebih tenang dan teratur, dia tidak lagi asal nyablak seperti dulu, dia tidak lagi menggunakan nada suara yang kekanakan, risa yang sekarang bertambah lebih lembut dari pada terakhir kali saya tinggalkan dulu. Walaupun tidak dapat menutupi tabiatnya yang galak. Tapi paling tidak dia sudah tumbuh menjadi gadis yang lebih dewasa..
Saya sudah kembali pada rutinitas saya, berangkat pagi, pulang sore atau bahkan tengah malam..
Saya sudah menghabiskan mata kuliah umum dan tinggal merampungkan beberapa laporan pratikum untuk mengakhiri semester ini..
Dan hari itu saya harus merelakan waktu istirahat saya untuk lembur mengerjakan laporan di kampus.. jam menunjukan pukul 22.00 saya buru2 menuju parkiran di basement untuk mengambil sepeda dan segera pulang ke hunian.. langit yang mendung sudah menunjukan akan ada hujan, dan mungkin akan ada badai karena angin bertiup cukup kencang,saya buru2 mengayuh sepeda dsambil sesekali tolah-toleh kekiri dan kanan karena malam hari itu menurut saya cukup horror, apalagi saat melewati ruangan yang biasa digunakan untuk otopsi mayat.
Beruntung tidak ada gangguan,satu2nya kesialan yang terjadi adalah hujan suda turun begitu saya sampai didepan gerbang kampus.
Sebenarnya jarak antara hunian dan kampus tidak terlalu jauh, dengan bersepeda hanya akan memakan waktu sekitar 5 menit untuk sampai, tapi karena hujan cukup deras saya mengurungkan niat untuk segera pulang. Saya menepikan sepeda ke sebuah kedai yang terletak tidak jauh dari gerbang kampus saya duduk dan memesan coklat panas..
Kring... sebuah bunyi notifikasi di hp menunjukan ada pesan masuk.. saya merogoh saku celana dan mengecek siapa yang mengirimi saya pesan selari itu..
Dewi.. pesan itu dari dewi..
“zal, kok belum balik?..kamu bawa buku biomedis punyaku?..aku lagi butuh nih buat bikin tugas. Segerabalik ya”
“ok”saya mebalas sms dari dewi singkat saja. Dan tidak berapa lama pesanan coklat panas saya sudah datang. Saya tidak bisa berlama-lama menikmati pesanan saya karena dewi sudah menungguku, tidak enak juga karena saya membawa buku kepunyaanya.. saya meminum coklat panas yan ternyata benar2 sangat panas itu secepat yang saya bisa dan bergegas membungkus tas saya dengan mantel tas.. hujan sudah sedikit mereda tapi air yang turun dari langit ini lebih dari cukup untuk mebuatku basah kuyup jika nekat menerobos hujan..yahhh mau bagaimana lagi, saya mau tidak mau harus pulang.dan saya merasa hujan mempermainkan saya. Saat belum ada setengah perjalanan air hujan malah turun lebih deras dari pada tadi..saya mempercepat kayuhan sepedaku agar segera sampai hunian..
Rintik hujan yang deras itu biasanya memiliki volume air yang lebih besar dari hujan berintensitas sedang, dan angin yang bertiup semakin membuat kulit terasa sakit saat tersentuh air yang jatuh dari langit..
Byurrr.. seorang pengendara mobil yang berkendara dengan kencang melewati genangan air yang membuat cipratan besar yang mengguyur saya yang tengah bersepeda..
“apes dah hari ini” gumamku dengan sebal ..
Perjalanan kali itu terasa lama, tapi akhirnya saya sampai juga di hunian.. saya segera memarkirkan sepeda dan masuk melalui pintu belakang..
“wi dewi aku udah pulang nih” seruku sambil berjalan berjinjit karena basah kuyup, susana rumah malam itu sepi, mungkin temanku yang lain juga sudah istirahat, saya berjalan melalui lorong dan melewati ruang tamu.. hanya terlihat wardana yang tertidur pulas di sofa dengan posisi memeluk toples yang berisi kacang mede, didepanya layar telivisi masih menyala dengan volume suara yang keras, saya tertawa geli melihat kelakuan anak ini.. saya menyaut remote tv itu dan memencet tombol off. Saya kembali berjalan berjingkat meninggalkan wardana yang mungkin pingsan gara2 overdosis makan kacang mede..
“wii.. dewi” panggilku didepan pintu kamarnya sambil mengetuknya pelan..
Tidak ada jawaban, mungkin sudah tidur..
“Payahh... tadi harusnya gak perlu ujan2an kalo udah ditinggal tidur” gerutuku dalam hati sambil menuju kamarku.. saya sudah tidak tahan dengan hawa dingin setelah hujan2an tadi.
Saya menghambur ke kamar dan segera melepas pakaian, dilanjutkan menyaut handuk dan menuju ke kamar mandi untuk mandi air hangat..
Selepas mandi saya membuka laptop untuk online, sekedar bermain ym atau membalas email dari risa yang mungkin belum sempat terbaca. Kosong,inbox dari akun email saya masih kosong dari pesan risa, hanya ada beberapa email dari pihak unviresitas yang masuk, saya mengalihkan perhatian ke layar hp dan berusaha menghubungi risa, hampir 2 hari risa tidak membalas pesanku dan menjawab teleponku, kadang itu membuat saya khawatir dengan keadaaanya.
“kenapa malah gak aktif nduk?” gumamku pelan sambil meletakan hp ke atas meja.
Saya berjalan menuju kasur dan merebahkan diri, pikiranku melayang ke negri disebrang pulau benua yang saya tempati. Tempat dimana seorangyang saya sayangi tinggal...
“lagi ngapain kamu disana nduk?” lagi2 saya bicara sendiri, saya tidaksadar berapa lama saya melamun, dan saya tidak menyadari di menit keberapa saya tertidur pulas ....
Saya lupa menutup tirai jendela, saya tersadar saat seberkas sinar mentari terbias dari kaca jendela, saya terbangun dan bergegas sholat.. kesiangan.. saya bangun kesiangan karena efek lelah. Dan saya merasakan hidung saya mulai berlendir, kalau ini pasti efek kehujanan semalam.
Beruntung hari itu adalah hari sabtu dan tidak ada perkuliahan yang harus saya ambil hari itu.
Selepas sholat saya keluar kamar dan menuju lantai bawah. Sekedar mencari makanan untuk sarapan. Biasanya kalau Dewi belum memasak saya akan membuat mi instan. Tapi hari itu aneh, hunian tampak sepi. Tidak ada suara gaduh pagi hari dari teman2ku, dan di meja makan sudah tersaji nasi goreng dengan telur dadar diatasnya, disamping piriing itu se gelas teh panas dengan uap panas yang masih mengepul.. hachii !!!.... saya bersiin dan segera menutup hidung dengan mulut. Sampai tiba2
“jangan pakai tangan dasar cowok jorok”
Degggg....kalian tau tentang dejavu? Saya tidak terlalu paham konsep teori dejavu tapi saya rasa saya baru saja mengalaminya.
Suara dibelakangku sangat familiar,saya buru2 menoleh kebelakang dan .......
Seorang yang saya cintai berada persis dibelakangku.. Risa.. itu adalah risa. Saya terpaku selama beberapa menit, saya hanya bengong dengan perasaan tidak percaya bahwa yang didepanku ini adalah risa, apa yang dia lakukan disini..
“virus influenza itu gampang nular lho mas” itu adalah kata pertamanya saat saya melihatnya, dia menyodorkan sapu tangan yang persis dengan yang dengan sapu tangan yang dia berikan dulu.
Itu bukan sapu tangan yang sama, mungkin itu adalah replika dari sapu tangan yang diberikan risa...
Saya tidak menjawab perkataanya, saya masih melongo dengan wajah blo’onku..
“calon dokter kok masih aja jorok sih mas?” lagi2 dia berceloteh
Saya Cuma diam dan tidak menjawabnya, saya berjalan mendekatinya, jarak saya dengan risa sekitar 5 meter dan semakin dekat, sangat dekat untuk dapat melihat wajah cantik yang sedang tersenyum itu, dan brug saya memeluknya...
saya merangkulkan tanganku ke tubuhnya, harum tubuhnya membaui hidungku, sejak pertama saya mengenalnya dia selalu memakai aroma parfum yang sama, aroma mawar yang halus.. saya membelai rambutnya yang kini dipotong sedikit lebih pendek dari terakhir kami bertemu, rasanya lembut.. persis seperti terakhir kali saya membelai kepalanya.
Saya tidak tau persis belapa lama saya memeluknya, dan risa pun hanya diam sambil membalas pelukanku lebih erat lagi.. momen bisu yang tidak akan pernah saya lupakan.
“aku kangen kamu mas” begitu kalimat yang dia bisikan perlahan ketelingaku.
“kenapa kamu bisa sampe sini nduk?” jawabku dengan berbisik ke telinganya...
“bukanya aku udah bilang mas? Aku liburan lama banget, dan aku bingung ngabisin liburanku sama siapa, tapi kayaknya aku udah gak bingung lagi mas, aku tau orang yang lagi meluk aku ini bakal jadi orang yang tepat buat nemenin aku ngabisin liburan”
Saya melepaskan pelukanku dan memandangi wajah cantiknya. Saya mencoba memastikan bahwa situasi ini bukan mimpi, saya mencoba memastikan bahwa saya sudah bangun dari tidurku..
“ini benaran aku mas” kata risa sambil memencet hidungku, seolah dia mampu membaca pikiranku dan memberitahu bahwa ini bukan fantasi mimpiku.
“omong apa kek mas, udah jauh2 sampe sini masak Cuma didiemin”
Ucapnya dengan nada jenaka... suara jenaka yang selalu saya rindukan, suara yang saya tunggu untuk bisa saya dengar langsung dari bibir tipisnya..
Tapi saya tidak menjawabnya, saya Cuma menggerakan kepalaku dan mengecup keningnya.
“terimakasih nduk, sekarang aku merasa udah dirumah”
=== Cerita Selanjutnya ===