Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XLIV - Serangan Yang Disengaja 1 - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XLIV - Serangan Yang Disengaja 1

November 2016

Aku benar-benar tidak mengira kalau berbagi pengalamanku yang tercatat di Diary saja bisa membuatku mendapatkan masalah baru. Lebih buruk lagi, mendapatkan musuh baru.

Tadinya aku menyangka ini adalah gangguan dari ‘mereka’ seperti biasa.

Tapi anehnya, tidak ada penyebab sebelumnya, gangguan yang datang pun seakan dilakukan oleh beberapa ‘mahluk’ dan sepertinya gangguan itu seperti sengaja ditujukan padaku.

Gangguan itu dimulai dari pagi buta. Sekitar jam 4 pagi.

Tiba-tiba kamarku menjadi bau daging busuk dan bau karat besi atau bau darah, entahlah…

Tapi itu cukup untuk membuatku tidak nyaman. Perutku benar-benar mual.

Awalnya aku mengira apa mungkin ada tikus mati di saluran AC-ku. Tapi sepertinya tidak. Karena bulu kudukku berdiri.

Aku duduk di tempat tidurku dengan kepala pening dan perut yang mual. Baunya semakin parah.

Dengan mengantuk aku mengusap-usap mataku agar lebih terjaga.

“AHHH!!!”

Aku berteriak kaget! Aku melihat mahluk kecil yang sedang mengintipku dari ujung tempat tidurku. Wajahnya sangat pucat, rambutnya panjang namun jarang sehingga kepalanya cenderung botak, dia melotot sehingga bola matanya terlihat membulat, hidungnya pesek dan senyuman mengembang tampak di bibirnya.

Dia mengangkat tangannya yang berbentuk aneh, jemarinya terletak terbalik dari tempat seharusnya. Tempat seharusnya jempol berada, digantikan oleh jemari yang kecil, dan tempat seharusnya kelingking berada digantikan oleh jemari yang berbentuk seperti jempol… menjijikkan….

Mahluk kecil itu menunjuk dengan kelingkingnya yang sebesar jempol itu.

Ke arah belakangku..

‘DEG!!...’

Jantungku serasa berhenti berdetak ketika aku merasakan sesuatu menyentuh pundakku.

Aku menengok perlahan ke belakang…

Rambut….

Aku menemukan rambut yang sangat tebal berwarna hitam menutupi ranjang dan bantal kepalaku.

Di antara rambut itu, aku melihat sesuatu yang panjang dan tajam…

Itu…

Tulang? Kerangka tulang punggung manusia?

‘kau lihat ke mana?’

Aku mendengar suara dari atas kepalaku.

Dan kemudian, rambut-rambut itu bergerak. Dan kemudian, kepala dengan wajah seorang wanita turun dan berhenti tepat di depan wajahku.

“AHHHH!!!”

Teriakku seraya jatuh dari tempat tidurku.

Aku berbalik dari tempatku terduduk di lantai untuk menghadap ke ‘mahluk’ itu.

‘Mahluk’ itu besar… atau mungkin lebih tepat aku katakan panjang…

Tubuh ‘mahluk’ itu tidak ada. Tapi sebagai gantinya, tubuhnya merupakan tulang belakang manusia yang panjang sekali. Di ujung tulang yang panjang itu, sebuah kepala dengan wajah wanita yang seharusnya cantik, namun sayangnya kepala itu berlumuran darah, tempat dimana leher sang wanita tersebut ad ada terlihat bekas cabikan-cabikan kulit, seakan-akan leher wanita itu dicabut paksa dari tempatnya berada.

Wanita itu menatapku dengan senyuman jahat. Darah menetes-netes dari rongga mata, hidung, mulut dan telinganya membuat pemandangan yang benar-benar membuat darah serasa membeku.

‘Drrrkkk…drrrkkkk…’ suara mengerikan tulang yang berderak terdengar jelas olehku ketika sosok ‘wanita ular’ itu bergerak mendekatiku.

‘Kamu cantik, tidak rugi aku dikirim begini’ katanya sambil tersenyum sadis. ‘Kebetulan wajah ini juga sudah hampir rusak’

‘AKU MAU WAJAHMU!!!!’ jeritnya sambil melesat maju ke arahku.

“BRAKKK!!”

“______________________!!!” Ayano tiba-tiba masuk dan berteriak sesuatu dalam bahasa yang sepertinya adalah bahasa Latin.

‘GRAOWW!!!’

Kepala ‘wanita ular’ itu terpental ke belakang bersamaan dengan suara raungan yang keluar dari kepala wanita itu.

Dan tau-tau, Ayano sudah mengangkat tubuhku untuk berdiri. “Elisa, tutup mata kamu sayang” katanya sambil memeluk kepalaku dan mendekapnya dalam dadanya.

‘PENGGANGGU!!!!’ teriak sebuah suara serak yang sepertinya adalah suara ‘wanita ular’ itu. Suaranya sudah tidak menyembunyikan niatan jahatnya. Aku bahkan bisa merasakannya tanpa perlu melihatnya.

Karena penasaran, aku mengintip dari pelukan Ayano.

“Ah..!” seruku tertahan.

Kulit wajah ‘wanita ular’ itu terkelupas, kini terlihat tengkorak berwarna hitam dan dipenuhi oleh belatung berada di balik kulit wajah cantik wanita itu. Sebelah wajahnya yang tidak terkelupas menatap kami dengan tatapan penuh kemarahan.

“___________________” “__________________” “___________________”

Dengan suara tetap tenang, Ayano tetap berbicara kalimat-kalimat latin yang aku tidak mengerti maksudnya. Sembari memelukku lebih erat sehingga aku tidak dapat melihat wanita itu.

‘Kau… tidak-tidak…!!!! jangan!!! Jangan!!! Aku tidak mau kembali!!! Jangan!!!! Aku tidak mau kembali ke lubang kotor itu!!! Hentikan!!! Hentikan!!!! HENTIKAAAAAAAAAAAAAN!!!!!’

‘wanita ular’ itu terdengar sangat ketakutan.

Dan kemudian ‘wanita ular’ itu mengeluarkan jeritan yang sangat nyaring. Cukup nyaring untuk membuatku menutup telinga.

Kemudian aku mendengar suara derak tulang yang membuat ngilu. Seakan ada ratusan tulang yang berderak dan patah.

Kemudian sunyi…

“____________________” sekali lagi Ayano mengulang kata-kata latin yang diucapkannya pertama kali saat masuk ke kamarku.

Aku mendegar suara dengusan dan langkah kaki sebelum akhirnya benar-benar hening kembali.

“Lis… udah selesai..” bisik Ayano sambil mengusap rambutku.

Aku mengeluarkan wajahku yang tersembunyi di dada Ayano. “Iya…” jawabku pelan. Rasanya masih lemas sekali…

“Kamu nggak apa kan?” tanya Ayano khawatir.

“Iya…” jawabku “Tapi koko kok tau?”

“Lupa ya? Separuh ‘mata’ kamu kan ada di koko. Tapi….”

“Tapi apa ko?”

“Sorry, tapi sebenernya tadi koko tidur nyenyak banget jadi nggak terasa mata koko panas…”

“Hahaha, lho, lalu gimana koko tau? Jangan ngomong firasat deh, basi” godaku.

“Oma Elly yang manggil” kata koko singkat.

Aku tertegun sejenak. Kemudian mengerti maksud Ayano. Semenjak dia mempelajari hal-hal itu, dia mengatakan sering mendengar suara dari nenek Elly yang sekadar memperingatkan atau kadang memberikan dia clue mengenai apa yang harus dia lakukan untuk melawan ‘mereka’. Sayangnya aku sendiri tidak bisa melihat nenek Elly, tapi terakhir kali saat Ayano sakit, dia mengatakan kalau dia melihat bayangan nenek Elly dan nenekku yang sudah meninggal berdiri di belakangku, melindungi aku.

“Lalu… mahluk apa itu tadi ko?” tanyaku.

“Menurut oma Elly, itu kiriman orang”

Aku terkejut “Hah? Kiriman orang?”

“Ya…”

“Kenapa? Aku tidak pernah bermasalah sama orang lain?” tanyaku terkejut dan panik.

Ayano sepertinya mengetahui perubahan emosiku. Karena dia memeluk dan berkata “Iya, koko tau, tenang kita pasti akan tau nanti, jangan takut ya..” bisiknya di telingaku.

Aku menurut. Meskipun masih tersisa tanda tanya besar di hatiku.

Ada yang mengirim ‘mereka’ ke aku? Apa salahku? Apa aku tanpa sadar sudah mencelakai orang? Kenapa ada yang bisa cukup membenciku untuk mengirim ‘mereka’?


=== Cerita Selanjutnya ===