Renggo : " dulu pak dirman gerilya sampe nawangan sini "
Steve : " ditandu ngelewatin pegunungan kayak gini bang ?! "
Renggo : " iya stiv , soalnya pak dirman diburu kompeni terus "
Steve : " ada apaan lagi di sini bang ?! "
Renggo : " pak dirman punya khodam yang masih hidup sampe sekarang "
Steve : " makhluk apa bang ?! "
Renggo : " ntar lu bakalan tau sendiri stiv "
Steve : " ada di sini ?! "
Renggo : " ada di sekitar gunung gunung sebelah barat itu "
Aku dan Pendik hanya terdiam saja mendengar omongan bang Renggo barusan , aku sama sekali tak mengerti tentang makhluk astral yang katanya menjadi khodam Jendral Sudirman.
Pendik : " mana lho bang ?!.. aku kok ngga lihat apa apa "
Renggo : " kita tungguin sambil duduk di atas patung deh !! , ayo ikutin gw !! "
dengan bersemangat bang Renggo memimpin kami melayang mendekat ke arah patung Jendral Sudirman itu , ketika kami tiba tepat di atas bagian kepalanya barulah kusadari betapa besarnya ukuran patung ini .... apalagi saat sukma kami mendarat di bagian pundaknya , ternyata sukma kami ini cuma seukuran kupingnya saja.
Me : " guedi ndik patunge "
(buesar ndik patungnya)
Pendik : " nek mbangun piye yo vig ?! "
(kalo mbangun gimana ya vig ?!)
Kini di pundak patung raksasa ini kami berempat duduk dan memandangi suasana sekitar yang tampak sunyi , hanya ada pegunungan , hutan serta pedesaan yang letaknya berpencar pencar.
Renggo : " tadi kita berangkat dari malang jam berapa stiv ?! "
Steve : " setengah lima kayaknya "
Renggo : " kita tungguin sampe matahari tenggelam "
Me : " emang khodamnya pak dirman nongolnya jam segitu bos ?! "
Renggo : " iya vig , cuma pas malem doang "
entah seperti apa wujud dari makhluk itu , aku merasa semakin penasaran dan tak sabar untuk melihatnya.
Steve : " jendral sudirman emang beneran sakti ya bang ?! "
Renggo : " pak dirman penganut kebatinan stiv , lu pernah denger pas pesawat belanda mau ngebom desa di jogja ?! "
Steve : " ngga pernah bang , emang diapain pesawatnya ?! "
Renggo : " ngga diapa apain pesawatnya , tapi dia bikin kamuflase gaib biar desanya kelihatan kayak hutan.... akhirnya tu pesawat gak jadi ngebom "
Steve : " ajian apa ya itu bang ?!.. "
Renggo : " gw juga gak ngerti stiv ajian apaan , pokoknya pak dirman tirakatnya di parangkusumo sono... ajiannya tingkat tinggi semua "
dengan bersemangat bang Renggo terus bercerita tentang sepak terjang Pak Dirman yang konon menguasai bermacam ajian tingkat tinggi , dalam hati aku merasa kagum mendengarnya... suatu bentuk perjuangan yang berat dan benar benar mengerahkan segala daya baik fisik maupun metafisik , semuanya hanyalah demi memerdekakan tanah air yang dicintainya ini.
Renggo : " ini kayaknya udah jam lima lewat stiv , ya paling seperempat jam lagi nongol "
Steve : " aku kok ngga ngerasain energinya bang ?! "
Renggo : " kan gw bilang masih belum nongol "
aku merasa penasaran dan semakin tak sabar menunggu kemunculan makhluk itu , yang bisa kulakukan saat ini hanyalah memandangi eloknya pegunungan sekitar.... pancaran matahari senja di ufuk barat membuat segalanya tampak lebih indah.
Me : " ini pertama kali kita ngastral sore hari ya stiv "
Steve : " kalo aku udah sering kok mas ngastral jam segini , apalagi pas bersihin kabut asap di pekanbaru kemaren "
Renggo : " kita jadi punya banyak waktu buat ngastral , abis ini gw ajak lu semua ke teluk pacitan "
Me : " asik tuh bos !! ke pantai lagi kita "
Pendik : " malah enak vig , koyok traveling awake dhewe "
(malah enak vig , kayak travelling kita)
Memang ada keuntungan tersendiri melakukan astral projection sore hari seperti ini , kami jadi punya banyak waktu buat mengexplore dimensi astral , selain itu apa yang kami lihat jadi lebih jelas daripada saat malam hari , dimana kemampuan mata astral akan berkurang dan apa yang terlihat jadi agak gelap dan buram.
Steve : " bang ???.. "
Renggo : " siap semuanya !! "
Pendik : " mau nongol sekarang bang ?! "
Renggo : " iya ndik , siap siap kita hadap ke barat semua !! "
begitu bang Renggo mengkomando kami langsung bangkit dari duduk lalu berdiri menghadap ke arah barat dimana yang terlihat hanyalah matahari yang sinarnya mulai meredup dan mulai tenggelam dibalik pegunungan.
Steve : " makin lama makin besar bang energinya !! "
Renggo : " berarti udah makin dekat stiv "
Pendik : " aku kok rodo wedi vig "
(aku kok agak takut vig)
Me : " lapo wedi ndik ! "
(ngapain takut ndik!)
Renggo : " sttt... siap siap semuanya ! "
Perasaanku benar benar deg degan menanti kemunculan makhluk itu , apalagi Steve baru saja merasakan betapa besar energinya seiring dengan kian dekatnya kemunculan makhluk itu.
Steve : " bang ?!?.... iitu bang ?!?? "
Renggo : " ayo lihat semuanya !! , udah kelihatan tuh !! "
Me : " gak jelas "
Pendik : " endi lho vig ?! "
(mana lho vig ?!)
Kini kami terdiam dan dengan seksama terus mengamati ufuk barat dimana matahari nyaris tenggelam , benar saja apa kata bang Renggo..... makhluk itu benar benar telah muncul dan terlihat di kejauhan sana.
Semburat sinar matahari senja membuat kepakan sayap makhluk itu terlihat begitu anggun , sementara " koooakk !!.... kkoooakk !!... " sayup sayup terdengar suaranya yang menggema di pegunungan dan semakin lama terdengar semakin nyaring memecah kesunyian , seiring kian dekat jaraknya dengan kami barulah akhirnya kami menyadari bahwa wujud makhluk itu adalah seekor gagak raksasa berbulu hitam.
Steve : " ggagak raksasa ?!? "
Renggo : " ya itu khodamnya pak dirman "
Me : " ggede bos !! "
Pendik : " wancik !!... ngggumun vig aku "
Kami hanya bisa terpana menatap gagak raksasa yang terbang ratusan meter di hadapan kami itu , " koakkk !!!... kooakk !!!... " gema suaranya terdengar kian nyaring saja dan membuat kami tak kuasa meredam rasa takjub yang luar biasa , selama melakukan astral projection baru kali ini kujumpai makhluk astral sebesar itu.
Pendik : " terbang ke sini bang gagaknya ?! "
Renggo : " ngga pa pa cuma lewat doang ndik , malah kita bisa liat lebih jelas lagi "
Steve : " apa perlu kita susul terbang ngikutin dari belakang bang ?!? "
Renggo : " ngga perlu stiv , ntar malah kabur... kita cukup lihat aja dari sini "
Ketakjuban ini terasa semakin menjadi jadi manakala gagak raksasa itu terbang semakin dekat ke arah monumen ini , " kooakkk !!!... kooakkk !!!... " kian dekat jaraknya kian nyaring pula suaranya terdengar dan seketika menggetarkan sanubari , hingga akhirnya kami semua mendongakkan kepala saat gagak raksasa itu terbang melintas tepat di atas monumen ini , bentang sayap serta ukuran tubuhnya kira kira seukuran pesawat tempur dan " wuuzzz !!!... wuuzz !!!.... " kepakan sayapnya yang begitu lebar itu langsung menghasilkan angin kencang yang menerpa muka dan rambut kami.
Pendik : " wancik !!... semono iku gedine vig ?!? "
(wancik !!...segede itu besarnya vig ?!?)
Me : " .... "
tak sepatah kata bisa terucap untuk menggambarkan ketakjubkan yang kurasakan ini , " koooakk !!... kooakk !!.... " aku hanya bisa terdiam dan terus terpana memandangi gagak raksasa itu hingga akhirnya terbang menjauhi monumen ini.
Steve : " terbang ke timur terus bang ?! "
Renggo : " mau nyari makan stiv "
perlahan gagak raksasa itu terbang semakin menjauh ke arah timur sebelum akhirnya tak terlihat lagi oleh pandangan mata , entah mau terbang kemana makhluk itu.
Renggo : " lu tau stiv , burung kayak gitu umurnya tua banget... ada 1000 tahun lebih kayaknya "
Steve : " populasinya gimana bang ?! "
Renggo : " ngga banyak di dunia ini , cuma sisa dikit... di kalimantan gw cuma nemu tiga ekor doang "
Steve : " apa burung kayak gitu udah ada jaman atlantis bang ?! "
Renggo : " gw gak tau , mungkin udah ada "
Me : " trus kok jadi khodamnya jendral sudirman bang ?! "
Renggo : " gagak itu kalo ketemu orang yang maqam spiritualnya tinggi pasti bakalan tunduk "
Me : " gitu ya bos ?!. "
Sungguh luar biasa apa yang kusaksikan barusan , ketakjubanku terhadap apa yang ada di realitas astral ini semakin lama semakin membuatku terangsang untuk menyibak misterinya lebih jauh lagi.
Steve : " aku jadi inget surat al mulk bang , apa maksudnya ?! "
Renggo : " cari jawabannya sendiri stiv , lu mesti biasa mikir "
Steve : " oh iiya bang.... aku akan renungin nanti pas pulang "
Renggo : " mau maghrib nih , kita langsung ke teluk pacitan sekarang ya ?!? "
Pendik : " oyi bang ! "
Me : " ayo berangkat bang ! "
Perlahan kami mulai terbang dan beranjak meninggalkan komplek monumen yang mulai tampak gelap ini , dengan laju santai kami terbang menuju Teluk Pacitan yang merupakan tujuan berikutnya.... entah apa yang akan kami jumpai di sana.