Saat itu setelah ane selesai sholat isya, ane memutuskan untuk mengerjakan pr yang ane dapat tadi di sekolah. Di sekolah ane kelas 1 hingga kelas 3 SD wajib memakai buku berpetak dan buku halus (ane kurang tahu sebutan lain buku ini). Buku halus ini mirip dengan buku bergaris seperti biasanya, namun perbedaannya adalah di tiap garis terdapat dua garis kecil di atasnya. Buku ini biasanya digunakan untuk berlatih menulis latin dan berlatih menulis rapi. Hari itu ane mendapat pr untuk menulis surat izin dengan menggunakan huruf latin. Ane dengan hati-hati menyalin surat izin yang telah nenek ane contohkan. Saat itu ane meletakkan tip-ex dan penghapus di depan ane.
Supaya hasil tulisan ane rapi, trik ane adalah menulis semuanya terlebih dahulu memakai pensil lalu ditimpa dengan menggunakan bolpoin. Saat ane selesai menulis semuanya menggunakan bolpoin, ane berniat untuk menghapus tulisan pensil yang sebelumnya menjadi dasar tulisan ane. Ketika ane mau mengambil penghapus, tiba-tiba penghapus yang awalnya ada di depan ane mendadak hilang dari atas meja. Ane yang berpikir bahwa penghapus ane jatuh langsung jongkok ke bawah dan mencari-cari penghapus ane.
Setelah 5 menit mencari-cari penghapus yang ane kira jatuh, ane menyerah dan berniat meminjam penghapus kakak ane. Ketika ane kembali ke tempat duduk, ane kaget melihat penghapus ane tergeletak cantik di atas buku pr. Disini ane ngerasa seperti berhalusinasi, padahal ane beneran yakin kalau tadi penghapus ane gak ada di atas meja. Berusaha tidak memikirkan sesuatu yang aneh, ane kembali fokus mengerjakan pr ane dan menghapus sisa-sisa pensil di buku ane. Sebelum ane tuntas mengerjakan pr, Emak ane tiba-tiba memanggil dari arah dapur supaya segera bergabung di meja makan untuk makan malam.
Selesai makan malam, ane berniat untuk meneruskan pr ane di kamar. Sedangkan kakak ane dia akan mengerjakan pr di kamar nenek ane. Saat ane sampai di meja belajar, ane kaget melihat buku pr ane penuh dengan coretan pensil seperti coretan anak kecil usia 4-5 tahun. Disitu ane ngerasa kesel karena menduga kakak ane yang pasti lagi jahil. Waktu ane zaman SD, sering banget kita berantem karena hal sepele. Pernah waktu itu saking jengkelnya ane sempat mencoret-coret buku paket matematika dan menyobek buku lks IPAnya. Disitu ane yakin dia pasti balas dendam ke ane, karena waktu itu ane males ribut ane memilih untuk menghapus coretan itu sambil mewek.
Saat setengah coretan tadi berhasil ane hapus, ane heran ketika melihat ada jejak tulisan pensil di halaman lain buku pr ane. Ketika ane buka halaman demi halaman ke belakang, ternyata buku pr ane penuh dengan tulisan-tulisan tak rapi. Yang paling jelas ane ingat waktu itu adalah tulisan gelem dadi koncoku (mau jadi temanku) dan ayo dolan (ayuk main).
Seketika itu juga ane murka ke kakak ane dan mendatangi dia ke kamar nenek ane.
"Samean sing coret-coret bukuku yo? Mbok apakno iki sampe sak buku akeh coretanmu! (Kamu ya yang coret-coret bukuku? Kamu apain ini sampe satu buku penuh coretanmu!)".
Kakak ane hanya diam dan melongo mendengar ane tiba-tiba datang dan marah-marah. Sebelum tragedi jambak-jambakan rambut dimulai, nenek ane melerai kami dari bertengkar.
"Nduk iki mbak e ket mau ning kamare uti, gak menyang kamare samean blas (Nak, ini mbaknya mulai tadi di kamar uti, gak ke kamar kamu sama sekali)".
Ane yang malas melanjutkan pertengkaran, akhirnya kembali ke kamar ane dan berniat untuk mengganti dengan buku yang baru. Saat ane kembali ke kamar, coretan yang tadi udah ane hapus setengah tiba-tiba udah dipenuhi dengan coretan lagi. Dan disitulah ane yakin kalau bukan kakak ane yang lagi ngisengin.
Sebelum ane melihat sesuatu yang aneh-aneh, ane berniat segera mengambil buku yang baru dan mengerjakan di kamar nenek ane. Dengan tergesa-gesa ane membuka lemari belajar dan tiba-tiba ane mendengar secara jelas suara dua anak kecil tertawa di belakang ane.
Dua anak laki-laki sebaya dengan ane saat itu, sedang tertawa persis di belakang ane. Ane yang kaget hanya bisa diam melihat mereka. Mereka berdua sama-sama berwajah pucat dengan potongan rambut khas jamur (seperti potongan rambut Derby Romero di Petualangan Sherina) dan memakai baju warna merah dan hijau. Selain itu kesamaan di antara mereka berdua adalah ane melihat bekas luka yang sama di leher mereka seperti luka terjerat tali. Ane yang amazed dengan pemandangan di depan ane dikejutkan dengan mereka yang secara tiba-tiba menarik tangan ane dan berbisik supaya ane ikut bermain petak umpet bersama mereka.
Mungkin bagi sebagian agan dan sista sekalian kejadian selanjutnya akan terasa sedikit janggal, tapi ini nyata terjadi. Ane manut diajak mereka main petak umpet.
Setelah kita bertiga hompimpa ane yang jadi dan harus nyari dimana mereka berdua sembunyi.
"Telu... (tiga)"
"Loro... (dua)"
"Siji... (satu)"
Ane menghitung mundur untuk memulai pencarian terhadap mereka berdua.
Pencarian pertama ane, ane mulai dari kolong tempat tidur di kamar, dan hasilnya nihil. Kemudian ane lanjutin ke kamar tamu, disitu ane lihat sepasang kaki kecil bersembunyi di balik gorden jendela dan seketika ane panggil namanya "*r**fff". Maaf ane sengaja sensor nama dia.
Dia yang keluar dari balik gorden jendela tertawa senang dan kemudian lari ke arah lain. Ane yang tak sempat memegang dia harus kembali mencari tempat mereka bersembunyi. Ane melihat arah si *r*f lari adalah ke arah dapur.
Ane setengah berlari menuju dapur dan mau meneriakkan namanya ketika tiba-tiba Emak ane ada di depan pintu dapur dan bertanya, "Kok mblayu-mblayu, Nduk. Kate maem meneh ta? (Kok lari-lari nak. Mau makan lagi kah?)"
Ane cuma jawab, "Enggak kok, Mak, ngga ono opo-opo. (Enggak kok, Mak, ngga ada apa-apa)"
Berbarengan ketika ane ditanya oleh emak ane, sepintas ane melihat mereka berdua berdiri tepat di depan pintu belakang dan melambaikan tangannya ke arah ane dan berjalan menembus pintu.
Cerita ini hanya sebagai penetral di antara cerita lainnya, tak semua yang ane temui memiliki niat buruk untuk menakut-nakuti ane. Nyatanya mereka berdua menjadi teman bermain saat ane masih SD. Ane yang kesepian karena gak memiliki teman satu pun merasa terhibur dengan keberadaan mereka. Entah itu saat ane main boneka, kelereng, kartu, atau layangan, ane sering menang ketika ditantang oleh anak-anak di lingkungan ane.
Anak laki-laki yang ada di lingkungan ane sering ke rumah karena mereka memang ikut klub sepak bola yang bokap ane bentuk, kadang saat ane baru pulang mengaji mereka sengaja menantang ane untuk mengalahkan mereka. Dan tentu saja, ane menang karena *r*f dan r**w** yang menggiring kelereng ane supaya mengenai kelereng-kelereng mereka.
Ane ingat saat itu koleksi kelereng ane hingga satu toples kaca besar, begitu juga dengan layangan, ane menang hingga punya 10 layangan dari yang jenis biasa sampe layangan yang bisa bunyi.
Tapi kedekatan ane dengan mereka berdua juga menyebabkan ane mendapat tatapan yang makin aneh buat anak perempuan di lingkungan ane. Kakak ane sendiri sering membawa temannya ke rumah, baik teman dia yang ada di sekolah ataupun anak tetangga.
Ane dan kakak punya koleksi boneka dan barbie yang banyak di rumah. Bedanya kalau dia dan teman-temannya mendandani boneka-boneka itu, ane sendiri lebih suka memodifikasi boneka-boneka itu.
Bukan sadis sih, tapi ane bosan dengan boneka-boneka yang monoton, ane sering menggunduli rambut barbie ane, memotong lengannya atau menghilangkan kepalanya. Mungkin ini juga efek ane yang sering diganggu sehingga pandangan ane akan sesuatu yang asyik untuk dimainkan menjadi kurang wajar untuk anak seusia itu.
Kedekatan ane dengan mereka berdua tak hanya sebatas teman bermain, saat ane sedih dan hanya bisa menangis sendiri mereka selalu hadir dan menghibur ane. Bahkan mereka juga tahu bahwa ane ngerasa sangat kehilangan orang tua ane. Dulu sebelum ortu ane pisah katanya mereka sering melihat ane dengan nyokap ane lebih sering tertawa.
Mereka pun akhirnya juga mengaku bahwa luka bekas di leher mereka adalah bekas mereka digantung beramai-ramai bersama keluarganya setelah keluarga mereka dituduh sebagai antek-antek PKI. Mayat mereka dan sekeluarga sendiri akhirnya dibuang ke semak-semak yang akhirnya menjadi cikal bakal sawah tempat pembangunan rumah ane.