Gila… dimana akal sehatnya…. Aku masih belum tahu apa alasannya?? Mendengar pengakuannya saja aku sudah merinding untuk meneruskan pertanyaan tentang alasan dia memelihara makhluk itu.
Dendam?? Dendam apa yang akan di balas mas Win?? Aku tak yakin dia punya banyak musuh. Perawakan yang biasa saja dan supel tak mungkin dia memiliki dendam terhadap orang lain. Pesugihan?? Entah lah…. Mas Win memang berasal dari keluarga berada, tapi tak sedikitpun aku lihat dia seperti orang yang bergelimangan harta. Hidupnya sederhana dengan kamar kost yang sempit dan gelap. Dan gaya hidup nya pun biasa aja seperti anak kost pada umumnya. Lalu apa tujuannya??
Sejak pengakuan Mas Win hari itu, aku tak pernah berjumpa dengan nya lagi. Bahkan untuk menghubungi lewat telp atau SMS saja aku enggan. Biar saja dia nyaman dengan kehidupannya yang hitam itu. Dan aku memulai hari-hari yang baru di kamar kost yang baru. Kamar kost lantai 2 dengan ukuran cukuplah untuk 1 orang. Sigit memberikan tempat yang nyaman dan membuat ku kembali lagi berkumpul dengan anak-anak asrama seperti Yunan, Gecol, Vicky dan Sigit sendiri. Tapi Wawan…. Dia tak bisa ikut dengan ku. Kebutuhan online nya memaksa dia tak bisa ikut pindah ke Poharin dan lebih memilih menetap di sekitaran Kerto. Lebih dekat dengan warnet dan lebih Ramai.
“Melihara Kuntilanak?? Berarti kuntilanak jemuran yang tempo hari kamu ceritain itu beneran ada yang memelihara?”
“Iya git… seperti yang kamu bilang kemarin. Kalau kuntilanak menetap di sebuah rumah atau bangunan, kemungkinan besar ada yang memelihara atau yang menempatkannya disitu.”
“Emang kayak apa orang yang memelihara nya itu?”
“Orang nya biasa… kayak kita… masih mahasiswa juga… tapi kehidupan nya memang agak tidak seperti mahasiswa pada umumnya.”
“maksud nya?”
“Posisi kamarnya yang dia pilih ada di pojok belakang dan cukup gelap. Ada bunga kamboja dengan sisa-sisa dupa yang di bakar, dan beberapa helai rambut panjang di gantung di kamar nya. Dan ceritanya dulu sih dia beberapa kali pindah kost, sampai pada akhirnya nemu kost itu dan cocok.”
“Cocok untuk dia… dan peliharaannya…”
“maksudnya?”
“Jadi kalau memang dia bawa kuntilanak itu sudah sejak lama, dia akan mencari tempat yang nyaman buat peliharaan nya itu. agar tidak jauh dan bisa di panggil kapan saja.”
“Owhhh… jadi…. Aku ngerti kenapa dia memilih kamar dengan posisi seperti itu…”
“Sepertinya begitu…”
Sigit, Perawakannya tidak begitu tinggi. Kulit coklat gelap dan baru saja lulus ujian proposal skripsi. Selain jago bola, demen ngebokep dan chatingan sambil boker, dia juga selalu antusias jika dalam sebuah obrolan yang berbau misteri. Seperti kacang yang reunian lagi sama kulit nya. Berbagai cerita selalu dia jabarkan panjang lebar. Mulai dari beberapa cerita asrama yang dia jelaskan detail, sampai cerita pengalaman pribadinya sendiri.
Ada hal yang menarik memang dari setiap-cerita-ceritanya, membuat ku demen banget untuk memulai topic pembicaaraan seputar setan, hantu dan kroni-kroni nya. Dan sigit hadir sebagai narasumber yang kisahnya memang pilih tanding.
“Jalan Raya Karang Kates??”
“Mungkin sebaik e kurangi lewat sana saat tengah malam… jika tidak ingin ada penumpang tak kasat mata… yang naik dan turun tanpa permisi…”
Bendungan Sutami atau lebih dikenal dengan Bendungan Karang Kates atau Bendungan Lahor. Bagi agan-agan yang pernah melintasi perjalanan dari Malang menuju Blitar, agan pasti akan melewati Bendungan ini. Ada 2 akses jalan yang bisa agan tempuh. Melewat sisi bendungan dengan peron 1000 – 3000 Rupiah atau melewati Jalur tanpa Peron yang juga merupakan Jalur bus dan truk-truk besar. Jalur tanpa peron ini lebih jauh jarak tempuhnya, melewati perbukitan dengan jalan berkelok dengan penerangan lampu jalan yang masih belum merata.
Tak banyak rumah penduduk di Jalur itu karena memang kawasan yang sepi. Hanya ada pohon-pohon liar dan beberapa perkebunan singkong. Di beberapa sisi bukit juga di manfaatkan untuk ditanami pohon-pohon jati. Dulu, Itu adalah jalur Malang – Blitar pertama yang di buka sebelum Bendungan di bangun. Dan proses pembukaan lahan juga tidak mudah. Harus membuka hutan liar dan memotong lereng bukit yang terjal. Nama nya hutan liar yang baru di buka, beberapa habitat pasti akan rusak. Dan juga mengganggu berbagai penghuni disana. Hewan maupun yang bukan Hewan…. Ingat…. Bukan Hewan…
“Emang gimana cerita nya Git?”
Sigit diam sejenak dan mengambil rokok dari saku celana jeans nya. Tampaknya dia suka membuat teman-temannya penasaran. Bukan yang pertama memang, tapi apa yang di alami sigit memang kerap terjadi di daerah itu.
Malam itu Sabtu malam minggu, adalah puncak trafik mahasiswa asal Blitar untuk pulang kampung. Sama seperti mas Win, Sigit juga berasal dari tulungagung. Dari Malang ke Tulungagung pasti melewati Blitar. Karena kesibukan kampus, dia baru bisa pulang ke Tulungagung sekitar jam 8 Malam. Dan memakan waktu sekitar 3 jam untuk sampai tulungagung. Kadang dengan Motor, Sigit bisa lebih cepat lagi.
Perjalanan lancar seperti biasa , hanya saja sedikit macet di beberapa titik saat keluar kota Malang. Sering terjadi penumpukan di daerah Kacuk-Gadang. Bus dan angkot yang ngetem hingga truk-truk pengangkut tebu yang kadang parkir di sekitaran pabrik gula kebon Agung yang menambah riuh jalanan disekitar situ.
Awal nya tak ada yang aneh setelah keluar kota Malang, tapi perasaan tak biasa mulai dia rasakan menjelang masuk kawasan bendungan. Perlu agan ketahui, setiap orang yang berada dalam gangguan atau pengaruh mahluk halus biasanya akan merasakan hal-hal yang tak biasa. Seperti merasakan merinding, pikiran kacau hingga perasaan seperti sedang diikuti atau diintai. Itu juga yang terjadi oleh nya saat itu
.
Masuk kawasan Bendungan Karang kates, jalan sudah di bagi 2. Belok kanan untuk masuk Jalur Peron dengan jarak tempuh lebih pendek. Atau ambil jalan lurus terus untuk masuk jalur tanpa Peron, Jalur bus. Seperti tak mengurangi kecepatannya, motor yang dia kendarai melaju lurus memasuki jalur bus. Aneh, tak biasanya dia mengambil jalur ini. Setiap pulang ke Tulungagung, dia selalu belok kanan dan mengambil jalur Peron. Tapi Sigit bilang, dia baru sadar saat motor sudah sekitar 2 Km masuk jalur Tanpa Peron. Yang kemudian di sambut jalanan sepi, gelap dan angin lembah yang cukup menusuk tulang.
Jalanan masih basah usai hujan tadi sore dan kabut yang mulai turun menambah dinginnya malam. Sigit tak ingin berspekulasi apa-apa. Sudah terlanjur, tak ada pilihan selain tetap mengikuti jalur itu sambil sesekali melihat spion. Karena kadang Bus datang tiba-tiba dengan kecepatan tinggi di jalur itu. hanya saja waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, Bus yang lewat situ juga semakin jarang. Hanya bus-bus besar dan jarak Jauh saja yang melintas. Bus-Bus kecil biasanya berhenti beroperasi jam 7 atau 8 Malam.
Semua terlihat normal saja saat motor mulai menuruni lembah berbelok melewati jembatan dengan arus sungai di bawah nya yang cukup deras. Namun terlihat mulai ada kejanggalan setelah melewati jembatan dan masuk ke jalan yang mulai menanjak naik melewati bukit. Tarikan motor menjadi cukup berat. Bahkan sangat berat untuk ukuran penumpang satu orang. Gigi persneling masuk 2, tapi masih berat untuk menanjak. Sigit merasa ada hal aneh yang membuat motornya tiba-tiba kehilangan tenaga. Karena sebelum nya baik-baik saja dan di perjalanan juga lancar.
Jalan semakin menanjak dan berkelok-kelok. Namun motor tak juga berjalan normal. Sepertinya bukan masalah mesin… Bukan… Memang bukan di mesin letak permasalahannya. Tapi di bayangan spion itulah penyebab motor begitu berat untuk menanjak. Bayangan yang tak sengaja Sigit lihat di Spion saat merasakan ada yang aneh dengan motor ini.
Sesosok tengah duduk diam di jok belakang motor. Bergaun putih panjang tergerai tertiup angin, rambutnya hitam panjang . Diirini aroma bunga kenanga aroma yang menyengat. tak jelas raut wajahnya karena hanya itu yang tertangkap di kaca spion. Itu… itu yang membuat motor tak berjalan seperti biasa… Tiba-tiba duduk di belakang dan terdiam begitu saja. Siapa…. Siapa yang duduk disana??
Sepertinya dialah yang membuat Sigit melaju begitu saja dan masuk ke Jalur Tanpa Peron. Dia menggiring Sigit untuk masuk ke tempat dimana dia bergentayangan. Dia jugalah yang akhirnya menampakkan diri setelah membuat motor tak berjalan sebagai mana mestinya. Siapa dia??
Ternyata yang di alami Sigit bukanlah yang pertama kali. Kisah penumpang misterius itu juga pernah terjadi oleh pengendara mobil. Tengah malam sebuah mobil berjalan perlahan melewati jalan itu. usai melewati Jembatan dan mulai menanjak, si pengemudi melihat ada 3 wanita dengan rambut terurai dan bekas luka-luka di sekujur wajah dan tubuhnya tengah duduk berjajar di jok belakang mobil. Tak ada ekspresi yang tampak. Hanya tatapan kosong dan dingin menatap tanpa arah. Baru beberapa Kilometer kemudian, 3 sosok itu menghilang.
Sudah menjadi rahasia umum di kalangan supir bus tentang singup dan angkernya daerah itu. Akan terlihat jelas jika agan naik bus dan melewati jalur itu pada malam hari, Supir akan selalu membunyikan klakson sebelum melewati jembatan. Atau biasanya Kenek akan mengingatkan Supir untuk membunyikan klakson. Entah apa tujuannya, menurut mereka sebagai tanda permisi untuk lewat tanpa gangguan dari mereka yang berada disitu dan bergentayangan pada malam hari. Karena katanya jika itu tidak di lakukan, akan tiba-tiba ada penumpang misterius diantara penumpang-penumpang lain. Yang akan ikut dan entah akan tiba-tiba menghilang dimana…
Sama seperti Sigit waktu itu, tiba-tiba motor kembali normal saat sosok itu sudah tak muncul lagi di bayangan kaca spion. Sepertinya dia menghilang saat jalan memasuki kawasan perbukitan. Masih tak jelas siapa dia sebenernya, korban kecelakaan? Atau ada hal lain yang pernah terjadi disitu? Yang jelas kehadiran mereka memperpanjang catatan jalan yang penuh misteri. Yang mana di dominasi oleh jalan yang banyak menelan korban atau jalan yang di bangun diatas tanah atau lahan yang tertutup untuk manusia sebelum nya…
Hal-hal seperti inilah yang menambah rasa paranoid ku. Sering memandang spion saat melewati jalan-jalan yang terkenal keangkerannya. atau jika naik motor, aku selalu meletakkan tas di belakang dan duduk agak ku geser lebih kebelakang. Karena bagaimana pun kita tak pernah tau, apa yang terjadi di jok belakang saat kita berkendara sendirian…
Bisa jadi dia sudah ada, dan duduk disitu…
Di belakang kita…
Tanpa tahu kapan dia akan pergi….
Atau bahkan menemani kita terus….
Sampai di tujuan….