Wawan masih belum terlihat pagi ini. Entah dia menginap di warnet mana malam tadi yang jelas datang dan perginya tak pernah bisa aku prediksi. Seperti jailangkung yang ku mainkan 10 tahun lalu. Aahh taik lah…. Kepalaku masih terlalu berat untuk kembali memikirkan itu semua. Tiba-tiba ketukan pintu membuyarkan lamunanku.
“Owh ibu…maaf bu baru bangun tidur…”
Ibu kost sudah berdiri di depan pintu dengan wajah yang rada nggak ngenakin. Ntahlah… ibu kost satu ini rada aneh. Waktu pertama masuk kost ramahnya bukan main. Di suguhin minuman dan jajanan segala. Begitu udah bayar dan masuk kost, galak e minta ampun. Kami terkadang menjuluki mereka mak lampir walaupun kalau boleh jujur sih lebih galak dari mak lampir ini mah….
“Teman nya sampean kemana mas?”
“Owh… Wawan ya bu… ndak pulang bu… mungkin nginep di rumah teman nya…”
“Anak itu pulang nya malam-malam ya….”
“Eh… itu… ndak sih bu… biasanya pagi atau siang kadang…”
“Iyahh… wong ibu pernah lihat kok dia pulang jam 12 malam sama teman-temannya lewat parkiran”
“Owh itu sama anak kamar bawah mungkin bu…”
“Tolong di bilangi ya jangan pulang malam-malam kalau main. Trus jangan bikin keributan disini. Masa ibu dengar tadi malam kok ramai sekali. Pokok nya kalau nge-pos jangan disini. Ibu nggak mau rumah ibu dibuat pos kayak gitu. Tolong bilangin ke anak lainnya juga”
“i… iya bu….”
Heh…??? Tadi malam??? Keributan?? Ini di lantai atas Cuma ada aku dan anak di kamar tengah itu doang. Nggak ada orang lagi selain itu. Semalaman Wawan nggak pulang. Jadi keributan dari mana?? Aku makin nggak ngerti apa yang di katakan ibu kost. Bener memang kata mas Win. Kalau ibu kost satu ini sering naik dan mantau kamar-kamar kost. Trus marah-marah gak jelas. Dan kali ini giliranku yang kena semprot hingga di tuduh biang keributan semalam. Keributan apa???
Informasi ini aku dengar dari cerita anak kost di lantai dasar, katanya sering kedengaran suara gaduh di lantai 2. Dan suara itu sering berubah-ubah. Terkadang terdengar suara langkah kaki seperti orang berkejar-kejaran, kadang suara orang yang mengobrol dan tertawa sekeras-kerasnya, dan yang paling sering terdengar jelas seperti suara benda di pukul-pukulkan ke tembok. Itulah penyebabnya ibu kost sering terganggu dan naik untuk ngecek. Meskipun sebenarnya tak ada apapun yang terjadi di lantai atas.
Bukan…. Bukan hanya anak kost yang di ganggu…. Pemilik rumah ini pun tak luput dari sifat usil mereka….
Tak ada agenda apapun hari ini, aku hanya ingin ke kost Sigit untuk menanyakan kamar kosong. Sepertinya sudah cukup aku berada di tempat ini. Jika memang ada kamar yang bisa aku tempati di kost Sigit , biarlah sisa 3 bulan masa sewa yang aku bayar melayang begitu saja. Anggap saja amal dan kompensasi salah memilih tempat. Atau jika Wawan masih ingin meneruskannya, biar dia teruskan. Dia juga sepertinya tak butuh tempat untuk tidur. Warnet lebih nyaman dari kost manapun bagi dia.
Wawan berbeda dengan ku, dia tak pernah menganggap cerita-cerita horor yang berada di sekelilingnya sebagai hal yang serius. Bahkan saat di asrama pun, tak ada efek yang berarti saat tau bahwa asrama tempat yang sangat nyaman untuk Kami dan untuk “Mereka”. Hidup berdampingan tanpa saling mengganggu walau sesekali saling berkomunikasi. Wawan menganggap itu semua tak lebih dari pemanis hidup, selagi tak terlalu mengganggu biarkan saja. Mungkin aku juga harus bersikap begitu, setidaknya untuk merasa nyaman seperti yang Wawan rasakan selama ini.
Wawan… apakah dia tak pernah merasakan gangguan-gangguan makhluk lain seperti yang aku alami?? Pernah… Peristiwa itu terjadi saat kami masih di asrama. Tempat dimana mimpi dan kenangan kami terkubur dalam-dalam disana. Sebelum mengenal Game Online, Wawan sama seperti aku. Anak rumahan. Kami dan teman-teman lainnya lebih banyak menghabiskan waktu di Asrama. Nonton TV, ngegame, main monopoli, ampe ngejain tugas. Tak banyak hal yang bisa kami kerjakan di luar Asrama.
Cerita ini aku dengar langsung dari Wawan, yang dia ceritakan menjelang kami semua terusir dari asrama. Bahwa dia sempat beberapa kali melihat hal yang ganjil dari tempat itu. Di jendela kamar ku di Blok B lantai 4 tepat berhadapan dengan tower air Asrama yang terbuat dari konstruksi baja. Tinggi tower setara dengan tinggi gedung Asrama 4 lantai, jadi jika kita berdiri di jendela kamarku saat di asrama dengan jelas bisa melihat tower tersebut.
Wawan tengah menyelesaikan tugas menggambarnya malam itu. Tugas dan kehidupan kuliah di Poltek mengharuskan kami sering ngelembur hingga larut malam. Sengaja dia pilih kamarku karena hanya kamarku yang paling tenang. Dengan meja yang langsung berada di depan jendela kamar menyuguhkan pemandangan malam yang sunyi. Cocok untuk belajar dan fokus mengerjakan tugas kuliah. Kamar Wawan sendiri ramai riuh waktu itu, hal lumrah yang anak asrama lakukan sambil menunggu kantuk datang… termasuk aku. Ku biarkan Wawan fokus dengan tugasnya sejenak.
Selang 45 menit kemudian ku lihat Wawan masuk kembali ke kamarnya dengan buku-buku tugasnya. Sambil berguman,
“Pindah…pindah….”
Pindah? Bukannya dia memilih kamarku yang tenang daripada kamarnya yang ramai oleh anak-anak sedari tadi?
“Lho wan…. Kenapa pindah? Anak-anak rame ndak fokus kamu ntar…”
“Kayak e lebih aman disini Mick…”
“maksud e?”
“hehehe… ndak papa wes ndak fokus dari pada ndak bisa tidur….hehehe”
Ambigu… Wawan selalu mengeluarkan statement yang sulit di pahami. Bahkan malam itu dia tak langsung menceritakan apa yang dia alami. Terkadang tak banyak hal yang bisa aku korek dari dia jika dia tak menceritakannya sendiri.
Jadi malam itu di tengah suara deru mesin pompa yang sesekali macet , Wawan melihat sesuatu… sesuatu yang tampak jelas berdiri dipundak tower… sosok itu terdiam dan hanya berdiri tanpa gerak dan ekspresi. Hanya tampak bayangan siluet dan tak ada tanda-tanda melakukan sesuatu. Awalnya Wawan pikir itu teknisi asrama yang tengah memperbaiki pompa air yang rusak. Tapi terlihat begitu aneh teknisi memanjat puncak tower tanpa penerangan dan hanya terdiam diatas sana tanpa melakukan apa-apa…
Jelas itu bukan teknisi…. Mungkin lebih tepatnya itu bukan manusia…
Memang banyak cerita suram mengenai tower tersebut, banyak anak asrama yang melihat hal aneh yang terjadi disana. Bukan hanya Wawan , beberapa anak di gedung lain yang iseng memperhatikan tower tersebut juga juga tak luput di perlihatkan penampakan –penampakan. Mulai dari siluet seperti orang gantung diri, orang duduk dan merokok, dan yang paling bikin geger waktu itu beberapa anak melihat orang yang meloncat terjun dari atas. Begitu di lihat dibawah, tak ada apa-apa disana. Saat malam penerangan sangat minim di sekitar tower, bahkan nyaris tidak ada. mungkin inilah penyebab tower itu menjadi salah satu spot yang menyeramkan di Asrama.
Itu bukan yang pertama dan terakhir dialami oleh Wawan. Sekitar 4 bulan sebelum kami semua terusir dari Asrama, Wawan di kejutkan dengan kamar mandi yang tiba-tiba menutup dan air kran menyala dengan sendirinya tanpa ada yang menggunakan kamar mandi itu. Peristiwa itu terjadi bersamaan dengan kegiatan Malam Keakraban Mahasiswa Baru di kampus. Entah apa yang diambil Wawan malam itu, begitu dia masuk kamar tiba-tiba terdengar cukup keras suara pintu kamar mandi di tutup dan diikuti suara air kran.
Tak punya pikiran negative apa-apa, bahkan Wawan sempat mengetuk pintu kamar mandi dan menanyakan siapa di dalam.
“Siapa ini didalam…?”
Tak ada jawaban dari dalam, hanya suara kran yang berbunyi lebih kencang. Wawan mencoba mengetuk lagi dengan suara yang lebih keras.
“Wooii bro… siapa didalam….?”
Tetap tak ada jawaban. Dia coba memberanikan diri untuk memegang gagang pintu untuk memastikan bahwa memang ada yang menggunakan kamar mandi, bukan angin yang menutup pintu di barengi kran air yang rusak. Belum lagi tangannya sampai ke gagang pintu, air kran berhenti. Dan pintu terbuka dengan keras di barengi hembusan angin yang menerpa wajah dan seluruh badannya…
Tak ada siapa-siapa di dalam… kosong…. Lalu siapa yang membuka pintu dan menyalakan kran??
Dan dari mana hembusan angin itu??
Sepertinya itu Hembusan angin yang sama persis aku rasakan malam itu di kost baru ku ini… hembusan angin saat roh itu melintas di sekitar kita atau bahkan melewati dan menembus tubuh kita… entah lah… aku tak paham tentang hal itu…
Yang aku ingat Wawan hanya menutup cerita dengan kelakar khas nya,
“hahaha…. Setan kok numpang ke boker… emang disana nggak ada toilet apa?? ”
Ahhh… taik lu Wan….