Aku Dan "Makhluk" Tak Diundang Di Kamar Kosku #14 - Cerita Seram Kaskus

Aku Dan "Makhluk" Tak Diundang Di Kamar Kosku #14

Matahari masih menampakkan batang hidung nya saat motor ku sudah tiba di tempat parkir kost sigit menjelang magrib. Ku lihat suasana kost cukup lengang, hanya ada satu motor yang terparkir. Sigit sudah menunggu ku. Beberapa hari yang lalu pasca Kuntilanak Jemuran itu menyapaku, aku bertanya pada sigit apakah masih ada kamar kosong. Dia hanya menjawab nanti akan dia tanyakan ke pemilik kost terlebih dahulu. Namun dia masih heran mengapa aku ingin pindah kost lagi begitu cepat.

“Kuntilanak Jemuran??”
“iya Git…. Aku sih nyebutnya gitu… kata mas Win temen kost ku dia sering muncul dari arah jemuran atas dan turun melalui tangga…”
“Tapi ngganggu apa nggak?”
“Apa ya…. Kemarin seperti nya cuma seliweran aja di kamar. Terasa hembusan angin gitu, trus kayak ada suara nafas di telinga ku. Sama aku lihat dia jalan di koridor belakang kamar.”
“Kalau memang itu Kuntilanak, pasti ada yang mengundang… atau ada yang memelihara…”
“Maksud nya?
“Entah lah…. Aku cuma tau dari cerita orang-orang. Kuntilanak itu bisa di pelihara. Bisa di undang untuk datang dan bersemayam di tempat tertentu dengan beberapa persyaratan. Karena jarang sekali ada kuntilanak yang menghuni bangunan tertentu jika tidak ada yang memelihara. Mereka lebih suka menghuni pohon besar atau hutan. Tapi jika memang itu bener, berarti ada memelihara tau yang memanggil dia di kost mu….”

Analisa Sigit terhadap kehadiran Kuntilanak jemuran itu menambah pusing kepala ku. Seakan-akan aku salah memilih kost… atau aku memang salah memilih kost. Tapi siapa yang memanggil? Siapa yang mengundang? Atau…. Siapa yang memelihara?
Pikiran ku langsung tertuju pada bunga kamboja dan sisa-sisa dupa yang tertancap di bawah nya. Mas Win??? Nggak mungkin…. Buat apa dia memanggil makhluk itu??? Buat apa dia memelihara kuntilanak?? Mas Win memang penuh misteri… tapi aku nggak percaya kalau dia sampai melakukan itu.

“Owh iyo… aku wes ngomong ke Olik… anak e yang punya kost ini. Sebener e kamar udah full semua. Tapi di lantai atas ada 2 kamar. Yang satu di pakai Lucky, temen e Olik. Yang satu di pakai gudang. Nah kalau kamu mau ya nempati kamar yang di pakai gudang itu”
“Gudang? Kotor banget berarti….”
“Ndak sih…. Ntar liaten sendiri… tapi kamarnya kecil 2.5x2.5 meter… cukuplah kalau buat kamu sendiri…”
“oke deh…. Tak liat e aja”

Gudang…. Nggak peduli kamar ini bekas apa. Yang jelas aku hanya ingin segera pindah. Aku hanya ingin segera lepas dari belenggu tempat asing itu. tempat yang menyapa ku dengan segala ketidakjelasannya. Tempat yang mempertemukanku dengan orang paling misterius. Setidaknya kost sigit ini lebih nyaman dan lebih segar dari kost ku yang pengap dan gelap.


Sigit membawa ku naik ke lantai 2. Melewati tangga yang cukup sempit. Mungkin hanya selebar 0.5 meter dengan tanjakan yang cukup curam. Jadi tata ruang kost sigit ini sama seperti pada umumnya rumah di perumahan. Cuma beberapa ruang telah beralih fungsi. Ada 3 pintu masuk yang bisa di akses. Pintu garasi , yang sekarang jadi pintu utama. Pintu Depan, menuju ruang tamu yang sekarang di alih fungsikan menjadi kamar. Dan Pintu samping, yang juga di alihkan menjadi pintu kamar samping.

Jika kita masuk melalui garasi, kita akan langsung menuju dapur. Pencahayaan agak minim di ruangan ini. Tepat diatas dapur inilah ada 2 kamar di lantai atas. Tepat di sebelah meja dapur ada tangga menuju lantai atas. Tangga yang aku ceritakan tadi. Sebelum dapur juga ada jalan kekanan menuju ruang tengah. Ruang tempat anak kost bersantai.

Di ruang tengah ini berbatasan dengan 4 pintu kamar. Kamar Olik, Sigit, Yunan, dan Igbal. Serta kamar mandi di pojokan. Dari raung tengah juga terdapat pintu akses ke tangga.

Sigit membawa ku ke lantai atas melewati beberapa anak tangga yang cukup curam dan hanya di batasi palang kayu disisi nya. Tangga ini seperti di bangun seadanya memanfaatkan celah sempit antaara dapur dan ruang tengah. Keramik yang terpasang di tangga juga seperti ekramik sisa kamar mandi. Merah using dengan pola-pola ukiran.

Cukup tinggi tangga ini membawa kami naik. Dan begitu kaki kami tiba di lantai atas, ruang cuci dan jemuranlah yang menyambut kami. Tangga ini berhadapan tepat dengan ruang jemuran dengan penutup atap asbes di atasnya. Baru disebelah jemuran ini lah kamar yang di jadikan gudang itu berapa. Tepat di sebelah kamar Lucky. Mahasiswa yang hamper melewati tahun ke 6 nya dan jarang banget keluar kamar. Kata sigit , fasilitas di kamar lucky cukup lengkap. Komputer, Tv, Dispenser, Springbed busa, ama meja belajar besar. Katanya kalau beruntung, kita bisa nemu bungkus kondom di tempat sampah nya…. Ahhhh kampret lah….

“Nih bro…. kamar nya… rada kotor sih… kalau mau nanti mau di kirim orang buat bersih kan. Tapi baru minggu depan orang e bisa datang…”

Layak nya Gudang memang, begitu Sigit membuka pintu nya tampak tumpukan buku-buku, sepatu usang, kasur kapuk yang udah hitam karena jamur dan beberapa kardus bekas monitor Komputer. Sarang laba-laba udah mulai memenuhi setiap sudut kamar itu. Tak ada lubang ventilasi, hanya ada jendela kaca nako yang sudah berkarat di engsel tuas-tuasnya. Entah bisa di gerakkan atau tidak, hanya itu satu-satunya tempat aliran udara masuk dan keluar.

Cahaya juga minim masuk ke kamar itu, Cuma dari jendela kaca itulah cahaya matahari terpantul. Selebih nya sangat bergantung kepada cahaya lampu listrik. Tak jauh beda dengan kamar kost ku, hanya saja lantai kamar ini sudah berkeramik dan tidak sepengap kamar ku meski penerangan dan Ventilasinya kurang.

“Misal besok tak bersihin sendiri gimana Git?”
“Lho… gak papa ta kamu bersihin sendiri?”
“Gak masalah wes…. Aku pengen cepet pindah….”


Cepat pindah…. Cepat pindah…. Cuma kata-kata itu selalu yang terngiang di telinga ku…