3 Malam 4 hari…. Sepertinya akan menjadi hari yang menyenangkan. Bermain dengan ombak dan pasir di pantai. Menikmati eksotisnya tanah lot dan sejuknya danau Bedugul. Pikiranku sudah terbuai kenikmatan liburan yang menjanjikan. Dan banyak ekspektasi yang sudah ku targetkan saat setibanya di Bali nanti. Pulau sejuta pesona, sejuta keramahan dan sejuta senyuman…
Tepat habis adzan subuh aku sudah berada di depan sekolah bersama teman-teman lain. Langit masih gelap layaknya malam. Aku tak berani masuk ke area sekolah setelah mendengar cerita-cerita misterius dari Suryono. Tak lucu juga jika aku memaksa masuk area sekolah dan kesurupan menjelang keberangkatan ke Bali. Aku hanya terdiam bersama teman-teman lain di luar pagar sekolah dan merasakan dinginnya udara pagi kota Sidoarjo.
Tepat pukul 7 pagi bus membawa kami berangkat menuju Pulau Bali. Perjalanan yang panjang dan sehari penuh kami berada di dalam bus. Menikmati sejenak indahnya selat bali lalu kemudian kembali meneruskan perjalanan menuju denpasar. Hingga petang sampailah kami di hotel Natour. Hotel kecil nan mewah ini sudah di booking semua kamarnya oleh sekolah ku. Nuansa etnic sangat terasa di padu aura magis dari pulau bali menambah kesan heroik akan tempat ini.
Kamar sudah di tentukan oleh panitia, namun aku meminta dijadikan 1 kamar oleh kawan karib ku seperti Deny, Erik, Agus dan Suryono. Setidaknya ada banyak hal seru yang bisa aku lakukan bersama mereka. Gila-gilaan bareng atau sekedar main kartu hingga larut malam. Terlebih lagi Suryono, meski terlihat singit abis, tapi dia pribadi yang menyenangkan saat pembicaraan sudah menyerempet soal cewek. Ntah lah… aku juga tak paham… anak SMP udah ngomongin cewek, kencing aja belum lurus…
Acara malam itu adalah istirahat total di hotel, karena seharian sudah menempuh perjalanan. Baru esok hari akan di mulai kunjungan wisatanya. Tak banyak yang bisa aku lakukan di hotel selain nonton tv dan ngobrol bersama keempat temanku. Dua jam mengobrol tapi rasa kantuk tak juga datang. Hanya aku, Suryono dan Deny aja yang masih terjaga. Yang lain sudah pada terkapar lebih dulu. Hingga akhirnya ide bodoh itu pun muncul lagi…
“Sur… jailangkung yuk…”
“heh… edan… ini hotel bro… rawan…”
“Rawan gimana?”
“jangan… kita ada di tempat yang sama sekali kita nggak kenal. Apalagi ini bali. Pulau yang memiliki aura mistis lebih kuat dari pulau jawa.”
“Bentar aja Sur… kayak yang kamu bilang dulu… Cuma buat iseng setelah itu ya sudah…. Biarkan mereka pergi lagi..”
“jangan bro… aku nggak yakin ini akan aman…”
“udah… pasti aman… percaya aku aja deh…”
Aku memaksa Suryono untuk bermain jailangkung dengan pulpen dan kertas yang aku dapat dari hotel. Rasa penasaran ku akan jailangkung waktu itu membuat pikiran warasku sirna seketika. Bahkan Suryono yang nota bene sering melakukan ritual itu melarangku, tapi tetap saja ku paksa dia melakukannya. Gila…. Gila aku dulu… akal sehatku sekarang mengutuk diriku sendiri di masa lalu. Bisa-bisa nya aku melakukan hal bodoh yang akibatnya aku tanggu hingga hari ini… hingga detik ini…
Rasa penasaran yang berlebihan menutup logika dan pikiranku untuk memikirkan dampak dari apa yang aku lakukan. Dan disinilah dimulai semua penyebab apa yang aku rasakan mulai dari hidup di asrama hingga pindah kost demi kost namun mereka terus menghantui…
“Pulpen gak bergerak Sur… kita coba panggil lagi yo…”
Suryono hanya mengangguk. Entah itu anggukan setuju atau anggukan keterpaksaan. Aku hanya melihat wajahnya lebih tegang dari biasanya. Aku coba untuk memanggil kembali. Namun masih tetap tak ada hasil. Hingga berkali-kali aku coba tapi tetap saja nihil. Okey lah… mungkin memang aku gagal, atau tempat ini bersih dari arwah-arwah gentayangan. Baguslah… berarti aman untuk di tempati sementara waktu.
“Gagal terus Sur… wes tidur aja….”
Aku sudah mulai frustasi, dan menghentikan permainan ini. Berarti memang tak ada roh penasaran di tempat ini. Aku bisa tidur nyenyak tanpa harus memikirkan hantu-hantu iseng yang selalu mengganggu. Ku letakkan pulpen dan kertas itu di atas meja dan kutarik selimut untuk tidur dan bersiap menyambut pagi yang indah esok hari…
Tepat pukul 6.30 pagi aku terbangun. Ku perhatikan anak-anak lain masih tertidur dan berlindung di selimutnya masing-masih. Ahh sial sekali…. Aku yang tidur paling malam, kenapa harus bangun paling pagi. Mata ku masih lengket rasanya. Sedangkan jam 8 kami sudah harus berkumpul di tempat parkir bisa untuk pergi ke tempat wisata. Ku perhatikan sekeliling kamar dengan harapan bisa menghilangkan kantukku dan mulai untuk mandi. Sekilas tak ada yang aneh dengan kamar ini, masih seperti tadi malam. Berantakan… tas hingga pakaian bertebaran dimana-mana.
Hingga akhirnya sudut pandang mu menatap kearah meja. Meja yang kutinggalkan semalam karena bosan bermain jailangkung tak kunjung datang. Aku lhat pulpen sudah jatuh ke lantai dan kertas yang ku sediakan untuk media jailangkung menjawab pertanyaan kini penih dengan coretan. Coretan?? Aku masih belum percaya dengan yang aku lihat. Apa maksud nya ini? Ada yang mencoreti??
“Sur… bangun Sur… kamu nyoreti kertas ini semalem?”
“Kertas??kertas apa bro??”
“Kertas jailangkung…. Banyak coretan nya Sur…”
“Ku kan tidur bareng kamu…. Dan baru bangun pagi ini… coba Tanya yang lain…”
Aku bangunkan semua teman se kamar ku, dan tak ada satupun yang tahu akan coretan itu. Karena mereka memang baru saja bangun setelah aku bangunkan. Berarti kami semua tertidur sepanjang malam. Lalu siapa yang mencoret nya??
“berarti…. Mick…. Jailangkung kita semalam berhasil memanggil mereka…”
“ma… maksudnya…”
“mereka datang Mick… coretan ini adalah coretan seperti halnya kita bermain jailangkung di Sekolah…”
“jadi mereka….”
“iyaah… mereka datang saat kita tertidur… mereka benar-benar datang…”
Aku semakin tak percaya kalau mereka memenuhi panggilanku. Jika memang itu terjadi, bagaimana kelanjutannya jailangkung tanpa tuan nya?? Dan jika memang dia datang, bagaimana cara mereka kembali ?? atau jangan-jangan mereka tak benar-benar kembali dan akan terus berada bersama si pemanggil??
Benar sekali… mungkin memang begitu adanya…. Dosa 10 tahun lalu memanggil mereka untuk datang tanpa pernah mengantarkan mereka pulang menjadi alas an segala penampakan dan gangguan-gangguan mistis yang aku alami. Dosa 10 tahun lalu yang mengubah kekhawatiran ku menjadi kenyataan….
Bahwa aku…. Tak benar-benar sendiri sekarang…