Lalu apa yang aku maksud Dosa 10 Tahun lalu?
Menjalani kehidupan sebagai kelas 3 sangat membosankan untukku dan untuk teman-teman. Setiap hari kami hanya di sibukkan dengan mata pelajaran yang padat. Dan di sambung dengan pendalaman materi hingga sore. Sangat membuat jenuh dan membosankan. Banyak hal-hal iseng yang sengaja kami lakukan untuk lepas dari himpitan kehidupan sekolah yang memuakkan. Mulai dari bolos pendalaman materi untuk sekedar main bola di alun-alun, ngopi di kafe atau sekedar nongkrong di studio music dan tempat Dingdongan. Tak jarang kami kena hukuman cukup memalukan.
Tapi dari semua keisengan kami, ada hal iseng yang paling nggak masuk akal untuk di lakukan… iyah…. Seperti apa yang kalian terka-terka…. Main Jailangkung… kenapa harus jailangkung? Ada banyak hal yang membuat kami tertarik untuk memainkannya, disamping sekolah kami yang memang angker dan juga ingin merasakan bagaimana rasanya memanggil roh penasaran dan mencari tahu tentang mereka… Bermain jailangkung di tempat yang angker sama saja bunuh diri. Dan hanya orang-orang bodoh lah yang berani memainkannya… kamilah orang-orang bodoh itu…
“Jailangkung?? Ogah… gila apa… apa nggak ada permainan yang masuk akal…”
“udah deh… kemarin di kamarku aku bisa memanggil roh yang mati karena di bunuh… sekolah kita ini kan banyak penunggu nya… pasti gampang buat memanggil mereka…”
Suryono… adalah temanku yang memulai semua ini. Pembual paruh waktu yang berhasil mempengaruhi aku, Deni, Agus, Ijal dan erik untuk memuaskan hasrat nya bergelut dengan semua hantu-hantu itu. Dialah yang meyakinkan kami kalau jailangkung itu tidak berbahaya. Hanya memanggil dan biarkan dia pulang dengan sendirinya…
“Okey… pulpen, benang dan kertas huruf ini yang akan menuntun roh itu menjawab semua pertanyaan kita. Yang kita butuhkan hanya konsentrasi memanggil mereka untuk masuk ke pulpen ini dan menuliskan semua fakta yang dia alami…”
“Apa nggak berbahaya Sur…?”
“Udah lah… percaya sama aku… ini akan jadi hiburan yang menarik…”
Aku tak ingat kenapa hingga akhirnya aku mengiyakan ajakan Suryono. Rasa penasaran dan keingintahuan ku kepada jailangkung sudah sejak aku duduk di kelas 2 SMP. Aku masih ingat betul saat guru sejarahku menceritakan asal muasal jailangkung dan proses pemanggilannya. Guru gila…!! Silabus mana yang mengharuskan guru mengajarkan prosesi pemanggilan hantu kepada murid nya…
Lalu apakah kami behasil memanggil penunggu sekolah itu?
Jailangkung… disini ada pesta kecil-kecilan… datang tak di jemput pulang tak di antar…
Suasana terasa sangat hening, waktu itu jam istirahat dan kebanyakan anak2 di kelasku ke kantin atau nongkrong di bangku depan kelas. Pemanggilan pertama tak ada tanda-tanda pulpen itu bergerak
Jailangkung… disini ada pesta kecil-kecilan… datang tak di jemput pulang tak di antar…
Lagi, kami mencoba memanggil dan masih tak ada tanda-tanda pulpen bergerak. Aku sedikit lega karena kami tak berhasil memanggil arwah. Namun aku tetap penasaran.
“Oke…. Kita coba sekali lagi”
Jailangkung… disini ada pesta lecil-kecilan… datang tak di jemput pulang tak di antar…
Pemanggilan ketiga… masih tetap bergerak. Aku rasakan angin dari jendela menerobos dan bertiup di leherku. Menambah suasana mencekam dan membuatku merinding.
"Udah deh Sur…. Nggak ada yang datang… yaudah deh kita ke….”
Belum sempat ku selesaikan kalimatku, Suryono memotongnya dengan membacakan mantra itu lagi…
“jailangkung-jailangkung disini ada pesta… pesta kecil-kecilan…. Datang tak di jemput, pulang tak diantar..”
Tampak nya masih sia-sia… aku berfikir untuk mengakhiri aja permainan ini. Namun pikiranku berubah saat ku lihat pulpen itu bergerak pelan. Bener-bener bergerak… ini bukan angin atau trik tipuan tangan. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri pulpen itu bergerak secara tidak beraturan. Pulpen itu kami gantung dengan benang yang tengah kami pegang. Dan sangat terasa di tangan tarikan-tarikan dari pulpen…
"Kamu siapa?”
Pulpen itu tampak hanya bergetar saja. Belum menunjukkan huruf tertentu seperti yang kami harapkan. Suryono mengulang pertanyaannya.
“Kamu Siapa?"
Pulpen bergerak… dia menunjukkan beberapa huruf. Agak sedikit kacau, namun jelas menunjukkan beberapa deretan huruf.
‘E-V-A’
“Wahhh… cewek bro…keren nih…”
Suryono makin bersemangat. Tampak aneh buat ku, bersemangat saat bergumul dengan sesuatu yang mistis.
“Rumah mu dimana?”
Sekali lagi pulpen bergetar… dan tampak kacau menunjukkan huruf demi huruf… namun beberapa deretan huruf akhirnya jelas terlihat
‘S-I-N-I’
Sini…! Dia adalah penunggu sekolah ini. Bukan roh atau arwah yang numpang lewat dan masuk ke perangkat jailangkung kami. Tapi dia ada dan bersemayam di sekolah ini
“apa? Tanya apa lagi kita?"
Aku hanya terdiam. Tapi coba ku tanyakan sebuah pertanyaan yang membuat ku penasaran.
“Kamu… kenapa mati?”
Ku lihat pulpen hanya terdiam. Tak ada respon, apa permainan ini sudah berakhir? Apakah roh yang sedari tadi menuruti semua pertanyaan kami sudah pergi? Bagus lah kalau gitu. Berarti aku tak perlu khawatir permainan ini akan berlanjut. Biarlah aku tetap penasaran asal mereka bisa kembali dan tak mengganggu kami. Tapi… apa yang kami dapat…. Pulpen tiba-tiba bergerak kencang. Berayun ke semua arah. Apa roh itu marah aku menanyakan hal itu? Jawaban yang aku tanyakan membuatnya murka? Pulpen bergerak perlahan dan kembali kacau menunjukkan beberapa huruf. Hingga akhirnya kami mendapatkan jawaban yang mengejutkan…
‘B-U-N-U-H’
Apa?? bunuh?? Dibunuh? Siapa yang di bunuh? Roh penunggu sekolah ini mati penasaran karena di bunuh? Dia roh yang datang dan menunggu sekolah ini atau…? Dia di bunuh di sekolah ini? Aku tak tau sejarah sepenuhnya dari sekolah ku…
Dan yang pasti aku juga takkan tahu jika mungkin… memang ada yang di bunuh disini…