Aku Dan "Makhluk" Tak Diundang Di Kamar Kosku #10 - Cerita Seram Kaskus

Aku Dan "Makhluk" Tak Diundang Di Kamar Kosku #10

Siang itu hujan turun cukup lebat, langit masih gelap sehingga tak ada tanda-tanda kapan hujan ini akan berakhir. Air begitu deras menghujam susunan genteng diatas sana. Aku dan teman-teman sekelas masih terkurung dan berharap hujan segera reda sehingga kami bisa pulang. Dan menikmati hari kebebasan setelah satu minggu menjalani padatnya ujian yang akan menentukan nasib kami kelak. Namun bukan itu yang mengganjal pikiranku sekarang. Aku masih tak percaya bu Alik pergi begitu cepat, beliau adalah satu-satunya guru yang tak pernah gengsi untuk berbaur bersama muridnya. Bahkan pernah tiba-tiba bu Alik datang ke kantin hanya untuk ngobrol dan menraktir kami semua.Tapi kini semua itu hanya kenangan terkubur bersama jasad seorang guru yang tak ada tandingannya.

Pikiranku yang semaking nggak karuan menambah rasa keingintahuan ku kenapa issue Tumbal itu ada dan tumbuh subur hingga mengakar bertahun-tahun. Kejadian yang terjadi setiap tahunnya selalu berhubungan dengan kelas 3-III. Aku pernah mendengar bahwa jauh sebelum aku masuk ke sekolah ini, ada beberapa kejadian yang nggak masuk akal terjadi di ruang kelas 3-III. Dan beberapa versi cerita aku dapat dari teman-teman pasca meninggalnya bu Alik.

Ada yang mengatakan bahwa tumbal itu berawal dari sebuah kutukan. Dulu di pertengahan 80an ada seorang siswa yang mendadak terkena serangan jantung usai pelajaran olah raga.Karena mungkin terlalu kelelahan, tiba-tiba siswa tersebut tak sadarkan diri. Guru pengajar waktu itu bingung dan tak bisa berbuat banyak hingga siswa tersebut meninggal meninggal di kelas itu. Orang tua siswa itu tidak terima dan menganggap itu terjadi karena kelalaian pihak sekolah. Dan dari rasa ketidakpuasan itulah si orang tua siswa itu mengutuk bahwa setiap tahun akan selalu ada anggota kelas 3-III lainnya yang akan menemani anaaknya di alam kubur....

Entah terbukti atau tidak, nyatanya sejak saat itu kejadian demi kejadian silih berganti terjadi. Menandakan bahwa apa yang di katakan oleh orang tua siswa tersebut benar-benar terjadi.

Versi lainnya aku mendengar bahwa lokasi ruang kelas 3-III dulunya adalah sebuah pohon besar yang dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Pemda membeli tanah itu yang kemudian di bangun kompleks gedung pemda dan sekolah SMP N 2 Sidoarjo. Warga meminta agar pohon di pertahankan untuk hidup.Namun tata ruang saat pembangunan gedung SMP N 2 Sidoarjo mengharuskan agar pohon itu di tebang dan di ratakan dengan tanah.Tanpa berkomunikasi dengan warga, akhirnya pohon itu benar-benar di binasakan. Arwah dan roh yang terlebih dulu bersemayam disana tak mau pindah dan tetap menghuni tempat itu sekalipun pohon telah tiada bergantikan dengan ruang kelas.
Argumen ini di perkuat , yang konon ceritanya tengah malam pak Parno penjaga sekolah mendengar suara gaduh di kelas 3-III. Semua pintu dan pagar terkunci rapat, mustahil ada orang yang bisa masuk., pak parno pun mengambil inisiatif untuk mengecek keadaan. Namun tak di temui seorang pun di sekitaran ruang kelas 3-III. Keesokan harinya saat di cek betapa kenyataannya di luar nalar sehat.Kursi, meja saling bertumpukan berantakan.Nyaris seperti gudang.Bertumpukan tak beraturan. Kecuali 1 kursi yang tersisa dan masih utuh di tempat semula.Hanya 1 kursi??Entahlah siapa pemilik kursi itu sebelum nya. Kursi itu juga di duduki oleh siswa lain, namun pasti ada cerita di balik pemilik kursi itu sebenarnya.

Tak hanya berhenti sampai disitu, acara PERSAMI ekstra pramuka sempat di hentikan lantaran seorang siswa kesurupan waktu itu.Untuk hal ini aku tak tau persis, hanya saja kabar yang aku siswa itu sempat berbincang dengan salah seorang teman dan minta tolong diambilkan perlengkapan kemah di ruang kelas 3-III.Namun saat tiba di ruang kelas, bukan peralatan kemah yang di temui melainkan suasana kelas yang berubah menjadi pemakaman umum.Begitu dia melangkah masuk, terasa kakinya terbentur sesuatu. Saat dilihat kebawah, Cuma ada batu nisan yang berantakan. Kemudian yang terjadi dia taksadarkan diri dan di temukan dalam keadaan kesurupan.

Batu nisan??? Bagaimana bisa??
Itu ruang kelas… ada apa dengan ruang kelas itu sebenarnya??

Hingga aku menulis kembali cerita ini, aku belum mendapatkan kembali informasi mengenai sekolah ku tersebut. Yang tersisa hanya tanda tanya besar, dan tak mungkin lagi ku tahu sejarah apa sesungguhnya yang tersimpan seiring pindahnya SMPN2 Sidoarjo ke gedung yang baru dan jauh lebih megah.

Belum selesai lamunanku menunggu hujan reda, Suryono menepukku dari belakang.

“Mick… pernah ngelihat hantu nggak?”
“Hantu? Nggak pernah…. Kenapa Sur?”
“Aku kemarin sembari nunggu angkot, cerita-cerita ama anak-anak kalau di gedung sekolah kita ini. Banyak penunggu nya…”
“iya juga sih….Aku dengernya juga gitu… emang dimana aja yang ada penunggunya?”
“Banyak…”


Aku mengerti arti senyuman Suryono dan kata "banyak" yang di ucapkannya. aku ingin tahu seberapa familiar Suryono akan sekolah ini. dan juga sekaligus sebagai pembuka tabir dari semua keanehan yang terjadi baru saja. aku ingin tahu seberapa jauh pengetahuan suryono mengenal tempat ini dan hantu-hantu di dalamnya....