Dan cerita ini akan melemparku kembali ke tahun 2008, dimana hal-hal mengerikan itu terjadi…
Apa yang terjadi dengan ku? Aku juga nggak pernah ngerti dengan semua ini. AKu Cuma orang biasa yang di lahirkan dari keluarga sederhana tanpa punya trah penerus ilmu apapun dari leluhur ku. Lalu apa yang memulai semua ini?? Kutukan? Semua terasa begitu aneh, teror demi teror di Asrama itu seakan-akan terus bergelayut manja dan tanpa sekalipun menjauh. Mereka seakan datang dalam bentuk lain, menyapa ku di setiap hari nya. Ada apa dengan ku?? Ribuan tanda Tanya aku coba mencari tau. Apa semua ini ada hubungannya dengan background keluarga? keluarga aku biasa aja, kebanyakan dari mereka adalah wirausahawan dan pegawai. Tanggal lahir? Apa yang salah… aku di lahirkan di tanggal yang tidak ada istimewanya sama sekali… eh tapi… Bentar… weton?? Kamis Pon… Nggak… nggak mungkin… weton hanya hitungan jawa kuno. Hitungan yang meramalkan jalan kehidupan. Nggak ada sangkut pautnya dengan semua misteri ini…
Aku nggak pernah berfikir macam-macam, hingga akhirnya hari ini aku menemukan hal yang mengagetkan tentang weton ku…
“mas… barang udah siap… kita berangkat sekarang?”
Suara pria paruh baya mengagetkan lamunanku siang itu. Keringatnya yang cukup deras di sela-sela handuk coklatnya menandakan ada hal yang melelahkan baru saja dia lakukan.
“Owh inggih pak… tapi bentar saya ke atas dulu ada barang yang tertinggal…”
“oh iya mas….”
Hari itu adalah hari terakhir aku di Asrama Kopma Brawijaya. Minggu pagi yang sepi …sangat sepi…. Tak banyak orang di asrama saat itu. Hanya ada satpam dan seorang ibu kantin yang membuka lapaknya pagi itu. Semua mahasiswa lainnya sudah lebih dulu keluar dan mencari tempat tinggal lain. Bermula dari kebijakan rektor baru, dalih merenovasi asrama sekaligus menyingkirkan kami yang sudah 3 tahun lebih menuliskan kenangan disana. Ada banyak hal yang harus aku tinggalkan, asrama ini sudah menjadi rumah yang nyaman buat aku. Dengan semua persahabatannya, keceriaannya dan segala misteri di dalam nya.
Tidak ada barang yang tertinggal, semua sudah aku packing dan masuk ke bak pick up. Aku hanya ingin berpamitan untuk terakhir kalinya dengan tempat itu. Menjejakkan kaki terakhir kalinya di tangga usang, merasakan lagi aura kamar yang aku tinggalkan yang sekarang hanya tersisa kasur kapuk yang lusuh dan mencium lagi aroma pengap kolong tempat tidur tempat dimana semua misteri berasal.
Ahh taiklah…. Aku segera mendapatkan tempat yang lebih nyaman dan jauh dari mereka yang “Usil” menampakkan diri dan tak mau lenyap. Dan buat mu yang pernah bertengger di pohon depan jendela kamar ku, Selamat tinggal… tenanglah kau disana… cukup kami saja lah yang pernah kau ajak “berdiskusi”. Jangan ada orang lain... Nikmati saja pohon mangga mu yang tampak lebih tinggi itu. Dan siapa pun kamu yang masih berada di kolong tempat tidur, jaga dirimu baik-baik… pergilah… dan nikmati dunia mu… biarkan mereka yang akan menempati kamar ini merasa nyaman tanpa gangguan kalian… Selamat tinggal Kamarku…. Aku berharap ini adalah akhir dari semuanya…
Waktu tepat menunjukkan 19.30. badan ku yang lelah sengaja aku biarkan tergeletak di ranjang susun ini. Ranjang susun tua yang terbuat dari besi dengan beberapa sudutnya sudah berkarat. Remuk sekali rasanya tulangku naik-turun tangga mengangkat tumpukan kardus, banyak emang karena jadi satu dengan barang teman ku, Si Wawan. Teman kost ku yang hidupnya nggak menentu, kadang tidur di kampus, kadang tidur di warnet. Pecandu game online paruh waktu, aku yakin kost ku hanya sebagai tempat penitipan barang.
Kost baru tapi serasa nggak baru. Kost dengan bangunan lawas. Dengan 2 pohon besar di depannya yang rimbun. Letaknya ada di pinggir jalan raya sumbersari tepat di depan Masjid Sumbersari. Buat kalian yang pernah tinggal di Malang dan sering lewat jalan ini pasti tau bangunan mana yang aku maksud.
Kamarku di lantai 2,5… kenapa aku sebut lantai 2.5? aneh memang… bangunan ini memiliki ruas lantai yang tidak biasa. Ada beberapa kamar yang terletak di lantai dasar tapi posisinya lebih rendah dari tanah jalan raya dan memiliki kamar mandi super jorok dan gelap. Sedangkan kamarku berada di lantai 2 dengan tambahan 5-6 anak tangga lebih tinggi. Pojok dan memiliki ukuran tidak biasa. 1.75m x 5 meter. Mirip bekas gudang yang di alih fungsikan sebagai kamar. Lantai nya yang masih memakai ubin tampak jelas ini adalah bangunan 80an.
Kamarku memiliki 2 akses pintu, pintu depan mengarah ke tangga dan pintu belakang mengarah ke balkon yang langsung memiliki view Gedung Kampus Brawijaya dan hanya di pisahkan oleh sungai dengan bantarannya yang penuh sampah dan alang-alang yang tinggi. Mirip rawa tempat setan buang anak. Tampaknya suasana kost ini lebih parah dari Asrama, tapi yaudahlah yang penting aku bisa lepas dari teror makhluk tak bertuan itu
Balkon langsung mengarah ke tempat jemuran yang letaknya melewati anak tangga. Sehingga membuat tempat jemuran itu jauh lebih tinggi. Jika malam tiba, pemandangan tampak bagus dengan jelas memandang bintang-bintang di langit. Layout bangunan yang tidak teratur semakin menimbulkan kesan kalau bangunan ini di bangun seenaknya tanpa perencanaan ruang yang jelas.
Belum selesai lamunanku tentang kondisi kost baru ini, handphone ku berdering
“Halo… siapa nih?“
“Bro… ini Wawan… nomer baru nih…”
“Owhh kamu… aku dah di kost ini”
“Iyah… kalau jadi ntar malaman aku kesana bentar. Trus biasa onlinan lagi…”
“yaudah… ntar ketok pintu agak kencengan aja biar aku bangun…”
“Yoiii brooo…”
Malam hari angin kenceng banget masuk dari sela-sela pintu dan celah lubang fentilasi. Aku baru bisa tertidur sekitar jam 12an. Sebelum akhirnya terbangun oleh ketukan pintu yang cukup kencang dari arah pintu belakang. Setengah sadar aku coba membuka mata, dan ketukan itu semakin keras dari arah pintu belakang.
Ndaakk!!!…dhaak!!..dhaakk…!!
Terdengar jelas karena posisi ranjang susun hanya berjarak 1 meter dari pintu belakang. Keras… seperti suara pintu yang di ketuk dengan besi.
Ndaakk!!!…dhaak!!..dhaakk…!!
Terdengar lebih keras lagi. Aku masih terdiam dan memastikan kalau ketukan itu benar-benar dari pintu belakang…
“Iyaa Wan…. Ntar…. Kok lewat belakang sih wan…”
Kataku sembari membuka pintu belakang yang handle pintu nya memang agak seret karena berkarat. Begitu pintu terbuka, serasa tidak percaya seperti apa yang aku dengar barusan… Nggak ada siapa-siapa di luar. Tak ada satupun yang aku temui diluar. Hanya hembusan angina yang kencang menerpa tubuhku
Kosong???
Trus siapa yang ngetuk begitu kencang tengah malam begini??
Nggak mungkin kalau itu suara angin??
Aku mencoba keluar ke balkon memastikan mungkin ada anak kost lain yang iseng. Tapi tidak ada siapa-siapa. Hanya rawa-rawa yang gelap dan suara aliran sungai sayup-sayup terdengar. Di sudut lain juga tak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya pintu kamar mandi yang terbuka dengan penerangan bohlam 5 watt ala kadarnya.
Trus siapa yang mengetuk??
Halusinasi??
Nggak mungkin… aku cukup sadar untuk bangun dan mendengar suara ketukan itu. Belum sempat pertanyaan ku terjawab, terdengar ketukan dari arah pintu depan. Kali ini terdengah jauh lebih lirih dari ketukan yang aku dengar sebelumnya dari arah pintu belakang.
Tok….tok…tok..!!!
Apaa???
Nggak… nggak mungkin… aku yakin sekali ketukan itu berasal dari pintu belakang, bukan pintu depan. Dan suara ketukan tadi keras, tidak selirih ini. Kenapa begitu cepat berpindah ke pintu depan?? Anjrit…!! siapa sih yang iseng tengah malam gini? Disaat semua butuh istirahat…. Wawan?? Nggak mungkin… dia tau batasan kapan harus becanda. Seiseng apapun dia, tak mungkin dia ngerjain teman disaat teman malam-malam begini. Siapa sih??
Ku beranikan melangkah ke pintu depan dengan diiringi suara ketukan yang terdengar dengan nada yang datar. Tampak bukan seperti orang yang mengetuk dan ingin agar segera dibuka. Begitu aku buka pintu depan, aku hanya melihat Wawan dengan tatapan nanar dan badan sedikit mengigil. Tampak jelas dari wajahnya yang pucat, seperti orang yang sedang demam.
“Owhh kamu wan… tadi kamu lewat belakang ta? Aku denger e dari pintu belakang.”
Dia hanya terdiam…tatapan nya yang dingin berubah menjadi tatapan tajam kepadaku. tanpa sepatah katapun berlalu melewatiku dan naik keranjang susun bagian atas dan menarik selimutnya dan membalikkan badannya kearah dinding. Pikir ku yaudah lah. Mungkin dia kurang enak badan dan butuh istirahat.
Segera ku tutup pintu dan kembali tidur di ranjang bawah. Belum sempat ku pejamkan mata, tercium wangi yang sangat menyengat hidung. Seperti wangi melati tapi dengan dosis yang cukup pekat. Wangi… wangi banget. Aku masih berfikir positif, mungkin dia baru aja beli parfum baru atau gimana gitu. ntah lah…. Aku ngantuk banget… kayaknya aku lebih butuh tidur daripada mikirin ketukan misterius dari 2 pintu secara beruntun ataupun sumber aroma wangi yang tiba-tiba entah datang dari mana asalnya…
Esoknya aku bangun agak kesiangan. Melewatkan Shalat Subuh dan sama sekali tidak terdengar adzan subuh. Atau karena tubuhku yang terlalu lelah sehingga terlalu nyenyak juga tidurnya. Butuh beberapa menit buat ku untuk mengumpulkan kesadaran dan membuka mata sepenuhnya. Sinar matahari yang masuk dari celah-celah ventilasi seakan-akan mengingatkan kalau malam telah berlalu. Aku beranjak dari tempat tidurku dan melihat Wawan sudah tidak ada di ranjang nya.
“Kemana nih anak… pagi-pagi udah ngilang…”
Gumam ku yang masih nggak percaya dengan kejadian semalam. Tapi ya gpp lah… sebagai teman aku siap ngebukain pintu kapan aja. Tapi bentar… trus itu siapa yang tidur di bawah depan Komputer?? Wawan??
“Wan… bangun wan… Wawan….”
Aku mencoba membangunkan nya untuk menanyakan lagi kejadian semalam.
“Apa sih brooo… masih ngantuk aku nih…”
“Ntar deh… aku mau nanya… kok kamu pindah ke bawah?”
“Pindah ke bawah?? Apaan sih… aku ya tidur di bawah terus….”
“Ntar deh bangun dulu… Semalam kan kamu ngetuk pintu… trus aku tanyain gak jawab . abis itu masuk langsung tidur diatas…”
“ngomong apaan sih broo… wong aku masuk yo langsung tidur bawah. Malahan kamu yang tak tanyain gak jawab apa-apa??”
“Aku?? Gak jawab apa-apa??”
Ini ada apa sih sebenernya…. Siapa yang Tanya siapa… aku semakin nggak ngerti kenapa Wawan tiba-tiba tidur dibawah dan kenapa dia bilang aku tidak menjawab pertanyaannya…. Ada apa ini??
“okey… aku mau bilang… semalem pas aku tidur ada yang ngetuk pintu dari arah belakang. Keras… keras banget… pas aku buka nggak ada siapa-siapa. Tapi ketukan muncul lagi dari depan. Pas aku buka, ternyata kamu. Kamu kayak orang kedinginan. Langsung tidur diatas dan nggak ngomong apa-apa. Cuma kemudian wangi…”
“Wangi Melati??”
“Kok kamu tau…”
“Semalam aku datang jam 4an lah hampir subuh. Main game online ngelag mulu. Akhirnya aku balik kesini. Nyampe depan pintu kamar, kok ada kamu nungguin. Aku tanyaian kok nungguin di depan, kamu diem aja. Pandangan juga kosong… kenapa ni anak…. Cuma nyerahin kunci trus tidur . Tangan mu dingin banget lagi… Yaudah…. Abis kunci pintu, ngidupin komputer bentar trus tidur aja di bawah… males naik ke atas. Tapi ko tiba-tiba bau melati menyengat banget… aku mikir yo aneh… ni anak mau tidur aja pakai minyak wangi….”
“jadi tadi malam yang aku bukain itu??? Jadi dia.....”
Dan teror Asrama itu…. Belum berakhir….Mereka masih ada, masih mengikuti , bahkan setelah aku pindah sekalipun. Kenapa?? Kenapa masih kayak gini???… Apapun itu… faktanya aku nggak bener-bener sendiri di kamar ini…. Tidak Sendiri…