Aku Seorang Pengusir Hantu - Keluarga #1 - Cerita Seram Kaskus

Aku Seorang Pengusir Hantu - Keluarga #1

"Angkat Daun Pisang disitu Muhen !" Teriak gua

Muhen dengan cepat mengangkat daun pisang yang ada di atas meja, dan abu yang telah gua sediakan dibawah meja berterbangan karena daun pisang diangkat.

"Oh tidak hantunya mulai menggelinjang!" Teriak gua lagi

Konsumen yang kali ini adalah keluarga fanatik tentang hantu ketakutan karena abu itu berterbangan

"Aping coba ambil kendi dari pojok situ, itu sudah kuiisikan mantra" Ucap gua

Aping bergegas mengambil kendi itu.

"Tuangkan di atas kertas itu !" Tunjuk gua kesebuah kertas

Aping dengan cepat menuangkan air yang di dalam kendi itu dan menumpahkannya di atas kertas.

"Bagus, dan sentuhan terakhir ! Praja dan Al Tarik tali yang telah gua sediakan tadi !" Teriak gua

Mereka dengan cepat berbarengan menarik tali yang telah di sediakan , dan muncul lah bayangan ilusi dari tali tersebut membentuk sebuah hantu yang terpancar dari abu, kertas dan tali.

"Itu hantunya !" Teriak gua

Gua mengejar hantu itu dan mencoba menangkapnya, karena ilusi itu hanya sebentar jadi ilusi hantu itu langsung menghilang.

"Oke Pak, sudah kami tangkap , ini saya beri bapak sebuah boneka kecil, jika boneka ini menangis artinya ada hantu di rumah bapak dan hubungi saya lagi, saya yang akan mengusir hantu itu secara gratis" Ucap gua

Bapak itu memberikan gua sejumlah uang, dan gua membagi nya ke mereka setelah itu gua pulang.
Akhir-akhir ini gua sering menginap di rumah ayah gua, yah begitulah terakhir kejadian gunung itu, sesampainya dirumah ayah gua sedang duduk dan menikmati kopinya.

"Udah berapa lama nipu orang ben?" Tanya ayah gua

Gua gak bisa menjawab, dan gua duduk di depannya dengan menunduk.

"Udah berapa kali?" Tanya ayah gua lagi
"5 Kali yah" Ucap gua ketakutan
"Mana uangnya, ayah minta" Ucap ayah gua

Gua kasih semua uang yang gua pegang, ayah gua hanya mengambil 200 ribu dan sisanya di pulangin ke gua.

"Untuk makan, kalo ada orderan lagi ayah yang bantuin cari strategi nya" Ucap ayah gua

Untunglah ayah gua mendukung gua

"Yah, ajarin Tannia biar gak lemah sih" ucap gua
"Ajarin sendiri, udah di kasih juga banyak mau, dia memang jin yang umurnya ribuan tahun tapi gak tau kenapa dia gak bisa berkembang" Ucap ayah gua

Tannia di belakang gua hanya memasang wajah kesal.

"Mau tau nama asli Tannia itu siapa ben?" Tanya ayah gua
"Mau-mau" Ucap gua bersemangat
"Ketek" Lalu ayah gua tertawa dan menuju ke kamarnya

Asli dah nyebelin banget, wajah Tannia memerah karena malu.

"Bener tah Tan?" Tanya gua
"Dia yang memanggil gua ketek" Ucap Tannia
"Kenapa di panggil ketek?" Tanya gua
"Karena gua dulu di taro di ketek dia" ucapnya

Gua tertawa lepas karena memang ayah gua orangnya agak aneh, walaupun begitu dia tetap baik ke gua.

"Yah mau nanya" Ucap gua
"Tanya apa lagi?"
"Kenapa ayah cerai?" Tanya gua
"Duduk sini ben" Suruh ayah gua

Gua duduk di depan ayah gua, gua perhatikan ayah gua bercerita.

"Ben tau gak rumah depan yang kosong itu" Ucap ayah gua
"Ya tau, kenapa yah?" Tanya gua antusias
"Dulu disitu kan ada nenek-nenek" Ucapnya
"Terus"
"Nah nenek-nenek itu orang kaya ben, setiap hari nyapu halamannya, dan dia itu punya 1 orang anak dan anaknya durhaka ben, nenek itu tinggal sama supir pribadinya" Ucap ayah gua serius
"Terus yah"
"Lalu nenek itu ninggal, nah anaknya ini kan nakal banget ben, jadi waktu nenek itu ninggal dia dateng cuma minta warisannya" Ayah gua terus bercerita
"Lanjut yah" Ucap gua mulai serius
"Pulang lah kan si anak ini, dia itu ketemu sama supirnya, ternyata semua harta nenek itu udah di jual dan di beliin cincin berlian, udah itu di bawa ke kuburan, nah si anak ini gak terima karena harta warisannya di bawa mati, jadi si anak ini nyoba ngegali kuburan itu ben" Ucap ayah gua
"Di ambil yah cincinnya?" tanya gua
"Nanti dulu, udah itu si anak itu berhasil gali kuburan ibunya itu ben, nah tapi cincinnya gak bisa di tarik, akhirnya jari nenek itu di potong" Wajah ayah gua serius
"Dipotong?" Tanya gua gak percaya
"Iya di potong ben, terus udah itu si anak itu berhasil dapetin cincin nenek itu, yang di potong jari kelingking, dia udah dari kuburan itu ke warung kopi, udah itu dia beli kopi, tapi nih ben" Ucapan ayah gua terpotong
"Tapi apa yah?" Tanya gua
"Mau di lanjut nih?" Tanya ayah gua meyakinkan
"Iya" Ucap gua tegas
"Tapi ben yang jualan kopi itu ternyata nenek-nenek juga dan jari kelingkingnya gak ada, nah si anak ini nanya lah ke nenek-nenek itu, nek jari kelingking nenek kemana? tanya anak itu" Ayah gua meneruskan cerita
"Kemana yah?" Tanya gua
"Nenek itu noleh ke arah anak itu ben, matanya melotot, dan dia jawab" ayah gua menghentikan cerita
"Terus yah" Gua makin penasaran
"Ini semua gara-gara KAMU!!!" ayah gua mengagetkan gua

Gua terhentak mundur karena sangking kagetnya gua dengan cerita ayah gua tersebut, bisa-bisanya gua nanya kenapa dia cerai malah di ceritain cerita gak maksud kaya gini, gila ngos-ngosan dan napas gua tersengal-sengal gara gara cerita barusan.

"Ayah ! Ben ini serius !"Ucap gua kesal

Tannia tertawa kecil melihat ekspresi gua seperti itu.

"Sekolah aja yang bener ben, intinya jangan jadi orang males karena sepintar apapun kita kalau kita males gak akan kepake dimanapun" Ucap ayah gua tersenyum

Gua mengangguk dan keluar rumah menuju rumah praja, tapi sesampainya disana gua melihat orang tua praja sedang bertengkar, akhirnya gua urungkan niat gua untuk ke rumah Praja, lalu gua duduk di warung depan desa gua dan memesan kopi, setelah itu teteh gua menelpon gua.

"Dimana ben?" Tanya teteh gua
"Di tempat ayah, kenapa teh?" Tanya teteh gua
"Beson ke tegineneng ya, teteh beliin ben baju" Ucap teteh gua
"Iya"

Teteh gua mematikan telponnya, gua lihat praja menghampiri gua di warung itu, dan wajahnya terlihat murung.

"Ada apa pra?" Tanya gua
"Apa rasanya kalau ibu dan ayah kita pisah ben?" Tanya nya
"Gua dari kelas 2 sd sih pra" Ucap gua
"Lo bisa kuat ya?" Tanyanya lagi
"Bisa lah, asalkan kita dekat dengan keduanya" Ucap gua
"Makasih ya ben, doain aja semoga orang tua gua gak pisah" jelas praja

gua mengangguk, gua terdiam dan menatap langit malam kala itu, apa ya rasanya ketika keluarga kita bersama, apa ya rasanya kalau gua memiliki keluarga yang lengkap. Batin gua terus mempertanyakan hal itu, gua terkadang iri dengan kawan-kawan gua yang liburan bersama keluarganya.

"Ben?" Tanya Praja lagi
"Apa pra?" tanya gua
"Boleh gua liat salazar?" Tanyanya

Gua mengangguk mengiyakan, lalu tannia mencoba menampakan dirinya ke praja.

"Cewe ben? Cantik" Ucap Praja.

Gua tersenyum kecil melihat praja bahagia.

"Boleh gua sentuh?" Tanya Praja

Gua menggeleng menandakan tidak, lalu tannia menghilangkan diri nya dari Praja.

"Gua kira selama ini cowo ben" Jelas Praja
"Hahaha, udah ngeliat kan?" tanya gua
"Iya ben, ben gua boleh punya gak?" Tanyanya
"Gua gak tau coba kerumah gua, kita tanya ayah gua" Ucap gua

Lalu gua dan Praja menuju ke rumah ayah gua, dan praja langsung to the point ingin memiliki pemandu.

"Yah, praja boleh minta pegangan?"Tanyanya

Ayah gua menatap tajam ke gua dan Praja, As-Syaiton ayah gua sedang duduk manis di depan ruang tamu gua.

"Tapi ada 1 syarat" Ucap ayah gua
"Apa yah?" Tanyanya
"Nyawa" Ucap ayah gua serius

Lah nyawa? apaan sih ayah gua ini, terkadang memang agak susah di ajak kompromi.

"Masa nyawa sih yah?" Tanya Praja
"Iya yah, masa nyawa?" tanya gua penasaran

Lalu ayah gua tertawa terbahak-bahak lagi.

"Mau cewe apa cowo?" Tanya ayah gua
"Cewe yah kaya punya ben" Ucap Praja

Lah memang jones akut lo pra.

"Nanti ayah kasih tau , tapi gak sekarang" Ucap ayah gua

Praja punya pemandu? hahahahaha kalau memang bener artinya Tannia punya kawan dong.. Hihihi.


=== Cerita Selanjutnya ===