Aku dan "Teman" Kos-ku #14 - Jalur Hantu - Cerita Seram Kaskus

Aku dan "Teman" Kos-ku #14 - Jalur Hantu

Juni 2009

Alhamdulillah, sejak gw wisuda, ga butuh waktu lama bagi gw untuk dapat pekerjaan. Hanya 1 bulan setelah wisuda, gw sudah diterima bekerja di sebuah bank swasta yang cukup terkenal. Gw cukup senang karena ini adalah pekerjaan pertama gw setelah lulus kuliah dan gw memang dari dulu tertarik bekerja di bidang perbankan.

Di Bank itu, gw ditempatkan di sebuah unit di daerah Palimanan (Cirebon, Jawa Barat). Karena rumah gw di daerah Kuningan, jadi gw memilih untuk pulang-pergi dan tidak nge-kos, toh jarak rumah-kantor bisa ditempuh 1,5 jam saja pakai motor.

Jalur pulang-pergi rumah-kantor gw terbilang cukup menantang. Jalur tersebut membelah hutan, ada pun perkampungan jaraknya 1-2 KM dari satu kampung ke kampung lain. Belum lagi kalau malam, penerangan sangat minim ditambah jarang kendaraan lewat kesana membuat jalur ini jadi semakin menyeramkan.

Malam itu gw pulang malam, memang sudah menjadi budaya di kalangan perbankan bahwa pada setiap awal dan akhir bulan harus lembur sampai malam. Jam 7 malam, pekerjaan gw selesai, gw memang harus menyelesaikan pekerjaan gw secepatnya karena gw gak mau pulang terlalu malam melewati jalur hantu itu.

"Ron, kalo udah selesai mendingan lu pulang duluan aja, udah malem nih, jalur pulang lu ngeri kalo kemaleman."- Unit Manager gw memang pengertian.

Setelah mendapat izin pulang lebih cepat, gw segera pulang. Gw tancap gas agar bisa secepatnya melewati jalur hantu itu sebelum terlalu malam. Menjelang memasuki jalur hantu, gw membunyikan klakson 3 kali dan mengucap salam dan Bismillah. Gw mengikuti saran dari rekan-rekan kerja gw.

Blok hutan pertama sudah gw lewati, gw memasuki perkampungan pertama. Gelap sekali saat itu, langit tampak mendung. Biasanya cahaya bulan sangat membantu menerangi jalur ini kalau malam. Di kampung pertama, gw berhenti sebentar menunggu ada kendaraan lain lewat, biasanya kalau ada mobil atau motor akan gw ikutin dan konvoi deh, gw jadi merasa ada temen. Tapi, kali ini dari tadi gak ada mobil lewat.

Sekitar 5 menit gw menunggu, akhirnya ada juga mobil lewat. Gw langsung mengikuti mobil itu. Tapi, di pertengahan hutan kedua, tiba-tiba hujan turun, deras sekali. Gw langsung kebut motor gw agar secepatnya bisa melewati hutan itu dan sampai di kampung berikutnya. Sesampainya di kampung kedua, gw berhenti di sebuah warung, beruntung sekali ada warung disana, pikir gw.

Warung tersebut masih terbuat dari bilik anyaman bambu, dengan penerangan lampu bohlam 5 watt. Ada seorang Bapak usia 50-an yang menjaga warung tersebut. Ada juga 2 orang yang sedang berteduh juga disana, 1 anak muda umur 17-an dan 1 lagi kakek-kakek mungkin berumur 70-an.

"Pak, kopi hitamnya 1 ya."- Gw memesan kopi, lumayan menghangatkan badan, pikir gw.

"Iya A'."- Jawab Bapak Warung tersebut.

Bapak penjaga warung dengan cepat membuatkan kopi. Tak sampai 1 menit, kopi sudah tersaji hangat.

"Ahh, enak banget kopinya Pak, langsung hangat badan saya."- Gw memuji kopi si Bapak.

Bapak penunggu warung tampaknya tidak suka berbicara, saat gw puji dia hanya diam.

"Aa', mau kemana?"- Anak muda yang bareng dengan Kakek-kakek bertanya ke gw.

Ah, akhirnya ada yang bisa diajak ngobrol.

"Mau ke Kuningan Kang."- Gw menjawab.

"Oh, berarti lewat kampung X dong ya?"- Anak muda itu menyebut kampung di seberang hutan ketiga, artinya tetangga kampung dimana gw ngopi sekarang.

"Iya, Kang. Kenapa gitu?"- Gw tanya.

"Gini A', saya mau antar Kakek saya ke kampung X, tapi kehujanan. Dari tadi saya jalan kaki, kasihan Kakek saya kayaknya udah kecapekan. Punten kalau boleh apakah Kakek saya bisa numpang sampai kampung X?"- Kata Anak muda itu.

"Oh, silakan gak apa-apa."- Kata gw, lagian biar ada temen lewatin hutan ini, pikir gw.

"Makasih ya A', tapi saya gak bisa ikut, saya harus pulang. Nanti Aa' turunin aja Kakek saya di balai desa, ada Kakak saya nungguin disana kok."- Kata Anak itu.

"Oh ya udah."- Kata gw singkat.

"Nuhun ya A'."- Kata anak itu berterima kasih.

"Iya Kang."- Kata gw singkat.

Tak berselang lama, hujan berhenti. Gw langsung memutuskan untuk pergi, gw membayar kopi. Saat gw membayar kopi, gw agak terkejut dengan wajah Bapak penjual kopi yang pucat pasi. Aneh banget sih, pikir gw. Gw langsung naik ke atas motor, sang Kakek juga naik ke atas motor dibantu cucunya. Setelah, pamitan dengan cucunya, gw langsung tancap gas. Memasuki hutan ketiga, gelap dan becek sekali jalan di hutan ini. Mungkin saking derasnya hujan tadi. Gw pun memelankan motor gw.

"Kek, namanya siapa?"- Gw tanya si Kakek untuk mencairkan suasana.

Kakek itu diam saja.

"Kakek umurnya berapa?"- Gw tanya lagi.

Kakek itu masih diam.

"Istri Kakek gak ikut?dimana sekarang?"- Gw gak menyerah.

Kakek itu masih diam.

Gw menyerah. Mungkin budek karena sudah tua kali, pikir gw.

Akhirnya sampailah gw di balai desa kampung X. Tapi, gw sangat terkejut saat akan menurunkan si Kakek,Kakek tadi sudah tidak ada di atas motor gw. Pikiran gw berkecamuk, gw takut Kakek yang gw bonceng tadi terjatuh. Gw langsung kembali menyusuri hutan 3 menuju kampung dimana tadi gw berteduh. Tapi gak ada ditemukan jejak-jejak keberadaan kakek tadi, warung dimana gw ngopi pun sudah tutup. Jam sudah menunjukkan jam 10 malam. Gw memutuskan untuk pulang, gw takut.

Sepanjang perjalanan, pikiran gw cuma memikirkan nasib kakek yang gw bonceng. Sepanjang perjalanan gw merasa seperti sedang diikuti seseorang, banyak kelebatan seperti orang menyeberang di depan. Beberapa kali gw malah mengerem mendadak karena melihat seperti ada bayangan orang menyeberang. Mungkin karena memikirkan Kakek tadi, pikir gw. Alhamdulillah gw singkat kata sampai ke rumah dengan selamat.

Di rumah, gw cerita ke Bokap mengenai apa yang gw alami. Besoknya Bokap mengantar gw untuk mencari keberadaan sang Kakek. Gw sampai bolos kerja karena shock, gw takut sang Kakek celaka aja. Sepanjang perjalanan, gw gak menemukan jejak-jejak sang Kakek. Gw menuju warung dimana gw ngopi tadi malam. Sesampainya di warung, gw langsung tanya Bapak penjaga warung, Bapak itu tampak kaget melihat gw.

"Pak, lihat Kakek yang tadi malam gak?"- Gw langsung tembak dengan pertanyaan.

"A', duduk dulu sebentar."- Bapak itu malah nyuruh gw duduk dan membuatkan gw teh manis.

"Nih diminum dulu teh manisnya."- Kata Bapak itu. Gw tambah bengong, pengen rasanya gw tonjok orang ini.

Barulah setelah itu, Bapak tadi menceritakan semuanya.

Menurut Bapak penjaga warung, Kakek yang gw bonceng tadi adalah Kakek penguasa gaib hutan tersebut. Banyak pengendara mobil dan motor yang kecelakaan bahkan sampai meninggal setelah ditumpangi Kakek tersebut. Itulah alasannya kenapa semalam Bapak penjaga warung ini diam saja dan ketakutan, karena sejak awal dia tahu. Menurutnya, dia sudah memperingatkan agar saya tidak membonceng Kakek itu, tapi kode dari Bapak penjaga warung tidak dimengerti oleh gw.

Setelah kejadian itu, Gw gak mau lagi melewati jalur hantu itu malam hari. Akhirnya gw memutuskan untuk kos di daerah Cirebon kota.