Renggo : " gw gak akan ngajak lu nembus lapisan paling atas soalnya gw sendiri juga gak bisa vig , sukma gw susah buat bersih total "
Me : " jadi kita ntar masuk di lapisan ke berapa bang ?! "
Renggo : " kita masuk di lapisan pertengahan vig , makhluknya bisa baik bisa jahat "
Me : " gw ngerti bang "
Renggo : " ya udah lu siap siap meditasi trus keluarin sukma "
Me : " oke "
tanpa buang waktu aku langsung bermeditasi dan memulai proses pelepasan sukma , kurang dari sejam aku telah berhasil keluar tanpa ditarik oleh bang Renggo seperti biasanya.
Renggo : " udah lancar lu sekarang "
Me : " enak keluarnya , tumben gak nyantol "
Renggo : " ayo ke atas sekarang !! "
dengan bersemangat kami berdua melayang menembus langit langit kamar dan atap rumah , hingga akhirnya sukma kami terbang puluhan meter di atas komplek perumahan Dieng Tidar .
Me : " kita kemana bang ?! "
Renggo : " ke waduk karang kates vig "
Me : " karang kates perbatasan blitar ?! "
Renggo : " di sana ada kampung gaib di alam astral lapisan tengahnya "
Me : " oke "
Renggo : " pegangin tangan gw , lu ngikut gw "
segera saja kupegang tangan kiri bang Renggo dan kemudian " wuuzzz !!! " kami berdua melesat dengan kecepatan tinggi sementara hembusan angin terasa sangat kencang menerpa muka dan segalanya tampak kabur, hingga tanpa kusadari hanya dalam hitungan detik kami telah di tiba di waduk Karang Kates yang terletak di perbatasan kota Malang dan kota Blitar.
Renggo : " udah kabur semua siluman di waduk ini vig "
Me : " mereka ngerasain energi kita ya bang ?! "
Renggo : " bener , kan mereka takut sama manusia yang bisa ngeluarin sukmanya "
keadaan tampak begitu gelap dan sunyi tanpa ada satupun makhluk astral yang kami temui , rupanya kedatangan kami telah terdeteksi sehingga para siluman penghuni waduk ini kabur duluan karena takut dengan manusia yang bisa mengeluarkan sukmanya seperti kami.... padahal kami tak ingin menyakiti atau memusnahkan.
Renggo : " turun vig , kita nyantai dulu di tanggul "
Me : " oke "
secara perlahan sukma kami turun dan hinggap di salah satu bangunan tanggul , sejenak kami melihat lihat keadaan sekeliling yang tampak cukup gelap.... di hadapan kami terhampar permukaan air yang begitu luas sementara tak jauh dari sisi barat tanggul ini tampak kobaran api unggun dan tenda tenda para anggota pramuka , memang waduk ini adalah salah satu destinasi terkenal buat berkemah.
Renggo : " pada ngapain tuh anak anak pramuka ?! "
Me : " tau tuh , pada joget joget gak jelas bang "
Renggo : " ha..ha.. "
selama beberapa menit kami berdua mengamati para pramuka yang tengah asik berjoget ria dan bernyanyi sambil mengelilingi api unggun " ca ca marica..he..he.. ca ca marica..he..he.. caca marica ada dimana mana.. " mendengar nyanyian mereka yang begitu heboh membuatku lumayan terhibur juga.
Renggo : " asik juga ya vig , rame rame gitu "
Me : " gw jadi inget jaman persami dulu bang "
kini kami berdua mengalihkan pandangan ke arah lain , di sisi timur tanggul ini tampak banana boat , perahu kayu dan juga perahu pancal berbentuk bebek yang tengah terparkir di salah satu sisi waduk..... anehnya ada sebuah perahu pancal yang bergerak menyisiri tepian danau dan sesosok perempuan berambut panjang tampak duduk di kursi kemudi.
Me : " itu perempuan hantu ya bang ?! "
Renggo : " arwah perempuan itu vig "
Me : " ?!?!? "
Renggo : " ayo samperin ! "
bang Renggo merasa bahwa perempuan yang menaiki perahu pancal itu adalah sesosok arwah yang gentayangan , kini ia mengajakku turun dari tanggul yang cukup tinggi ini lalu menghampirinya..... ketika kami berdua melayang di sebelah perahunya tiba tiba saja perempuan itu menangis terisak isak.
Me : " napa dia nangis bang ?! "
Renggo : " kita tanyain aja "
lekas saja kami berdua mendekat lalu ikutan duduk di sebelah kursi kemudi tempat perempuan itu duduk , kini kami dapat mengamati sosoknya lebih jelas lagi..... sekilas penampilan cewe ini mirip seorang mahasiswi , ia mengenakan celana jin biru kelabu dan kemeja berkerah warna putih , namun kami merasa aneh melihat sekujur badannya yang tampak agak membengkak termasuk pipinya.... kami menebak bahwa gadis ini dulu mati tenggelam di waduk ini dan badannya kemasukan air dalam jumlah banyak.
Renggo : " namanya siapa dek ?! "
Me : " kok sendirian aja ?! "
ia sama sekali tak menjawab pertanyaan kami dan terus menangis terisak isak sambil menutup muka dengan tangannya , sebelum akhirnya ia menatap kami dan menyebutkan namanya dengan suara parau " aku Nina mas "
Renggo : " oh nina ?!... asalnya mana dek ?! "
Nina : " aku anak kediri mas , kuliahku di kanjuruhan "
Renggo : " oh gitu ya , udah lama ada di sini ?! "
Nina : " belum ada setahun mas "
Renggo : " tenggelam di sebelah mana dulu dek ?! "
Nina : " sini mas...aku tenggelam di sini "
Renggo : " oh , tenggelamnya pas naek perahu yang ini ya dek ?! "
Nina : " iya mas , hikz...hikz.... "
pertanyaan bang Renggo yang menyinggung soal kematiannya yang tragis membuat gadis itu kembali menangis , akhirnya bang Renggo mengajakku keluar dari perahu lalu terbang meninggalkan gadis itu...... kini kami berdua kembali duduk di bangunan tanggul tadi.
Renggo : " orang kalo matinya gak wajar ya kayak cewe itu vig "
Me : " gentayangan terus ya bang ?! "
Renggo : " sukmanya terjebak di alam astral lapisan bawah ini "
Me : " kok bisa ya bang ?! "
Renggo : " proses kematian yang kesakitan banget itu bikin residual trauma di sukmanya vig , sama kayak cewe yang dibunuh di kosan tirto utomo gang 8 itu "
Me : " korban tabrakan di kota batu juga senasib ya bang ?! "
Renggo : " sama aja , ada 9 orang kan korbannya ?!... yang anak unmer itu gw pernah ketemu sukmanya gentayangan di kampus "
Me : " kenapa gak dimusnahin aja bang ?! "
Renggo : " gw kan gak dibolehin sama guru gw , arwah gentayangan kayak gitu gak boleh dimusnahin vig "
Me : " trus gimana akhirnya ?! "
Renggo : " ya biar gentayangan aja , ntar sekitar 50 sampe 100 tahunan bakalan ilang sendiri "
Me : " lama amat bang "
sambil duduk di atas tanggul kami berbincang soal arwah arwah gentayangan , saking seriusnya berbincang kami tak menyadari bahwa gadis yang menumpangi perahu pancal tadi kini tak terlihat lagi.... entah menghilang kemana dia , padahal tadi perahunya masih mondar mandir di bawah.
Renggo : " kayaknya udah balik lagi ke tempat parkiran perahu vig "
Me : " ngga nyadar gw "
Renggo : " udah lupain aja vig , eh ayo kita kan mau nyoba nembus alam astral lapisan tengah "
Me : " sekarang ?! "
Renggo : " iya , ntar keburu shubuh "
daripada buang buang waktu duduk di tanggul kini bang Renggo mengajakku masuk ke alam astral lapisan pertengahan , lekas saja kami melayang menuju tengah tengah waduk kemudian bang Renggo mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi..... tiba tiba saja muncul sesuatu yang mirip black hole tepat di atas kepala kami.
Renggo : " gini caranya vig kalo mau pindah lapisan "
Me : " tinggal niat doang ?! "
Renggo : " bener , tinggal niat aja mau ke lapisan mana ntar portalnya muncul "
sesaat aku terheran menatap portal mirip black hole yang mengambang di atas kepala kami , di dalam portal seukuran trampolin itu terlihat cahaya berwarna jingga kekuningan yang begitu terang.
Renggo : " ayo masuk ! "
Me : " oyi "
dengan rasa gamang aku memasuki portal itu bersama bang Renggo , selepas masuk aku terperanjat mendapati keadaan yang tak sama seperti sebelumnya..... kami masih berada di waduk tapi kali ini langitnya berwarna jingga kekuningan seperti saat sore hari dan yang membuatku lebih takjub lagi adalah saat kudapati perkampungan yang berdiri mengapung di atas permukaan air waduk.
Me : " ada kampung bang "
Renggo : " kampung tirta naga ini vig , gw dulu sering ke sini "
kini aku terheran heran menatap perkampungan yang berada puluhan meter di bawah kami , kampung bernama Tirta Naga ini mengapung di atas danau sementara seluruh permukaan daratan serta bangunannya terbuat dari batuan hitam yang mirip dengan candi Borobudur , dari segi arsitektur terlihat corak jawa yang kental karena atap atap bangunannya berbentuk joglo dengan genteng berwarna cokelat.
Renggo : " rame vig , penduduknya banyak "
Me : " jahat ngga nih ?! "
Renggo : " di sini energinya campuran positif sama negatif , penghuninya baik tapi bisa jahat juga.... asal gak diganggu ya gak jahat "
perkampungan ini tampak cukup luas dan nyaris memenuhi seluruh area waduk , begitu juga dengan penduduknya yang tampak cukup padat dan sibuk hilir mudik di jalanan.
Renggo : " ayo turun ke kampung "
Me : " oke "
dengan santai bang Renggo mengajakku turun ke perkampungan itu , begitu tiba di bawah ia mengajakku duduk di sebuah bangunan pendopo yang lantainya berupa batu kehitaman dan beralas karpet dari kulit sapi..... yang membuatku terkejut adalah saat kudapati sekumpulan anak anak berkepala plontos dan mengenakan kain jarik yang mirip popok , mereka tampak asik bermain dengan beberapa ekor kura kura kecil.
Renggo : " anak anak kampung sini tuh vig , kayak dulu pas di rusunawa kampus umm "
Me : " sejenis ya bang ?! "
melihat mereka mengingatkanku dengan sosok anak anak gaib yang dulu pernah kujumpai di rusunawa kampus UMM , tak ada perbedaan apapun karena memang sejenis dan sama sama penghuni alam astral lapisan tengah.
Renggo : " lu samperin dah ! "
Me : " ngomong apa gw ?! "
Renggo : " tanyain aja pake basa jawa "
dengan ragu aku berdiri dan berjalan menghampiri mereka , saking asiknya mereka bermain kura kura hingga tak menyadari bahwa aku telah duduk jongkok di dekat mereka.
Me : " le , dolanan opo kon ?! "
(le , main apa kamu ?!)
Bocah A : " dolanan kuro mas "
(main kura mas)
Bocah B : " lucu mas , iki podo balapan lho kurone "
(lucu mas , ini pada balapan lho kuranya)
Me : " mosok kuro iso balapan ?! "
(masak kura bisa balapan ?!)
Bocah A : " deloken dhewe mas ! "
(lihat sendiri mas !)
kuamati beberapa ekor kura kura yang ternyata tengah digunakan anak anak ini untuk balapan di atas lantai pendopo ini , mereka tampak girang ketika kura kuranya saling merayap dan adu kecepatan satu sama lain.
Me : " lucu yo le "
Bocah A : " aku seneng mas "
merasa bosan ngumpul sama anak anak ini kuputuskan untuk berjalan keluar pendopo , kini di sekelilingku tampak puluhan orang yang penampilannya mirip kayak di film 'Tutur Tinular' , mereka semua hilir mudik dan tampak sibuk selayaknya manusia pada umumnya , sebelum akhirnya perhatianku tertuju pada seorang gadis berambut panjang terurai yang mengenakan jarik kemben..... gadis itu tampak sibuk menyapu pelataran rumahnya yang berada di seberang pendopo , sementara tanah pelataran rumahnya bukanlah tanah biasa tapi berupa batuan hitam.
Me : " omahmu ndek kene tha dek ?! "
(rumahmu di sini tha dek ?!)
Gadis : " ?!?!? "
gadis ini hanya bengong melihat diriku yang berdiri di pelataran rumahnya , sepertinya ia heran melihat penampilanku yang masih mengenakan kaos dan celana jeans.
Gadis : " sampeyan sinten mas ?!.. tiang pundhi ?! "
(sampeyan siapa mas ?!) orang mana ?!)
Me : " aku wong kutho dek , soko malang "
(aku orang kota dek , dari malang)
Gadis : " wo saking malang mas ?! .. monggo pinarak mlebet mriki mas ! "
(wo dari malang mas ?!...monggo silahkan masuk sini mas !)
entah kenapa tiba tiba ia mempersilahkanku masuk ke rumahnya yang berdinding batu hitam , kurasa ia akan menjamuku dengan makanan enak sebagai sambutan kedatanganku di kampung Tirta Naga ini..... mana mungkin aku bisa menolaknya.
Di dalam rumah aku duduk bersila beralaskan karpet dari kulit sapi yang sama seperti di pendopo tadi , sejenak kuamati dekorasi rumah berukuran kecil ini..... di tiap sudut ruangan terpajang patung arca berbentuk naga yang berbahan batu hitam juga , sementara seluruh perabotan macam lemari atau rak terbuat dari beling.... kini dengan ramah gadis itu menyuguhkan semangkuk dawet yang sama seperti di alam manusia.
Gadis : " monggo dipun unjuk mas ! "
(monggo diminum mas !)
Me : " suwun dek "
dengan sendok kayu aku menyeruput dawet ini pelan pelan , rasanya sama segarnya dengan dawet yang biasa aku minum , bahkan ada ketan hitam dan cendol juga di dalamnya.
Gadis : " sampun dangu tha mas dolen ndek kampung kulo niki ?! "
(udah lama tha mas main ke kampungku ini ?!)
Me : " gak , yo lagek pisan iki "
(gak , ya baru sekali ini)
Gadis : " rumiyin nggeh wonten tiang engkang kerep dolen mriki mas , nanging sakniki sampun mboten ketingal maleh "
(dulu juga ada orang yang sering main sini mas , tapi sekarang udah ngga kelihatan lagi)
Me : " oh ?!? "
di saat aku masih asik menikmati dawet sambil ngobrol mendadak datang sepasang kakek nenek yang tampak terheran heran melihatku.
Kakek : " sampeyan sopo ngger ?! "
Me : " kulo tiang saking malang mbah "
(saya orang dari malang mbah)
Kakek : " adoh iku ngger , sampeyan manungso kok iso ngetokno sukmo ?! "
(jauh itu ngger , sampeyan manusia kok bisa keluarin sukma ?!)
Nenek : " saiki wes arang lho ngger onok manungso seng biso koyok sampeyan "
(sekarang udah jarang lho ngger ada manusia yang bisa kayak sampeyan)
Me : " kulo sagete nembe mawon mbah "
(saya bisanya baru aja mbah)
Kakek : " lha yo , nek mbiyen jamane singosari sek akeh manungso biso ngerogo sukmo ngger , mulakno aku nggumun "
(lha iya , kalo dulu jamannya singosari masih banyak manusia bisa meraga sukma ngger , makanya aku heran)
mendengar penuturan kakek ini memberiku kesimpulan bahwa kampung ini telah ada sejak jaman kerajaan Singosari dan bisa jadi penghuninya juga berumur ratusan tahun.
Kakek : " yo wis ngger , penakno yo aku ape turu disek "
(ya udah ngger , enakin ya aku mau tidur dulu)
kakek dan nenek itu berlalu dari hadapanku , mereka masuk ke sebuah kamar yang pintunya terbuat dari kayu ukir.... kurasa mereka sedang capek habis bekerja sehingga berniat untuk tidur.
Gadis : " niku tiang sepah kulo mas , nyambut damele teng nggene kantoripun camat brojomukti "
(itu orang tua saya mas , kerjanya di kantor camat brojomukti)
Me : " camat brojomukti ?! "
Gadis : " niku camate kampung niki mas , tiange wijaksono lan mukti wibowo mas.... tiang sepah kulo niku saben dinten resik resik lan rewang rewang teng kecamatan mas "
(itu camatnya kampung ini mas , orangnya bijaksana dan berwibawa mas....orang tua saya itu tiap hari bersih bersih sama bantu bantu di kecamatan mas)
mendengar penuturan gadis ini membuatku berkesimpulan bahwa kehidupan di kampung gaib ini ternyata tak jauh beda dengan kehidupan masyarakat di dunia manusia , bisa jadi di sini juga ada bentuk pemerintahan macam raja atau ratu.
Gadis : " dawete maleh tha mas ?! nek maleh kulo pundutne sakniki "
(dawetnya lagi tha mas ?! kalo lagi aku ambilin sekarang)
Me : " gak wes , matur suwun "
tak terasa semangkuk dawet yang disuguhkan padaku ini telah habis dan terpaksa kutolak penawaran gadis ini yang menawariku semangkuk dawet lagi , langsung saja aku berpamitan karena aku teringat bang Renggo yang kutinggalkan di pendopo tadi.
Me : " wes yo tak moleh disek aku dek "
(udah ya pulang dulu aku dek)
Gadis : " wo ngoten mas ?!... nggeh monggo mas , mangke nek tindak mriki maleh mampir teng dalem kulo nggeh mas ?! "
(wo gitu mas ?!... iya monggo mas , ntar kalo main sini lagi mampir ke rumah saya ya mas ?!)
Me : " gampang , tak gawakno komputer yo ben iso internetan ?! "
(gampang , kubawain komputer ya biar bisa internetan ?!)
Gadis : " internetan niku nopo mas ?! "
(internetan itu apa mas ?!)
Me : " Internetan iku koyok ketan nanging wernone abang "
(internetan itu kayak ketan tapi warnanya merah)
Gadis : " wo ?!? "
dengan polosnya gadis ini bertanya soal internet , ternyata ia hanyalah gadis udik yang gaptek dan tak tahu soal perkembangan teknologi.... sudahlah , lebih baik aku segera balik ke pendopo sekarang.
