Aku Dan "Makhluk" Tak Diundang Di Kamar Kosku #18 - Cerita Seram Kaskus

Aku Dan "Makhluk" Tak Diundang Di Kamar Kosku #18

Malam tadi seperti malam yang panjang buatku. Pikiran ku kacau dan shock dengan kemunculan sosok berjenggot panjang itu. dia tak pernah aku lihat dari setiap kemunculan “pengganggu-pengganggu” ku… apa dia salah satu yang pernah terpanggil oleh jailangkung yang pernah aku mainkan? Jika memang iya, kenapa dia baru menampakkan diri sekarang? Namun jika bukan, siapa dia dan dari mana datang nya?

Aku masih tidak percaya jika kost ini berhantu… bukan… mungkin bukan hantu… atau ilusi ku saja karena mengantuk yang teramat sangat? Aku lelah untuk berspekulasi, kenyataannya teror tak pernah berhenti meski aku telah keluar dari asrama. Datang terus menerus dan tak berhenti hingga sekarang. Sial…. Aku semakin pusing. Aku perlu tau siapa kakek berjenggot panjang itu…

“Nan… semalem ada yang masuk ke kamar ku….”
“Siapa?”
“Nggak tau…. Postur e kecil…. Rambut e putih jenggot panjang trus ada tongkat kayu di tangan e…”
“kayak kakek tua gitu ? Memang ada kakek tua diatas…”
“Lho… kok kamu nggak ngomong dari awal??”
“Nyantai aja…. Nggak ganggu kok… paling Cuma diem aja, sering muncul aja kalau ada anak baru…”
“Iya memang gak ngganggu…. Tapi aku pindah kesini untuk cari ketenangan… ahh taik lah…”
“udah…. Tenang…hampir semua anak-anak pernah lihat wujud e…”
“Maksud nya??”


Jadi apa yang aku rasakan tadi malam bukan lah hal baru bagi anak-anak. Saat mereka pertama pindah ke situ, beberapa diantaranya sudah pernah di perlihatkan wujud nya. Dan memang tidak mengganggu tapi penampakannya yang tiba-tiba itu yang dangat mengagetkan.
Di hari pertama pindah kesitu Sigit sudah melihatnya duduk di tangga. Diam dengan tatapan lurus tanpa ekspresi. Sigit sampai bingung dan mengira itu kakek dari pemilik kost. Namun dari penampilannya yang tidak biasa, barulah dia sadar itu bukan kakek biasa.

Yunan juga sudah pernah melihat, saat menjelang magrib dia naik keatas untuk mengangkat jemuran. Tiba-tiba di kejutkan kakek itu berdiri di pojokan ruang jemuran masih dengan wajah dinginnya yang tanpa ekspresi.

Kata anak-anak dia lebih sering terlihat di teras depan menjelang tengah malam. Dan sering terlihat penampakannya saat anak-anak pulang larut malam. Tak mengganggu memang, dan kehadirannya yang tiba-tiba kadang menjadi hal yang biasa. Tapi masih tak biasa buat ku. Meski aku sudah merasakan berbagai gangguan makhluk halus, tapi untuk yang satu ini aku masih penasaran tentang keberadaanya di rumah itu. Ada sedikit info dari Yunan yang tampaknya amsuk akal kenapa dia ada disitu…

“memang Sengaja Diisi??”
“iya… jadi dia memang sengaja di taruh disitu untuk menjaga rumah ini…”

Jadi desas-desus yang beredar di antara anak kost, kakek itu memang di taruh di rumah itu untuk menjaga. Entah memang tujuannya itu atau ada yang lain aku tak tau. Kakek berjenggot panjang itu di semayam kan di lantai atas. Itulah kenapa anak-anak sering melihat sang kakek berjalan di koridor lantai 2 dan kadang turun menuruni tangga dan berjalan lurus ke kamar samping dan menghilang. Sejak kejadian malam itu, aku tak berani lagi tidur tanpa cahaya di kamarku.

Aku pernah mendengar cerita kawan ku dulu, kalau sebuah rumah diisi seperti itu berarti rumah itu mempunyai kisah kelam sebelum nya. Mitosnya sih gitu… jadi jin baik itu di letakkan disana untuk menjaga semua penghuninya dari roh jahat yang masih berkeliaran. Ntah lah… banyak hal yang musti aku buktikan untuk banyak tau tentang fakta-fakta itu.

Tapi serius, meski tak mengganggu kadang rasa takutku juga masih menyelimuti kala berada di kost sendiri. Memang sih teror roh penasaran sudah tidak aku rasakan selama berada disitu. Tapi sebagai pengganti nya justru aku lah yang paling sering melihat sang kakek selama kost disitu.

Waktu itu aku baru saja menyelesaikan naskah novel yang mau aku kirim ke penerbit, malam sudah mulai larut dan tak terasa mengetik sudah 3 jam lebih. Begitu naskah selesai aku ingin sekedar menyegarkan badan dengan menbuat segelas teh hangat. Tiba di lantai bawah anak-anak sudah tampak sepi, hanya suara khas game Winning Eleven aku dengan sayup2 dari kamar sigit. Belum tertidur rupanya anak itu.
Segelas teh sudah tersaji, aku ingin menikmatinya dengang mereview beberapa tulisanku yang baru saja selesai. Begitu kulangkahkan kaki melewati tangga dan melirik sedikit ke arah ruang tengah, apa yang aku lihat?? Kakek berambut putih dan berjenggot panjang itu tengah duduk dan bersimpuh memandang lurus keatah meja TV yang sedari tadi mati. Tak ada gerakan apa-apa, hanya saja perasan takut dan gemetar masih saja ku rasakan.

Aku masih belum terbiasa dengan semua ini, tak seperti anak-anak lain yang menganggap kakek itu seperti teman biasa. Seperti malam itu ketika kami pulang futsal jam 11 malam. Setiba di kost, listrik lagi padam. Dengan penerangan dari handphone seadanya aku coba menerangi pintu garasi dan membuka nya. Namun begitu pintu terbuka lagi-lagi aku terkejut. Sinar handhone ku tepat di depan wajah sang kakek. Tanganku gemetar dan menjatuhkan handphone seketika. Tapi anehnya ketika ku terangi lagi di bagian yang sama, sang kakek sudah menghilang.

Hampir sama dengan yang aku alami, Lucky yang menghuni kamar di lantai atas juga sering terkejut dengan penampakan kakek yang tiba-tiba. Yang paling dia ingat saat malam itu menjelang tidur, seperti biasa lampu dia matikan. Dan mencoba untuk memejamkan mata. Tapi hawa yang terasa sangat tidak biasa. Dia merasakan guling di sebelahnya sangat hangat dan seperti berdetak. semakin lama semakin terasa hangatnya dan beberapa saat kemudian dia sadar, si kakek lah yang sedari tadi terbaring disana. Seketika Lucky bangun dan pergi entah kemana. Baru keesokan harinya dia pulang dan menceritakan tentang hal ini.

Memang roh-roh yang biasa mengikuti ku sudah tak ku dapati lagi kehadirannya… tapi sang kakek tetap saja memberikan kejutan-kejutan yang tak pernah ku sangka. Hadir dan muncul nya tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda sebelum nya. Tapi bentar… terkadang aku berfikir kenapa arwah-arwah penasaran yang biasa mengganggu menjadi tak pernah ku rasakan kedatangannya?? Jika memang Si Kakek berambut putih itu hadir untuk menjaga kami, berarti dia juga menjaga ku….. menjaga ku dari gangguan-gangguan “mereka”….

Aahhhh taik lah… entah harus berterima kasih atau tetap merasa “risih” dengan si kakek. Yang jelas kehadirannya seperti menambah panjang catatan burukku berurusan dengan dunia yang masih abu-abu….

Aku bertahan 1,5 tahun di kost itu… yang kemudian aku pindah ke rumah sodara di daerah Merjosari – Dinoyo yang cukup luas, sejuk, dan tenang… tapi tetap, dari semua kenyamanan yang aku rasakan ada yang harus aku ceritakan ke kalian mengenai rumah itu… mulai dari aku pertama masuk, hingga rumah itu dijual… dan ucapan salam yang sering aku dengar menjelang pukul 10 malam tanpa ada wujud apa-apa, serta tangisan perih yang ada di dak lantai 2...