Esok paginya tubuhku terasa mengigil, istriku mengukur suhu tubuhku dengan termometer, suhu di termometer menunjukan angka 38.9 C, damn aku benar-benar sakit. 3 hari lamanya aku terbaring di tempat tidur, suhu badanku tak kunjung turun, semisal turun pun itu hanya sementara 3 - 5 jam bakal naik lagi suhunya, dihari ketiga itu juga orangtuaku yang didepok menelpon kerumah mertuaku dan menanyakan apakah aku ada disana bersama istri karena mereka menelepon ke HP ku tidak aktif. Istriku yang mengangkat telpon langsung menceritakan semua keadaan dan kejadian, sepertinya pembicaraan mereka panjang lebar mungkin sekitar 1 jam, aku tak bisa mendengar isi pembicaraan mereka tapi yang jelas pesan dari istriku orang tuaku akan datang hari ini bersama pak Badin.
Singkat cerita orangtuaku sudah datang bersama pak Badin, sementara orang tuaku berbasa-basi dengan mertuaku pak Badin langsung menuju ke arahku yang sedang berbaring didalam kamar yang diarahkan oleh istriku. Salam diucapkan pak Badin, beliau juga menanyakan kedaanku, aku jawab ya beginilah keadaanya. Kemudian pak Badin menyuruhku membalikan badan ke posisi terlungkup, tanpa banyak pertanyaan permintaanya pun kulakukan.
Seketika itu pak Badin langsung memegang bagian belakang kepalaku, entah yang kurasakan apakah ini nyata atau tidak, aku merasakan campuran hawa panas dan hawa dingin disekujur tubuhku, seperti menolak sesuatu tubuhku ini berontak dengan sendirinya tak dapat kukontrol, erangan suaraku membuat panik seisi rumah, dengan dibantu ayahku pak Badin minta agar ayahku menekan badanku agar tak banyak bergerak. Aarrrggggh......woghhhhh... arkhhhhh, tubuhku terasa seperti dibakar dalam ribuan batu bara, paaaanaaassssss argghhhhhhhh.......... teriaku (sebelumnya aku beri tahu kejadian yang aku alami diceritakan kembali oleh istriku dan orangtuaku, karena setelah pak Badin memegang bagian belakang kepalaku aku kadang tersadar kandang tidak sadar), dan ini yang terakhir saat seperti leherku ada yang mencekik aku seperti dikerumuni oleh banyak orang yang membawa pedang kapak dan senjata-senjata ala prajurit kerajaan, aku tak mengenal mereka, mereka terlihat asing dan mereka telah bersiap dengan senjata mereka masing dengan kilauan cahaya yang luar amat biasa. Dan seketika itu juga aku seperti tersambar sesuatu dan aku sangat merasakan sakit yang sangat luar biasa di bagian kepala......crassshhhhh, aku tak ingat apa-apa lagi selama kurang lebih 1 jam aku pingsan tak sadarkan diri, hingga aku terbangun kulihat orangtuaku mertuaku dan istriku sedang berbincang-bincang diruang tamu, kali ini aku dapat menangkap pembicaraan mereka, terdengar beberapa kali suara pak Badin sedang menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan jin/mahluk halus sering kita salah artikan dengan setan.
Aku terbangun dan berjalan menuju ruang tengah, mereka seolah-olah kaget cemas namun senang, puji syukur mereka ucapkan, dan seketika itu juga aku berada ditengah-tengah mereka kembali menceritakan akar permasalahan semua masalah dan kejadian ini. Dari semua permasalahan yang aku utarakan mereka nampaknya sudah mengerti akar permasalahan semua ini, kemudian pak Badin mengatakan akan kerumah kontrakanku malam ini namun ia meminta aku untuk dirumah saja nanti biar ayahku yang akan mengantarnya. Aku menolak keputusan pak Badin karena aku masih penasaran dengan mahluk-mahluk apa yang ada didalam rumah angker itu, dengan sangat memaksa aku minta agar ikut dalam ekspedisi alam gaib dirumah kontrakan yang ditunggui oleh mahluk astral.
"Bae lah, kalo mas mau ikut, tapi dengan catatan jangan kaget nantinya" ucap pak Badin yang seakan seolah-olah menakutiku. Selang 1.5 jam kami sudah sampai di tujuan, aku ayah dan pak Badin terjun langsung dalam ekspedisi ini. Gelap kotor dan angker itulah gambaran rumah yang kutinggal selama tiga hari ini, kubuka gebang pintu yang terkunci dengan gembok, baru sampai disitu kami langsung diketawai oleh suara yang mengerikan yang terdengar seperti ini " hihihi...hihih....hihhii...hihihiihi..iiiiiiiii" yang sepertinya berasal dari dalam rumah, sontak bulu kuduku merinding dan denyut jantungku berdetak kencang, kulihat ayahku juga mengalami keadaan yang sama, hanya pak Badin saja yang biasa saja. " Hei tampakan saja wujudmu jangan hanya suaramu " ucap pak Badin, tak lama rinkikan suara itu terdengar lagi "ikikiikikikii....hihihii....hihihii..iiiiii".
Pak Badin menenangkan aku dan ayahku, dia berkata tenang saja pak cuma suara aja kok mereka ngak berani nampakin diri. Glek what the,......? suara saja aku sudah merinding apalagi wujudnya yang bener aj nih, ucapku dalam hati yang tak mungkin kuucapkan ke pak Badin. Kemudian pak Badin seakan berkomunikasi dengan sesuatu, kepalanya ditengadahkan keatas pohon jambu, sesekali dia menganguk-angukan kepalanya seolah-olah memahami sesuatu, lalu kemudian seperti orang meminta ijin dia mengucapkan "punten, saya kedalam dulu terimakasih", aku dan ayah cuma bisa terbengong dan diam, kami tak banyak bicara dan menanyakan apa yang pak Badin barusan lakukan.
Kami kemudian bertiga menuju kearah pintu masuk, aku baru sadar pintu ini tidak kukunci karena dapat terbuka dengan mudah, Cklek suara pintu terbuka, kulihat hanya lampu ruang tengah yang menyala 3 hari 3 malam dan sudah mulai redup, cahaya tidak begitu terang dan hanya remang-remang, pak Badin menyuruhku untuk mendekatinya beserta ayahku, dia seperti orang yang sedang melakukan pagar badan terhadap aku dan ayah, walau aku tak merasakan apa-apa namun pak Badin berpesan nanti jika memang mendengar atau melihat sesuatu usahakan jangan kosong pikiran atau takut kalau perlu tantangi dia, waduh.... ayahku hanya mengangguk saja sedangkan aku garuk-garuk kepala , pak Badin kemudian memintaku agar tetap diam berdiri disitu, lalu dia berjalan menuju kearah dapur dan kamar, seperti seseorang yang menembus kegelapan pak Badin seakan tak terlihat oleh mata ketika dia mulai meninggalkan kami berdua ditempat.
Seperginya pak Badin dari hadapan kami ternyata ucapanya bukan omong kosong, terdengar suara nafas yang sangat berat dari arah belakangku, begitu jelas sampai ayahku juga merasakannya, aku mulai gematar ketakutan sedangkan ayah sepertinya biasa saja walau kutahu dia juga iseng, namun seketika itu juga terdengar suara dari arah kamar sepertinya suara pak Badin dan dia mengatakan "jangan takut mas, dzikir aja, nanti dia malah menjadi", sambil kutengokan kepalaku mencari arah suara itu aku mengikuti perintahnya dan akupun berdzikir dalam hati. Tak lama kemudian pak Badin datang kemudian dia memintaku dan ayahku agar mengikutinya, kami diajak kedalam ruang kamar, ruang kamar ini benar-benar gelap, suhunya dingin seperti di dalam kulkas, pak Badin lalu maju dan menuju kearah pojok kamar, kemudian dia seperti mengadakan interaksi dengan mahluk halus, sungguh keadaan ini adalah keadaan yang benar-benar mencekam, menyesal aku tidak membawa video kamera.
Lanjut cerita pak Badin memang seperti sedang mengadakan interaksi dengan mahluk astral, komunikasi dua alam itu tak seperti komunikasi antara manusia, pak Badin hanya diam dengan posisi tangan menelungkupkan didadanya, selama komunikasi itu seperti ada gangguan-gangguan yang menyerang, aku merasakan berat yang amat sangat dibagian punduk belakang, diikuti rasa mual seakan-akan ingin muntah, anehnya jika kulihat ayahku dia sepertinya biasa saja aneh kenapa aku seperti ini.
=== Cerita Selanjutnya ===