" icha tolong aku aku takut banget "
" udah gapapa kok sa, dia nggak jahat dan dia nggak ganggu kok ". aku masih tak berani menggerakkan kakiku, aku hanya mematung meski icha memaksa aku untuk berjalan. apakah aku berani melewati ini. aku takut .. aku takut .. aku tak kuat lagi dan aku tak tahan lagi, namun ini adalah resikoku yang memilih untuk tak menutup mata batinku. baiklah aku beranikan untuk melangkah saja, toh hanya sebentar saja. namun saat aku berjalan lebih dekat dan
dan ..
dan ..
dan ..
dan ..
dan ..
dan ..
dan ..
dan wanita tua itu menatap ke arahku lalu tersenyum kepadaku. dengan mulut yang lebar dia menampakan giginya yang sudah tak beraturan lagi. cukup !! aku tak kuat aku menyerah. tolong aku .. tolong aku .. sekejap pandanganku mulai kabur .. aku tak jelas lagi melihat .. tolong .. tolong .. tolo ............. dan aku terjatuh kelantai tak sadarkan diri. ibuku kaget dan buru - buru menaruh piring dan menghapiriku. icha yang tadinya biasa saja ikut terkejut pula. dia bergegas mengangkatku bersama ibuku dan membawaku ke kamar. saat aku didiamkan di dalam kamar ibuku bertanya tentang apa yang terjadi kepadaku. setelah dijelaskan semua tentang keadaanku yang sekarang muka ibuku menjadi berubah, sudah jelas ada rasa marah di hati ibuku. ibu mana yang tega melihat anaknya seperti itu, namun tak sampai hati ibuku memarahi atau memaki icha. ibuku juga mengerti ini adalah pilihanku murni tanpa paksaan dari icha. dengan berat hati, akhirnya ibuku menyuruh icha untuk mengurusi aku. ibu percayakan semua ke icha dan menyuruh icha tidur menemani aku. untuk kedua kalinya aku tidur bersama icha. tak ada fikiran atau niat kotor saat aku menyadari kedekatan ini terhadap icha. aku bukan ingin menjadi sosok yang sok suci namun memang aku terlalu takut untuk mengambil resiko yang lebih jauh