dan aku melihat lagi... aku melihat sosok pocong yang kemarin icha maksud disamping rere. aku tak mampu berkata apapun. aku bagai orang bisu yang hanya bisa menunjuk ke arah rere dengan wajah pucat pasi. semua beralih melihatku, mereka panik mereka bingung. icha masih tak memperdulikan keadaanku dan anak - anak. dia hanya diam berdiri di pojokan studio. semua mendatangiku. mencoba menyadarkanku. rere yang masih berdiri di belakang drum merasa bingung dan takut. aku hanya berkata itu .. itu .. re .. itu .. re ..itu tanpa mampu menjelaskan itu yang aku maksud. rere celingak celingung melihat ke kanan kiri seakan mencari hal yang aku tunjuk. icha hanya tersenyum kecut. namun semua semakin panik, keadaan jadi semakin tak terkendali. aku hanya bisa terbata - bata berucap sedangkan yang lain mencoba menyuruhku istigfar dan membaca ayat - ayat Alloh. kulihat rere semakin muak dengan keadaan. dia tak mau lagi menahan emosi yang tersimpan. seketika dia membuang stik ke samping tepat di arah pocong yang kulihat. dan dia berkata " oke, aku udah nggak kuat dengan semua ini, aku keliar dari band !!, semua gara - gara kamu icha !! " rere beranjak pergi mengambil tasnya dan bergegas turun, semua mencegah namun tak bisa menahannya untuk tetap tenang. akhirnya tinggal kita berempat bersama pemilik studio.mendengar perkataan itu, icha masih tetap diam dan hanya tersenyum kecil sembari menghampiriku dan menarik tanganku, dia mengajakku turun ke bawah untuk pulang. anehnya saat tanganku ditarik icha aku merasa ringan sekali, aku bagai merasa terhempas angin yang begitu lembut, pelan namun menyenangkan. dia membawaku turun ke bawah. sedangkan kakakku, andy dan pemilik studio hanya bisa menggelengkan kepala dan masih terdiam di dalam studio. sesampainya dibawah aku sudah tak lagi melihat motor rere, mungkin dia benar - benar kesal atas kekacauan yang ditimbulkan icha. icha mengajakku duduk di kursi panjang depan studio, dia perlahan menenangkanku yang masih setengah sadar, dia mengambil minuman yang ditaruh di dalam tasnya. dan meminumkan pelan - pelan kepadaku. setellah dirasa tenang icha mulai membasuh keringatku seperti saat aku membasuh keringatnya dirumah. dengan lembut dia membasuh kening dan wajahku perlahan penih kasih sayang, dia tersenyum manis kepadaku sambi berkata " resa udah nggak apa - apa ? " seakan baru saja terbangun dari mimpi buruk, pertanyaan icha membuatku tersadar dan mulai mengatur laju nafasku. aku menatap mata icha yang menyiratkan kekosongan di dalam jiwanya.
" maaf yah resa, aku nggak maksud buat nyakitin kamu dengan membuka mata batin kamu. cuma resa disini orang yang aku percaya ".
" sekalipun icha sudah kenal duluan dengan rere, tapi icha nggak pernah nunjukin hal ini ke rere atau teman - teman kampus sana. icha dikenal sebagai cewek biasa aja disana ".
" kenapa icha lakuin ini ke resa, itu karena icha percaya sama resa seorang. icha percaya cuma resa yang bisa mengerti perasaan icha, beban icha, dan icha merasa bisa tersenyum lagi setelah ada resa ".
aku merasa icha sudah begitu lelah dengan semua tekanan - tekanan ini. diapun lemah, dia bukan sosok yang pemberani meski dia bisa melihat mahluk - mahluk tak kasat mata dengan wujud yang berbeda. terkadang dia masih merasa takut jika melihat hal - hal yang begitu mengguncang jiwanya. dia masih merasa paranoid akan hal itu. namun karena paksaan sosok penjaga dia, icha hanya bisa menerima tekanan tersebut. mungkin kurasa icha juga tak berharap agar bisa menjadi anak indigo seperti ini. kemampuannya memang luar biasa, dia bisa menebak sesuatu dengan benar meski dia tak pernah melihat hal itu sebelumnya, dia bisa menghafalkan hal yang membutuhkan memori kuat dengan seketika, dan dia bisa menggerakan benda yang dia mau saat dia emosi mungkin bisa disebut telekinesis. aku masih berdua dengan icha di depan studio, kulihat kakakku, andy dan pemilik studio masih berada di atas. mungkin mereka sedang membicarakan masalah ini. icha masih menggenggam tanganku dengan lembut, dia terlihat begitu tenang. mungkin baru ini dia menemukan sosok lelaki yang bisa membuat dia percaya.
" resa, aku mau tutup mata batin resa lagi, biar resa nggak perlu tau apa yang icha rasakan ". belum kujawab permintaan icha, aku masih berfikir tentang semua. aku memang bukan pemberani, aku penakut. namun jika aku melihat keadaan ini membuat sosok perempuan kecil seperti icha bisa menjadi pemberani. maka aku putuskan untuk tidak menutup mata batinku ini dulu. aku berharap dengan ini aku benar - benar bisa merasakan perasaan terdalam dari icha. ya memang aku menyayanginya. aku tak akan tega melihat dia tersiksa sendiri dengan keadaan seperti ini. aku berharap aku bisa berada disisinya saat dia merasakan titik terberat dalam hidupnya