"Itu siapa Tan?" Tanya gua
"Itu bukan manusia, ayo menjauh" Ajak Tannia
Pantas saja jika dia memang pengawas dia pasti menggerak-gerakan senternya dan memberi kan kami kode untuk meninggalkan lokasi itu.
Belum ada gerakan apapun dari Etet tapi gua udah bersiap selama ini untuk menunggu saat ini, gua bakal menghapus senyum sombong nya itu dari wajahnya.
Gua memotong pisang dan mengambil beberapa daunnya untuk dijadikan alas dan atap shelter kami, karena jika tiba-tiba hujan pasti shelter akan bocor, gua bawa pisang itu ke kelompok gua.
"Ben dari mana aja lo?" Ucap Muti
Kelompok gua berisikan Muti, Ningsih dan.
"Nyari pisang, potong mut" Perintah gua
"Kita gak berhasil buat api ya?" Tanya Kaisih
"Gimana mau berhasil cuma di kasih korek 2 Batang, gak akan bisa" Ucap gua
Mereka semua diam dan mencoba memeluk kakinya sendiri, gua tau saat ini mereka kedinginan.
"Gua nyari makanan lagi" Ucap gua
"Di belakang ini kuburan Ben" Kata Muti
Gua mengecek tidak jauh di belakang shelter memang ada dua buah kuburan.
"Kenapa kita di tempatin di tempat kaya gini?" Tanya gua
"Gak tau juga, coba bilang ke panitia" Suruh Ningsih
"Tunggu" Ucap gua
Gua pergi menjauh dari tempat mereka, lalu gua mencoba berbincang dengan Tannia.
"Aman tan?" Tanya gua
"Memang ada apa dengan kuburan?" Tanya Tannia
"Yah ada setannya" ucap gua
"Mana ada orang udah mati bisa idup lagi oon" ejeknya
"Eh lo belajar dari siapa bahasa oon?" Tanya gua kesal
"Memperhatikan" Ucapnya
ampun nih setan cepet bener belajarnya.
"Jadi aman ya?" Tanya gua
"Aman" Dia meyakinkan gua
Gua bergerak ke shelter mereka seperti ketakutan setengah mati.
"Ada apa?" Tanya gua
"Tadi ada suara disini ben, terus kita ngeliat penampakan" Ucap mereka
"Jangan takut, gua ini pengusir hantu" Gua meyakinkan mereka
"Kita pindah aja yok" Ajak mereka
"Gak bisa, kita juga bakal makan waktu kalo mau buat shelter lagi, udah jangan di pikirin kalian tunggu sini gua nyari makanan dulu" Ucap gua lagi
Gua lalu berkeliling lagi untuk mencari makanan, huh malam gini tanpa pencahayaan apapun hanya di bantu penerangan bulan gunung memang sangat gelap, untung ada Tannia yang menjadi mata gua.
Gua melihat sekeliling, banyak pemandangan ternyata di gunung, para setan-setan berterbangan dengan jenis dan bentuk yang berbeda-beda, seperti nya di gunung memang markasnya.
"Ben gua ngerasa ada aura jahat disini" Ucap Tannia
"Aura apaan? lo udah izin belum ke iblis penunggu gunung ini?" Tanya gua
"Udah ben, tapi gua masih ngerasa kaya ada yang mau nyelakain kita" Ucapnya khawatir
"Setan gak akan bisa celakain manusia, tenang aja sih Tan" Ucap gua
Lalu etet entah dari mana tiba-tiba datang , dia memegang sebuah pisau kecil persis seperti pisau yang gua pegang.
"Jin memang gak bisa ngelukain lo, tapi gua bisa" Ucap etet sambil menyerang gua dengan pisau kecilnya
Gua dengan reflek melompat dan menghindar, huh untung aja gak kena, memang bener dia nyoba bunuh gua disini, gua melihat sekitar gak ada satu pun pengawas disini.
"Jadi udah siap mati?" Tanyanya
"Gak salah denger gua, udah lebih dari 2 bulan kayanya dari kejadian terakhir kita berantem, dan memang lo pikir dalam 2 bulan gua ngapain" Ucap gua
"Lo buat anak sama jin goblog lo itu !" Teriaknya
Dia mencoba menyerang gua lagi, tapi lagi-lagi gua bisa menghindar dari serangannya.
"Taro senjata lo, gua cuma mau ngasih tau lo satu hal itu gak akan berguna sama tubuh gua" Ucap gua
"Kita buktiin aja" Ucapnya
Dia menyerang gua lagi, gua menghindari dia tapi kali ini kena tepat di tangan gua, gak kerasa apapun, latihan gua berhasil.
"Udah gua bilang taro senjata lo,laki kan?" Tanya gua
"Badjingan !" Bentaknya
dia berlari ke arah gua lalu dia melompat dan ingin menendang gua di kepala, gua menahan tendangannya dengan kedua tangan gua di atas kepala gua.
"Udah? segitu doang?" Ejek gua
"Eh anjing ! kok lo songong ! memang pantes mati lo disini anjing !" Teriaknya
Tidak lama pengawas datang karena mendengar keributan dari kami berdua.
"Kalian ngapain disini?" Tanya nya
Gua tahu nama pengawas itu Pidah, badannya besar tinggi dan gua melihat ada sesuatu di belakangnya, tapi gua gak bisa melihat dengan jelas mahluk apa itu.
"Kenapa diem dek ! bubar !" Bentaknya
Gila teriakknya persis kaya sinso, memang dia sering marah tapi kakak ini gak pernah sekuat ini ngebentak sebelumnya.
"Kalau kalian mau terus berantem, jangan pikir kalian udah hebat hanya karena punya pegangan , jangan sombong ini baru malam pertama jadi jangan ada kerusuhan !" Ucapnya
Gua yakin di belakangnya itu pemandu seperti Tannia, tapi gua gak bisa ngeliat dengan jelas pemandu apa itu.
"Etet gua udah denger dari yang lain kalo lo punya pegangan dan malem ini gua ngeliat sendiri, inget lo belum izin jadi seharusnya lo hati-hati jadi jangan sombong hanya karena punya pegangan dari mesir itu," Ucap kakak itu
"Dan lo Ben, sebaiknya lo pergi dari pada gua yang harus turun tangan, gua udah denger reputasi lo di sekolah jadi jangan buang waktu untuk hal goblog kaya gini !Paham !"Bentaknya lagi
"Iya kak maaf" Ucap gua
Lalu gua meninggalkan mereka semua, sampai gua bertemu Praja sedang mengambil beberapa coklat.
"Ngapain lo bego?" Sapa gua
"Lo tau gua lagi metik kan" Ucapnya
"Bagi sih gua" Ucap gua
"Ambillah"
Gua mengambil beberapa coklat yang telah di petik oleh Praja.
"Oh iya ben, kita pulang dari gunung ada panggilan tadi sebelum berangkat muhen ngehubungin gua, ada kawannya mba Tina yang dari telkom itu mau ngusir hantu" Ucap Praja
"Confirm kan?" Tanya gua
"Iya kita turun dari gunung langsung ritual" Ucap Praja
"Oke deh"
Gua meninggalkan praja dngan membawa beberapa coklat di tangan gua, gua bertanya ke Tannia tentang pemandu yang ada di belakang Pidah.
"Tan tadi di belakang kak Pidah itu pemandu ya?" Tanya gua
"Dia Bukan jin rendahan Ben" Jelas Tannia
"Maksudnya" Tanya gua
"Nanti gua jelaskan , setelah sampai shelter"Ucapnya
"Oke"
Gua segera menuju ke shelter dan memberikan coklat itu ke muti, dan gua menyender sambil ngegadoin pisang, dan bersiap mendengar cerita dari Tannia.
=== Cerita Selanjutnya ===