Beberapa minggu yang lalu, ada tetangga ane, ya beda gang sih, dia baru aja lahiran. Akhirnya dia mendapat momongannya yang kedua, anak yang cantik dan manis. Semua keluarga, sahabat, tetangga dia sangat bahagia atas kelahiran anak tersebut. Semuanya baik-baik saja dan tidak ada keanehan apapun. Suaminya (sebut saja pak toni) mengubur ari-ari anak keduanya di samping rumahnya yang kebetulan disamping rumahnya itu ada sedikit pekarangan sederhana miliknya. Istrinya senang berkebun, makanya suaminya menyisakan sedikit tanahnya untuk pekarangan rumahnya, dan pagarnya hanyalah susunan bambu pendek yang dijejerkan dan ditumbuhi tanaman merambat. Suaminya mengubur ari-ari anaknya dengan sangat rapih, dan ditutupi keranjang sampah yang didalamnya diberi lampu 5wat.
Awalnya semua baik-baik saja, hingga malam akhirnya datang.
01.30
Ada seorang pemuda yang baru pulang nongkrong yang lewat depan rumah tersebut, sebut saja dia Roni. Dia ingin pulang kerumahnya yang tidak jauh dari rumah keluarga tersebut. Saat dia lewat rumah itu, dia melihat ada seseorang yang sedang jongkok tepat didepan kuburan ari-ari tersebut, dia mengira itu adalah pak toni yang sedang mengontrol ari-ari anaknya. Namun apa yang dia lihat adalah orang yang badannya cukup tinggi, sedangkan pak toni tidak. Dan dia memiliki rambut panjang dan keriting seperti tidak terawat, dan pak toni berambut klimis. Roni menyempatkan diri untuk memanggil pak toni “Belom tidur pak?” namun tidak menjawab. Roni sedikit takut dan dia berjalan agak cepat melewati rumah itu. Namun dia sedikit penasaran dengan siapa yang dia lihat sebenarnya, hingga pada akhirnya dia kembali dan melihat kerumah tersebut, ternyata sudah tidak ada siapa-siapa. “waduh? Gak ada siapa-siapa? Tadi perasaan ada orang dah.” Pikir Roni. Namun Roni kaget bukan main, saat dia tahu, orang yang tadi dia lihat, sedang melihat dia di samping pohon mangga depan rumah pak Toni, dengan kepala yang miring kesamping (tenggleng mungkin bahasa asiknya) seakan-akan lehernya patah, dan melihatnya dengan tatapan kosong. Roni akhirnya lari sekencang-kencangnya dan dia sempat sakit beberapa hari semenjak kejadian itu.