" jangan heran resa, disana adalah istana para bangsa jin, disana mereka berkumpul. mereka sama seperti manusia, mereka makan, minum, tidur dan lain sebagainya. ada juga raja dari bangsa jin yang dipilih oleh rakyatnya ". merinding sekujur tubuhku, lemas tak berdaya melihatnya. icha membawaku benar - benar masuk ke dalam dunianya. untunglah aku masih bisa menahan rasa takutku ini sehingga tidak sampai aku memperlihatkan ketakutanku. sore menghampiri dan aku cukupkan untuk melihat kengerian ini. aku bersiap untuk kembali pulang bersama icha. tinggal satu masalah lagi yang belum terselesaikan. penampakan macam apa yang bakal aku lihat di dalam rumahku sendiri. mungkin aku tak terlalu takut jika aku melihat penampakan di luar dan terjadi di siang hari. namun bagaimana jika itu terlihat dirumahku dan pada malam hari. apa aku mampu melihatnya.
" tenang sa, kan masih ada aku jadi resa nggak usah takut ".
" penghuni di rumah resa itu baik - baik semua kok. nggak ada yang jahat ". teryata icha membaca ingatanku. sampai di depan rumah aku masih agak ragu untuk masuk kedalam. aku hanya melihat rumahku dari depan. kulihat dari atas ke bawah. masuk atau tidak ??
icha meraih tanganku dan mengajakku masuk. akhirnya aku masuk ke dalam. sejauh ini aku belum melihat perbedaan di rumahku. waktu hampir masuk magrib, kita bersiap untuk membersihkan diri dan bersiap untuk sholat magrib. kulihat di kamar kakakku sibuk dengan kebiasaannya membaca komik. dia hanya melihatku dan icha yang pulang dari jalan - jalan. dia tak berucap sedikit kata ketika aku pulang. kubiarkan saja, mungkin dia masih sedikit marah karena kejadian tadi pagi. selepas magrib kakakku memanggilku dan mengatakan ingin bicara bertiga diatas. dia ingin membicarakan masalah ini dan ingin segera menyelesaikan semua, waktu manggung makin dekat, kita belum sempurna persiapannya. setelah isya kami berkumpul di tempat biasa. tak lupa icha membawa sebungkus rokok mild untuk menghangatkan suasana. masih tetap sama, belum kulihat hal - hal ganjil dirumahku sendiri. pungkin para penghuni disini memahami jika aku penakut .
" sebelumnya aku minta maaf sama icha, setelah tadi kita bertiga berembug dan mencari solusi atas masalah ini. kita mutusin buat nggak pake icha buat manggung besok ".
" mas udah coba hubungi rere, dia mau manggung asal nggak sama icha. kita nggak berani mutusin buat nggak pake rere karena dari band ini berdiri kita nggak pernah ganti - ganti personil ".
" iya mas, icha juga ngerti icha nggak mau jadi beban juga buat band kan icha orang baru jadi malah ichanya yang nggak enak bikin keharmonisan band ini jadi retak. sudah kuduga ini bakal terjadi, untung icha bisa memahami keadaan ini, semua tak ada yang bakal tau ini terjadi.
" icha boleh kok nginep disini selama icha mau, terserah icha aja ".
" beneran mas ? icha justru sekarang niatnya mau nonton resa manggung ".
" ya udah gapapa, tapi tolong pas kita latian icha jangan ikut yah, takut rere masih emosi gitu ".
" iya mas gapapa kok, icha kan juga bisa bantin ibu dirumah sambil ngobrol - ngobrol bareng keluarga ". aku jadi semakin terpesona sikapnya ini, seperti seorang wanita yang memahami segala kekurangan dan menerima kesederhanaan. " besok setelah kalian manggung, icha balik ke kosan. besok pas kuliah udah aktif lagi icha bakal minta maaf ke rere, icha udah apal kalo sama rere masalah kayak gini ". lega rasanya, masalah satu persatu mulai teratasi, sepertinya sudah tak ada lagi ganjalan yang tersisa. tinggal kita menata kembali kerusakan kecil ini. setelah selesai berbincang, kakakku meninggalkan kamu berdua, dia pamit untuk istirahat soalnya besok ada kuliah pagi dan siangnya masih latian. tinggalah kami berdua diatas. seperti biasa kita ngobrol tanpa tujuan yang jelas, bercanda dan bercanda.
" sa, tuh udah pada pulang tuh ".
" siapa cha yang pada pulang ? " aku bingug siapa yang dimaksud pulang ??
" itu loh penghuni rumah ini sa ".
" oh " mulai was - was sedikit dalam hati ini. mungkin icha juga bisa membaca detak jantungku yang mulai mempercepat.
" udah nggak usah takut, mereka nggak bakal ngisengin kita kok. cuma si anak - anak kecil yang suka lari kejar - kejaran gitu. baiklah aku turutin perkataan dia walau sebenarnya aku takut untuk turun ke bawah. lebih baik aku tidur disofa sini. antara kacau dan penasaran perasaanku waktu itu. jujur akupun menanti bakal melihat apa di rumah ini.
hihi ... hihi ... hihi ... hihi ...
aku mendengar suara cekikian mirip suara anak kecil dan asalnya dari bawah, aku mulai terbengong - bengong sepertinya pertunjukan akan dimulai. icha yang daritadi memperhatikan tingkahku lalu memegang tanganku erat. kudengar suara tawa itu semakin dekat, semakin dekat dan ...........